Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Ansell kini telah sampai di rumahnya.
Bergegas masuk karena di rasa waktu sudah siang dan dia pun harus segera berangkat ke kantor.
Saat masuk Ansell sudah di sambut oleh mata tajam Alika, Mata yang seolah sedang menginterogasi Ansell, karena semalam an tidak pulang ke rumah.
"Kenapa pulang..?! bukankah kau lebih senang bermain dengan para wanita di luar sana..!" sindir Alika sambil menatap sinis Ansell.
"Kenapa belum berangkat ke kantor?" tanya Ansell malah balik bertanya tidak mempedulikan perkataan adiknya. Sambil terus berjalan ke atas ingin menuju kamarnya.
"Kakak..." berteriak kesal "Aku sedang bicara dengan mu, kanapa malah naik gitu aja, dari mana saja kau semalam kenapa tidak pulang?!" teriak Alika,
Karena Ansell terus saja berjalan menaiki anak tangga.
"Telepon saja nomer Kakak, dan tanyakan semalam Kakak di mana?" jawab Ansell dengan santai nya.
Kini dia sudah makin jauh melangkah dan segera masuk ke Kamarnya.
"Apa sih maksud nya gak nyambung sekali, tinggal jawab apa susah nya si!" umpat Alika.
Karena masih penasaran kini Alika langsung menyusul Ansell ka atas.
"Kak.. aku masuk ya..!" ucap Alika. Dia pun langsung masuk ke dalam kamar Ansell.
"Ada apa lagi..!" ketus Ansell. " Cepat siap siap kau mau ke kantor kan, Kakak mau mandi, cepat keluar!" seru Ansell tidak memberi waktu untuk Alika bicara.
Ansell langsung masuk ke kamar mandi, meninggalkan Alika yang sudah menggeram kesal oleh nya.
"Dasar playboy menyebalkan, awas saja ya, lain kali kalau kau tidak pulang lagi, akan ku kunci rumah nya, biar kau tidak masuk sekalian!" umpat Alika, berteriak memarahi Ansell.
"Bawel.. cepat siap siap, atau kau akan ku tinggal!" teriak Ansell dari dalam kamar mandi. meladeni perkataan adiknya.
Alika pun kini langsung pergi ke luar kamar Ansell. Dan bergegas ke kamarnya untuk bersiap siap.
~
Setelah beberapa lama, dua Adik Kakak itu terlihat sudah siap untuk berangkat ke kantor.
Walaupun sebenarnya Ansell merasa lelah karena semalam an tidak bisa tidur, namun dia memaksakan diri untuk segera berangkat ke kantor untuk bekerja.
Ansell dengan cepat kini melangkah keluar rumah.
"Kak apa tidak sarapan dulu?"
tanya Alika.
" Sudah!" jawab singkat Ansell.
"Sudah di mana?!" tanya Alika heran.
"Jangan banyak bertanya! ayo cepat ini sudah siang!" omel Ansell.
Sambil terus berjalan menuju mobil nya.
"Sebenarnya ke mana si Kak Ansell, sampai semalaman tidak pulang, ?" batin Alika di buat heran.
Alika pun langsung masuk mobil Kakaknya. dan mereka pun langsung bergegas pergi ke kantor.
***
Di Pesantren Zahra sedang beres beres di rumah Ummie.
Suasana di Pesantren kini sepi karena anak anak santri semuanya sedang Sekolah.
Zahra mulai membersihkan kamar nya.
Matanya kini melihat Jas Ansell, yang tergeletak di atas kasur.
Dengan cepat Zahra langsung mengambilnya untuk segera ia cuci.
Saat mengambilnya Zahra baru tersadar kalau ternyata harum yang sedari tadi ia hirup berasal dari bajunya, harum yang menempel berasal dari jas Ansell, yang Zahra pakai semalam.
"Sebenarnya kalau tidak di cuci pun ini masih harum!" gunam gunam Zahra dengan tersenyum kecil.
Namun karena janjinya Zahra ingin mencuci dulu jas Ansell, Zahra pun langsung bergegas untuk mencuci nya.
Saat Zahra sedang mencuci jas Ansell terlihat Ummie masuk ke kamar Zahra.
"Nak Aisyah!!" panggil Ummie.
