Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 : Harapan
Siang itu, di dalam sebuah rumah yang cukup luas dengan gaya modern industrial terlihat seorang wanita berparas elegan dengan wajah tegas dan memiliki rambut pendek seleher sedang duduk mengobrol bersama dengan beberapa orang teman wanitanya.
Hanya dalam sepintas sudah dapat ditebak wanita-wanita ini berasal dari golongan elit. Itu loh, orang yang kalau makan di restoran biasanya memakai bahan emas sebagai topping biar kelihatan edgy dan menimbulkan kesan glamor.
"Aku dengar kamu hamil, An?" Celetuk seorang wanita sambil memperhatikan perut si wanita yang berambut pendek.
Wanita yang akrab dipanggil Liana atau Ana itu langsung mengangguk dengan senyum yang merekah pada wajahnya.
"Eh, serius??? Udah cek emang?" tanya wanita lainnya dengan antusias.
"Kalau cek ke dokter belum sih, tapi aku udah coba cek pakai tes kehamilan," jawab si wanita berambut pendek dengan wajah malu-malu.
"Serius???" Tanya ketiga wanita lainnya secara bersamaan dan si wanita yang duduk di tengah-tengah mereka mengangguk, lalu tangannya seperti mengeluarkan sesuatu....
"I-ini hasilnya...." Dia menunjukkan tes kehamilan itu di depan ketiga teman sosialitanya.
Ketiganya temannya terdiam dengan ekspresi terkejut saat melihat hasil dari tes kehamilan itu.
"An, ini beneran...?" Perempuan berambut panjang tanpa poni itu terlihat heran, seolah-olah ia tak menyangka kalau temannya itu beneran hamil.
"Hush, kok nanyanya sampai segitu banget sih, Sa!" Seorang wanita lain nyembur dan mendorong bahu wanita itu.
"Hahaha, apaan sih! Masa nanya aja gak boleh?" Akhirnya wanita tadi tertawa renyah ke arah teman di sebelahnya. "Ya, selamat ya, An! Semoga sehat terus! Ia berbalik menatap ke arah Liana dan mengucapkan selamat dengan tulus meski ekspresinya jelas terlihat bingung.
"Eh, kita pulang dulu ya, An!" Ucap salah seorang dari mereka.
"Yah, kok cepet banget udah mau pulang? Padahal baru sebentar." Liana, wanita itu memasang wajah cemberut.
Maklum saja, dia sudah lama gak ketemu sama teman-teman satu kampusnya, karena setelah menikah dia fokus mengurus rumah meskipun Liana sempat memiliki karir yang terbilang baik tadinya tapi dia ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi suami dan anak-anaknya kelak.
"Nanti, kapan-kapan kita ketemu lagi ya, An, udah sehat-sehat di rumah, jaga kandungannya!"
"Makasih ya, Rum."
Liana tersenyum manis. Ia segera berdiri dan mengantar ketiga temannya sampai ke depan pintu.
Ketiganya bergegas masuk menaiki sebuah mobil listrik keluaran terbaru.
"Dah, nanti kita ngobrol di grup ya, An!" Sasya melambaikan tangannya ke arah Liana yang berada di depan pintu rumah.
"Hati-hati kalian di jalan!" Ujar Liana kepada teman-temannya.
Seorang wanita terlihat berjalan keluar dengan sedikit terburu-buru dan membukakan pintu garasi halaman depan.
Ketiga wanita itu sudah masuk ke dalam mobil dan mobil itu pun mulai bergerak mundur ke belakang, hingga akhirnya keluar mulus dari halaman rumahnya Liana yang cukup besar.
Dari arah samping, teman-teman Liana masih melambaikan tangan kepada Lian sampai akhirnya mobil itu pun melaju meninggalkan area.
Liana masih tersenyum tipis ke arah teman-temannya pergi meski sudah tak terlihat. Pintu garasinya pun dengan cepat ditutup kembali oleh seorang wanita yang kelihatannya sudah jauh lebih berumur dari Liana.
"Nanti ruangan tamu tolong diberesin ya, Bi," ucapnya sembari berjalan menuju ruangan kamar.
"Iya, Nya!" Balas wanita itu dengan patuh.
...----------------...
Di dalam mobil ketiga wanita itu tampak sedang membicarakan Liana. Mereka sedang membahas masalah kehamilan Liana.
"Eh, menurut kalian, Liana beneran hamil??" Tanya wanita yang ada di bagian kursi kemudi. Namanya Arum. Dia merupakan salah satu teman dekat Liana semasa kuliah, sama dengan yang lainnya.
"Enggak tahu deh, bisa jadi kali...." Vania yang berada di bangku belakang hanya berkomentar cuek. Ya, dia gak mau ikut campur sama urusan rumah-tangga orang lain.
"Tapi, Yudis itu 'kan jarang pulang ke rumah! Sekalinya pulang dia gak bisa diganggu karena sibuk urusan kantor!" Arum mulai mengutarakan pendapatnya akan keraguan kalau Liana itu beneran hamil yang menurutnya mustahil.
