NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:104.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 : Permohonan

Padmini mengulurkan kain berisi harta warisan orang tuanya kepada bu Halimah. “Dengan kerendahan hati, dan jiwa welas asih yang tersisa dan cuma teruntuk Kang Adi, bu Halimah, serta pak Daud – saya mohon! Ambillah uang dan perhiasan ini, harta ini hasil kerja keras orang tua saya. Murni rezeki dari cucuran keringat mereka. Bukan dari bersekutu dengan makhluk gaib!”

Bu Halimah tidak langsung menerima, terlebih dahulu menoleh dan memandang suaminya yang duduk di sebelahnya.

Pak Daud masih bungkam, tidak menolak tak jua menerima. Dia paham kalau Padmini belum selesai menyampaikan keinginannya.

“Pak, Buk … keluarlah dari desa Wening. Kalian bukan penjahat! Tak layak hidup bak buronan. Bersembunyi di tempat jauh dari rumah warga, menjalani hari-hari dengan perasaan tak tenang!" suaranya sarat amarah.

"Tolong, bawa kang Adi ke rumah sakit kota besar. Lukanya bukan sekedar meninggalkan bekas, tapi kalau tak ditangani dengan benar bisa mengalami kecacatan permanen. Terlebih bila terlambat penanganan tim medis – jari-jari tangan kirinya tak lagi bisa digunakan.” Padmini bersimpuh di depan kaki bu Halimah.

“Tolong saya, Bu. Saya mohon sudi kiranya kalian membantu anak yatim piatu ini! Tolong rawat kang Adi selayaknya putra kalian, sebagaimana bapak dan Ibuk telah berpuluh tahun lamanya merindukan kehadiran buah hati yang tak kunjung hadir. Mulailah hidup di kota maupun di wilayah lainnya asal jangan disini!”

“Nak ….” Bu Halimah juga berjongkok, dipeluknya erat tubuh gadis yang diyakini bertambah kurus. “Lantas bagaimana denganmu, Padmi? Apa tak sebaiknya lupakan dendam itu, ayo sama-sama kita pergi dari sini!”

Padmini melerai pelukan mereka, menggeleng kuat, memandang dengan sorot mata tanpa getar keraguan. “Hidup dan matiku disini, Buk! Biarlah saya mengambil jalan menyimpang, mungkin tak lagi bisa keluar dari kesesatan. Asal dendam menyakitkan ini terbalaskan!”

“Padmini ….”

“Maaf, pak Daud. Saya tidak menerima saran apapun itu! Tak mengapa bila kalian ingin menghakimi, lakukanlah! Memang ini yang saya ingini!” ia menyela kalimat yang hendak diutarakan pak Daud.

Pria berkopiah mengangguk. “Semoga diujung jalan gelap nanti, ada setitik cahaya membawamu kembali pada kebaikan.”

“Semoga saja ….” ucapnya ragu.

“Padmini, apa yang kau makan di ….” lidahnya keluh kala mau meneruskan kata, tak terbayangkan bila gadis baik hati ini bukan lagi manusia biasa, bisa jadi telah meniru kehidupan seperti makhluk tak kasat mata.

Padmini terkekeh, sama sekali tidak tersinggung. “Saya masih makan makanan manusia, Bu. Di sana banyak pohon yang sedang berbuah, saya makan buah. Minum air dari akar pohon.”

Ada kelegaan dalam helaan napas bu Halimah. Ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh lagi – Padmini tengah dikuasai amarah, dan percuma memberikan kata-kata bijak kalau dia sendiri sudah melihat langsung bagaimana gadis polos ini diperlakukan hina. Nyaris mati di bakar hidup-hidup seandainya saja Rahardi tidak mengorbankan dirinya.

“Padmi, kami menyanggupi permintaanmu. Semoga bantuan kecil ini bisa sedikit menjadi pelipur laramu, mengurangi rasa sakit teramat pedih. Namun bagaimana caranya kami keluar dari sini?” tanya pak Daud. Dia sendiri selama berada di perkebunan jauh dari pemukiman penduduk, kesulitan keluar dikarenakan keberadaannya masih dicari warga kampung Hulu.

“Besok malam, saya dengan dibantu sosok lainnya – akan mengawal kalian. Pak Daud esok pagi pergilah ke rumah paling ujung desa Wening. Penghuninya penyembah lembah pembuangan Jin – dia yang akan menyetir mobil miliknya dan membawa kalian sampai rumah sakit kota.” Diikatnya ujung kain, lalu harta satu-satunya miliknya diberikan kepada bu Halimah.

“Ini lebih dari cukup untuk perawatan kang Adi, sisanya bisa digunakan buat beli rumah dan kebun ataupun sawah, maupun membuka usaha. Tolong berikan yang terbaik untuknya! Sudah cukup ia menderita, diperlakukan tak adil oleh manusia jahanam yang sayangnya sangat dicintai oleh paman Ipul. Karena saya, diapun harus tersiksa oleh rasa sakit luar biasa.”