"Iya Mie... Aisyah sedang di kamar mandi!"
sahut Zahra.
"Sedang apa? kok pintunya di buka?" tanya Ummie sambil menghampiri Zahra.
"Nyuci Mie..!" jawab Zahra.
"Kenapa tidak di mesin cuci saja!"
"Sedikit kok Mie..!" sahut Zahra.
Mata Ummie kini melihat apa yang di cuci Zahra, seketika Ummie langsung tersenyum kecil saat tau yang Zahra cuci adalah sebuah jas.
"Apa itu jas Nak Ansell?" tanya Ummie. Karena ingat saat tadi malam Zahra memakai nya, terlihat sangat kedodoran.
"Iya Mie..!"
jawab Zahra dengan tersenyum malu.
"Ummie mau bicara, bereskan dulu nyuci nya ya!"
"Iya, sebentar lagi juga beres Mie"
Ummie kini mendudukkan badannya di atas tempat tidur Zahra sambil menunggu Zahra beres dengan pekerjaan nya.
~
Zahra kini sudah beres dengan pekerjaan nya, langsung menghampiri Ummie yang dari tadi menunggu nya. Dan langsung duduk di samping Ummie.
"Ada apa Mie? Kok serius sekali?"
tanya Zahra.
"Apa Ayah Nak Aisyah, tau kalau kamu ada di sini!!?" tanya Ummie.
"Tidak Mie... Ayah sedang di luar Kota, ada urusan bisnis di sana, jadi Ayah tidak tau kalau Aisyah ada di sini.!" jawab Zahra dengan menundukkan kepalanya.
Sudah tau reaksi Zahra yang langsung tertunduk Ummie tau kesedihan Zahra dan langsung menggerakkan tangan nya menyentuh kepala Zahra.
"Jangan bersedih sayang... Ummie bertanya karena khawatir jika nanti Ayah nak Aisyah mencari cari mu.!" ucap Ummie sambil mengelus kepala Zahra.
"Tidak kok Mie.!" ucap Zahra dengan tersenyum menatap Ummie menghilangkan kesedihan nya.
"Apa kamu dan Nak Ansell sudah kenal lama, sepertinya kalian terlihat sangat dekat?" tanya Ummie tiba-tiba.
"Tidak Mie, Kita baru saja kenal, dan kebetulan kita di pertemukan dalam hubungan bisnis!" ucap Zahra menjelaskan.
"Emang kenapa Ummie tiba-tiba bertanya seperti itu!" tanya Zahra heran.
Ummie kini mulai menarik nafasnya, rasanya ada keraguan untuk menceritakan apa yang sudah menjadi amanah yang sudah lama Ummie dan Abie belum sampaikan pada Zahra.
"Nak Aisyah... " Ummie mulai bicara "Maaf... bukan maksud Ummie dan Abie ikut campur kehidupan nak Aisyah.
Nak Aisyah anak yang baik dan solehah, Kamu berhak bahagia Nak!," ucap Ummie
"Kamu seorang wanita sayang, seorang wanita yang membutuhkan sosok imam yang akan menuntun mu ke jalan yang lebih baik, lelaki yang akan selalu menjaga mu dan akan selalu menyayangi mu.!" jelas Ummie.
Membuat Zahra bingung apa maksud pembicaraan Ummie.
Kini Ummie mulai melanjutkan lagi perkataan nya.
"Mungkin ini sudah waktunya Ummie dan Abie menceritakan semuanya pada kamu Nak.!" ucap Ummie membuat hati Zahra makin tidak tenang.
"Sodara Abie memiliki seorang anak laki laki, Nama nya Muhammad Ali, Dia pemuda yang sholeh, pintar dan bertanggung jawab."
"Deg" jantung Zahra tiba-tiba berdetak kencang. sudah tau arah pembicaraan Ummie. Namun Zahra hanya bisa tertunduk dan mendengarkan pembicaraan Ummie.
"Pak kiyai merupakan Kakak tertua Abie, Kami sudah membicarakan soal kalian dari dulu, Pak Kiyai menyukaimu dan berharap, Kamu bisa menjadi istri dari putar nya." jelas Ummie.
