"Anda benar-benar membawa bencana dalam hidup saya Dok!" Sungut Mitha saat berdebat hebat dengan Prasetya didalam mobil SUV Sport hitam milik Pras.
Pras yang diliputi rasa penyesalan mendalam tidak bisa lagi menjawab hanya tertunduk mengeratkan genggamannya pada stir mobil.
Andai siang itu mereka tidak bertemu, mungkin tragedi itu tidak akan terjadi,padahal dalam dua bulan kedepan Mitha sudah berencana untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang Pria yang selama tiga tahun ini menjadi kekasihnya.
Prasetya Daniel Wijaya, seorang duda muda berusia 35 tahun dengan profesi dokter sekaligus anak tunggal dari pemilik Rumah Sakit swasta ternama di negaranya. Namun Prasetya memilih untuk mengabdikan diri di sebuah kota kecil yang membuatnya bertemu dengan Paramitha Aloysa seorang gadis biasa yang bekerja sebagai konsultan medis produk susu di divisi sales marketing. Hubungan yang awalnya sebatas bisnis, berubah setelah Pras meminta Mitha datang ke kediamannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melunak
Dibalik kesibukannya dengan pekerjaan di Rumah Sakit, Pras kini di sibukkan dengan urusan persiapan resepsi pernikahannya. Meski mudah karena sudah di bantu WO yang disiapkan Mitha dan Radit dulu, namun rasanya tetap melelahkan ketik Pras sama sekali tak bisa menggoyahkan ego Mitha.
" Nanti siang fitting baju mau ikut gak ? " Tanya Pras ketika keduanya satu meja menyantap sarapan
" Enggak .. "
" Yaudah saya pake patokan waktu kamu fitting sama Radit. "
" Jangan sebut nama dia lagi ! " Mitha melempar sendoknya ke piring lalu pergi menuju kamar.
Kini bagi siapapun haram menyebut Radit dan membahas masa lalu mereka, bagi Mitha itu sangat menyesakkan dan menyiksa. Mitha sudah terlalu lelah menghadapi kenyataan.
Pras tak ingin ambil pusing, waktunya sangat terbatas jika Mitha menolak yasudah toh tidak akan mengubah apa-apa. Setelah selesai dengan jadwal praktek nya Pras bergegas pergi ke wedding house, perawakan Pras yang sedikit lebih tinggi dan berisi di banding Radit membuat designer harus merubah beberapa detail ukuran. Setelah selesai dengan urusan baju pengantin Pras pergi menuju percetakan untuk mengganti konsep undangan yang sebelumnya Mitha buat, tentu mengganti nama pasangannya juga.
" Sisanya biar gue yang urus Pras, kasian gue lihat lo .. "
" Ok Jo, btw thanks. "
" Bini Lo tega bener ya Pras ? Dendam banget kayanya sama Lo. "
" Gue masih anggap wajar, tapi gue juga gak ambil pusing sekarang mau dia jungkir balik terserah asal dia bertahan bernafas sampe anak gue lahir. "
" Mumet ya Lo ? "
" Klub kuy ? "
" Boleh, mumpung besok weekend Lo gak ngantor Pras. "
...----------------...
Pukul 1 malam suara mobil memasuki garasi rumah, sedikit mengganggu hingga membuat Mitha terbangun dari tidurnya. Mitha melihat dari balik jendela kamar, Jonathan memapah Pras yang terlihat mabuk berat. Dengan tangan yang gemetar Mitha segera mengunci pintu dengan rapat, teringat hal buruk yang terjadi sebelumnya saat Pras mabuk.
Mitha kembali berbaring di ranjang, perasaannya gelisah tak tenang hingga terus menatap ke arah pintu namun hal buruk yang di bayangkan tidak terjadi. Tidak sekalipun keributan terdengar di luar sana. Dengan ragu Mitha membuka pintu perlahan, suasana rumah sepi waktu menunjukan jam 3 pagi. 2 jam sudah Mitha terjaga karena ke khawatirannya sendiri. Mitha berjalan mengendap menuju arah kamar Pras yang sedikit terbuka namun tak siapapun ada disana.
" Kemana pria itu ? " Tanya Mitha lirih pada dirinya sendiri
" Kamu mencari aku ? " Tiba-tiba suara bariton suaminya terdengar dari arah belakang.
" Eeh enggak ! " Mitha berbalik lalu mundur menjaga jarak dari Pras namun malah masuk ke kamar Pras.