Bu Halimah menerima harta amanah itu. “Nak … sementara waktu, tinggallah di sini! Kebetulan stok makanan melimpah. Ada Ubi yang bisa kau rebus, hewan ternak Ayam pun ada. Sekarung beras terletak di ruang tamu, alat untuk memasak pun lengkap. Padmi, boleh Ibuk meminta sesuatu?”

“Ya?”

“Apapun yang terjadi, tolong jangan menyerah! Jangan menggadaikan jiwa bila misimu usai sudah! Jangan terlena karena merasa hidup tak lagi berharga, berarti. Nak, disini ... Ibuk, Bapak dan tentu saja kekasih hatimu – sepenuh hati akan menerima dirimu. Kau tak sendirian Padmini! Kapanpun engkau merasa sudah cukup, dendam itu telah terbalaskan! Ingat jalan pulang, ya?”

Padmini bungkam, dia tidak mau menjawab ataupun menolak mentah-mentah.

Pak Daud dan bu Halimah pun paham, tidak memaksa.

“Apa kau tak ingin melihat barang sejenak keadaan Rahardi, Padmini? Setiap kali dia tersadar, maupun dalam keadaan dibuai mimpi – selalu namamu yang keluar dari bibirnya. Tak lelah dirinya bertanya, apa sudah ada kabar tentang Ami?” beritahu pak Daud.

Padmini gamang. Hatinya menginginkan tapi logika melarang. Kepalanya menggeleng namun dia berdiri, seolah ada magnet yang menariknya berjalan memasuki dapur sederhana.

‘Semoga cinta Rahardi dapat menjadi jerat – yang membuatmu tak nekat berbuat lebih jauh lagi dari rencana pembalasan menjadi kebablasan bersekutu selamanya dengan Iblis Padmini.’ Bu Halimah mengikuti dari belakang, begitu juga dengan suaminya.

Langkah Padmini terhenti, enggan maju tapi tak jua mundur. Dia terpaku memandang pilu sosok yang tergolek lemah cuma ditutupi sehelai kain sarung, beralaskan daun pisang.

“A mi ….”

Seolah ada benda tajam tak kasat mata yang menusuk hati Padmini. Ngilu, nyeri, perih ia rasakan kala bibir kering, terluka itu menggumamkan namanya.

Padmini menelan air liur yang tersangkut di tenggorokan, menahan napas guna mengatur emosi dan kegundahan hati. Ia melanjutkan langkah yang tinggal beberapa centimeter lagi, lalu bersimpuh.

‘Ini Ami Kang. Ami datang menjenguk Kakang – cepat sembuh ya pria kebanggaanku. Kang, mulailah hidup barumu, songsong masa depan yang lebih cerah, baik, serta menjanjikan!’ kalimatnya terhenti kala setetes air mata terjatuh di kepalan tangannya di atas paha.

‘Ami harap, kakang tak berkecil hati maupun rendah diri setelah sehat nanti. Sayang … dimataku engkau tetap si tampan, kesayangan dan pemilik hati ini.’ Digigitnya bibir bagian dalam agar isak tangisnya tidak lolos.

Tak lagi sanggup berada di dekat sang kekasih hati – Padmini beranjak. Terlebih dahulu memandang sisi wajah kiri Rahardi, luka itu masih belum kering. Kemudian turun pada lengan tak tertutup kain sarung, ketiga jari tangan kiri pemuda baik budi itu lengket butuh tindakan operasi baru bisa kembali ke seperti sediakala.

“Ami … tolong jangan tinggalkan Kakang!”

Langkah Padmini tersendat, debar jantungnya meningkat, dan wajahnya mulai pias. Perlahan ia memalingkan wajah menoleh ke belakang ….

.

.

Bersambung.

1
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
Alvin Ananda
mantap bener kak cublik pestanya
imau
wkwkwk 😂 gimana nasibnya ikan lele, mati atau kekenyangan 🤣
Alvin Ananda
waah g jadi pesta kecirit semua bau
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ya ampun thor, kepikir aja sih alur ini😁,pesta meriah diharapkan ,tapi bencana kotoran manusia lah yang tertuai🤣,
Bab ini di jamain readersmu mules semua ,mata berkaca kaca, gigi kering kebanyakan ngakak...
wes angel ....angel tenan nebak jalan pikiran thor Cublik ..
henhao ....joss gandos tenan.
FLA
haaa puas sekali rasanya, pesta yg amat sangat meriah bukan🤣
Reni
yeeee ada pesta ta* 😅🤣😂 astaga g nyangka cublik dapat ide dari mana kau astofirulloh 😅🤣😂😅🤣 kawinan orang kau bikin hancur , g bisa bayangin baunya huekkkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮🤮
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
duhh selalu nggak sabar aku nunggu bab selanjutnya thor
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lah emang penghianat tohh🤭🤭
Alvin Ananda
jadi pret prot tamunyaaa 🔥🔥🔥🔥
mamaqe
sll luar biasaaahhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!