"Deg" lagi lagi jantung Zahra berdetak kencang, merasa makin terkejut mendengar perkataan Ummie. Kenapa ada rasa kecewa saat mendengar nya.
"Mungkin putra Pak Kiyai akan menjadi calon imam yang baik untuk mu Nak!"
jelas Ummie menceritakan. Dengan penuh harapan agar Zahra mau ber ta'aruf dengan Ali.
Mendengar perkataan Ummie, Zahra hanya bisa menundukkan kepalanya. tidak bisa berkata kata.
"Kami tidak akan memaksa mu Nak. Semua keputusan ada di tangan mu,! pikiran saja dulu," lanjut Ummie.
"Maaf Mie... berikan Aisyah waktu untuk memikirkan nya!" pinta Zahra. Dengan terus tertunduk karena terkejut. tapi walaupun begitu Zahra tidak bisa menolak dan melawan Ummie dan Abie.
" Maaf...Ummie dan Abie memutuskan membicarakan ini sekarang karena merasa khawatir pada mu Nak, Ummie takut kejadian seperti semalam terjadi lagi pada mu!, kau membutuhkan seseorang yang akan selalu menjaga mu. Tapi laki laki itu harus memiliki hubungan halal yang dengan mu. Jika kau terus bergaul dan bersama dengan laki laki yang bukan mahram mu, itu akan menjadikan Fitnah Nak.!" nasehat Ummie.
Mendengar nasehat Ummie, Zahra mulai menenangkan hati nya, karena semua yang Ummie bicarakan memang benar adanya.
"Baik Mie... Biarkan Aisyah ber ta'aruf dulu dengan putar Pak kiyai," ucap lirih Zahra.
"Ya Allah, tunjukkan lah jalan yang terbaik untuk ku! tuntun lah aku agar senantiasa berada dalam Ridha Mu!" batin Zahra, dengan terus tertunduk dan memejamkan matanya.
karena ada keraguan di hatinya.
"Terimakasih Nak... Ummie akan memberitahu Abie, biar Abie memberitahu Pak Kiyai!" ucap Ummie.
"Maaf Mie... bisa tidak memberi waktu Aisyah satu minggu lagi, jangan memberi tau Pak Kiyai sekarang." pinta Zahra.
Karena ia sendiri masih pusing memikirkan urusan bisnis di kantor nya, dan juga masalah dengan ibu dan adik tirinya.
"Iya Sayang..." sahut Ummie dengan tersenyum. " Istirahat lah Ummie ke keluar dulu!" pamit Ummie sambil mengelus kepala Zahra.
"Iya Mie, terimakasih.!" ucap Zahra membalas senyuman Ummie.
~
Setelah Ummie keluar, Zahra langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Mengingat perkataan Ummie Zahra langsung menghembuskan nafas panjang nya. Zahra hanya bisa pasar pada perjalanan hidupannya atas segala pengaturan sang Khaliq nya.
"Ya Allah, semuanya ada dalam pengaturan mu, aku pasrah dan ikhlas menerima semuanya, berikanlah aku kekuatan dan ketabahan untuk menjalani perjalanan hidup ku. aku berserah diri, atas semua pengaturan mu" batin Zahra berucap menenangkan diri nya.
"Bila semua itu baik untuk ku dekatkan lah, dan jika itu buruk untuk ku jauhkan lah!"
ucap lirih Zahra dalam do'a nya.
Dengan cepat Zahra mengusap wajahnya, dan langsung menjatuhkan tangan di badannya.
Tangan Zahra yang terjatuh, tidak sengaja mengenai ponsel yang ada di sakunya.
Zahra baru ingat bahwa dari tadi dia menyimpan ponsel Ansell. Yang Ansell berikan dengan paska pada nya.
Dengan cepat Zahra langsung mengambilnya dan langsung menatap nya.
"Apa pemilik mu tidak membutuhkan mu, kenapa kau mudah sekli di berikan pada orang lain..!" gumam gumam Zahra tidak sadar memasang senyum kecil di bibirnya.
"Ya Allah....semua pengurusan Mu, memang tidak tersangka..!" batin Zahra sambil menyimpan lagi ponsel Ansell.
Zahra pun langsung memejamkan matanya untuk beristirahat.
.
.
.
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."