"Laki-laki sama perempuan, tinggal satu atap, kalau perempuannya hamil itu wajar saja, Rum! Apalagi konteksnya kalau sudah menikah!" Sambar Sasya yang kayaknya ngerasa wajar saja kalau Liana aneh. Memangnya kenapa?? Ada yang aneh? Kenapa gak mungkin???
"Ah, kalian kenapa kayak pura-pura enggak tahu sih?" Arum mendengus kecil. Ia sedikit merasa sebal dengan sikap kedua temannya yang lain. Keduanya seakan Ingin mengabaikan fakta yang lain. "Kita 'kan tahu Yudis cinta sama Tiara!" Ujarnya frontal.
"Rum, jangan sebut nama Tiara deh! Huh, untungnya kamu gak bahas dia di depan Liana. Bisa marah banget dia!" Sasya langsung menegur temannya ketika nama Tiara dibawa-bawa dalam pembicaraan.
"Kalian masih ingat 'kan waktu Liana memergoki Yudis yang janjian ketemu sama Tiara di cafe?" Sambung Vania tiba-tiba. "Di situ Liana marah banget 'kan..., dan sejak saat itu Liana udah gak mau denger tentang Tiara," imbuhnya yang mengingat ketika Liana marah-marah di cafe sambil teriak-teriak ke arah Yudis dan Tiara.
"Tapi menurut kalian, Yudis masih suka ketemu Tiara gak?" Tanya Sasya dengan rasa ingin tahu.
"Ya elah, gimana sih Sa? Masa kayak gitu aja masih ditanya? Pastinya masih lah!" Balas Vania yang memberikan tatapan malas ke arah Sasya.
"Gue pernah mergokin mereka beberapa Minggu lalu, dan kayaknya Yudis gak mungkin ninggalin Tiara, deh...," ucap Arum dengan nada serius. Sasya dan Vania secara otomatis memusatkan perhatian mereka kepada Arum yang tengah menyetir dengan pandangan mata lurus ke depan melihat jalan.
"Maksudnya? Ada sesuatu, Rum??" Tanya Sasya yang kini sedang menatap ke arah Arum.
"Ya, gue sempet nyamperin Tiara pas Yudisnya pergi dan kalian tau apa...?" Arum sengaja menggantung kalimatnya, sengaja membuat tanda-tanya semakin besar.
"Apaan, Rum? Ah, elu, ngomongnya langsung aja sih, jangan bikin gue penasaran!" Vania yang duduk di belakang mencondongkan tubuhnya ke bagian depan tengah mobil secara reflek.
"Gue liat Tiara lagi hamil...."
Baik Sasya maupun Vania langsung terdiam.
"Kayaknya kandungan Tiara itu udah sekitar 6-7 bulan, udah lumayan gede...," ungkap Arum lagi perihal kehamilan Tiara yang pernah dia lihat.
"Gila, ah! Kenapa jadi makin ruwet gini sih?" Vania langsung menghempaskan tubuhnya ke sandaran tempat duduk mobil di belakang. Ia melipat tangan, tatapan matanya terarah keluar jendela.
"Aduh, pake acara hamil lagi! Kenapa sih Tiara atau Yudis gak tahan diri dulu?" Sasya menggerutu kesal. "Kalau begini makin runyam deh! Pokoknya Liana jangan tahu dulu!" Sambungnya yang langsung kepikiran sama Liana.
"Tapi dalam hal ini gue ga bisa nyalahin Tiara sih...," ujar Arum, "soalnya dia udah pernah merelakan Yudis 'kan? Tapi Yudisnya yang masih mau sama Tiara...."
"Paling gak Liana jangan sampai ketemu Tiara dulu. Kalau sampai dia tahu semuanya, wah, enggak tau deh bakal seribut apa...."
"Sama, gue setuju sama lu, Sa! Pokoknya jangan sampai ada yang bocorin soal ini ke Liana."
Sasya dan Vania pun berikrar untuk jaga rahasia dan gak bicara apa-apa soal Tiara apalagi kehamilannya.
"Elu juga, Rum!" Sasya melirik Arum yang sedari-tadi diam saja.
"Hmm ya...." Arum hanya menjawab singkat.
Sementara Liana yang tidak tahu apa-apa tentu sedang merasakan bahagia atas kehamilannya. Satu tahun menunggu akhirnya dia bisa hamil juga, apalagi rumah-tangganya beberapa bulan lalu memang sempat terguncang, tapi hal itu sudah berlalu. Sekarang hanya ada kebahagiaan yang dirasakan oleh Liana.
Wanita itu tampak tersenyum sambil mengelus perutnya akan sebentar lagi akan ada kehidupan baru di dalam sana. Ia pun berharap semoga dengan kehamilan ini Yudis akan berubah.
Apakah rahasia sang suami akan selamanya bisa tertutupi?
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...