Pras semakin mendekat dengan ekspresi mengintimidasi, tatapannya begitu tajam namun terlihat sangat sadar. Sampai akhirnya langkah Mitha terhenti karena menabrak ranjang lalu terjatuh di bed berukuran king size itu. Pras hanya tersenyum masam melihat ekspresi ketakutan Mitha seolah puas bisa membalas sikap dingin Mitha selama ini. Dalam posisi berbaring Mitha menatap Pras yang semakin mendekat membungkukkan tubuhnya, Mitha hanya menggeleng sambil berurai air mata berharap Pras tidak melakukan hal buruk lagi padanya. Mitha memejamkan mata membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya pasti mengerikan, namun pikirannya salah lagi. Dengan lembut tangan Pras meraih punggung Mitha lalu membangunkannya membuat tubuh mereka begitu sangat dekat. Begitu Mitha tersadar bahwa Pras hanya membantunya, Mitha membuka mata lalu duduk di tepi ranjang.
" Jangan takut, saya tak akan melakukan apapun di luar keinginanmu. " Pras mengusap lembut tepi mata Mitha yang menggenang basah oleh air mata.
" Kenapa kamu mencari saya ? Kamu ingin sesuatu atau ada sesuatu yang mengganggumu ? " Lanjut Pras.
" Kamu mabuk kan ? " Tanya Mitha dengan bibir bergetar
" Sedikit, tapi saya sadar ko. "
" Kenapa mabuk lagi ? Kamu punya masalah ? " Mitha teringat perkataan Jonathan dulu saat membujuknya untuk bertemu Pras sebelum mereka menikah bahwa Pras hanya mabuk ketika mengalami masalah besar. Jadi itu bukan karakter aslinya.
" Enggak papa, mungkin lelah banyak kerjaan di tambah mengurusi resepsi kita. Saya sedikit stress " Pras tersenyum tulus, senyumnya malah memperjelas raut wajah lelah dan kantung mata yang mulai membengkak.
*Kr*uukk .. kruukk
Di tengah keheningan suara perut Mitha membelah kesunyian itu.
" Kamu lapar ? Tapi maid udah tidur. Biar saya yang masakin ya ? " Tawar Pras
" Gak usah. "
" Gak papa, kasihan baby. Kalau kamu lapar, dia di dalam sana juga pasti lapar. "
Pras meraih tangan Mitha menariknya untuk mengikut langkahnya namun Mitha segera menarik tangannya kembali.
" Ah sorry, saya gak bermaksud .. Hmm ayo kita kebawah. "
*the real masak dengan gaya
Pras memasak masih dengan setelan lengkap kemeja dan celana bahan yang ia kenakan untuk keluar. Pras belum sempat mengganti pakaian karena tadi kepalanya masih sedikit pusing pengaruh alkohol sehingga hanya berbaring saja di ruang kerja. Baru saja reda dari pusingnya, saat hendak ke kamar malah menemukan Mitha yang mengintip di depan kamarnya.
" Mau satu atau dua ? " Pras sedikit menggoda Mitha dengan membawakan dua ekor ayam
" Gak lucu. " Jawab Mitha ketus
" Saya tidak sedang melucu, hanya mempertimbangkan porsi makanmu yang harus mencukupi untuk dua orang. "
" Anda kira saya buto ijo ? "
" Haha santai Mitha, duduk dengan tenang saya akan segera menyajikan makanan yang enak untuk kalian berdua. " Pras sedikit membungkuk menyamakan posisi kepalanya dengan perut Mitha, namun Pras tak menyentuh perut Mitha hanya tersenyum manis.
" Papah buatin mamam ya baby, uh gemes .. "
Tanpa terasa Mitha menyunggingkan senyumnya pelan, lucu saja melihat tingkah Pras yang agak kekanak-kanakan. Lalu Mitha teringat akan pesan Ibu nya bahwa dirinya harus belajar menerima takdir dan menciptakan kebahagiaannya sendiri bukan neraka. Ternyata benar, hanya dengan menerima perhatian Pras, Mitha bisa merasakan sedikit kenyamanan. Setidaknya dirinya tidak lagi merasa hidup di sangkar emas.
Pras selesai memasak, di meja makan kini tersaji sepiring nasi 3 potong daging ayam lengkap dengan sayuran dan buah yang sudah di kupas.
" Selamat makan .. "
" Terimakasih " Mitha mengambil piring beserta lauknya lalu mulai menyantapnya dengan lahap ditemani Pras yang terus memperhatikannya dengan begitu hangat.
Meski seorang pria Pras diberikan banyak bakat oleh Tuhan salah satunya dengan pandai dalam banyak bidang termasuk memasak. Bisa di lihat dari masakannya yang habis dan Mitha yang tak hentinya mengunyah semua, sudah bisa di pastikan rasanya sangat lezat.
" Gimana rasanya ? Enak ? "
" Lumayan, masih bisa di makan. "
" Hmm susah banget mau muji suami sendiri ya ? Tapi gak papa yang penting kamu makan yang banyak. Kalo makannya kaya gini nanti saya masakin tiap hari. "
" Beneran ? Yaudah masakin tiap hari. Makasih sebelumnya. " Jawab Mitha datar dan masih melanjutkan menyantap makanannya.