Elara Calista seorang wanita cantik yang menjadi istri kedua dari Erlangga Lysander pria tampan yang begitu dicintainya. Sayang saja hubungan mereka tidak pernah mendapatkan restu. Membuat rumah tangga mereka sering di landa masalah. Yang dibuat oleh istri pertama Erlangga serta ibu mertuanya yang begitu tidak menyukainya.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan nya. Hingga akhirnya pernikahan Elara dan Erlangga benar benar berada di ujung tanduk.
Apakah Elara harus bertahan atau memilih untuk menyerah?. Dan apakah Erlangga akan membiarkan Elara pergi dari kehidupannya?.
(Jangan lupa yaww bantu folow akun Ig @sya_gelow )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syana Elvania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Frustasi
Senyum sinis tersungging dibibir Lala ketika panggilan telfon terputus sepihak. 'Tidak kusangka kamu teryata masih bisa bertahan. Ah.. tapi tidak apa masih ada hari lain untuk menyingkirkan mu...' bisik Lala pada dirinya sendiri.
Penyebab kecelakaan Elara adalah rencananya. Dia sengaja menyuruh orang untuk mengikuti dan mencelakai Elara. Karna apalagi jika bukan dendam dan iri. Lantaran Elara selalu mendapatkan perhatian lebih bahkan cinta dari Erlangga, sedangkan dirinya?.
Lala menatap ponsel Erlangga sejenak. Sebuah ide gila melintas di benaknya. Langkahnya yang ringan mendekat ke jendela kamar inap Mita, mertuanya itu masih terlelap di ranjang. Lantaran baru saja meminum obat.
Lala membuka sedikit jendela, mengulurkan tangan nya yang menggenggam ponsel itu keluar jendela. Dengan sengaja dia menjatuhkan ponsel itu dari lantai 20 rumah sakit. 'Upss jatuh deh. Sorry Elara, kamu tidak boleh mengganggu Erlangga. Karna dia hanya untuk ku. Bay.' bisik Lala tersenyum puas, melambaikan tangan pada ponsel Erlangga yang terjun bebas.
"Apa yang kau lakukan!." Ketus Erlangga, baru keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya yang lelah. Menatap tajam Lala dengan curiga. Melihat gerak gerik nya yang aneh.
Lala berbalik, terkejut melihat Erlangga. Namun, segera memperbaiki sikapnya dengan bersikap seolah tak terjadi apa apa. "Hanya sedang menghirup udara."
Mata Erlangga menyempit curiga. Memilih untuk mengabaikan nya saja. Berjalan ke arah sofa. Keningnya mengkerut melihat meja yang kosong padahal ia sempat menaruh ponselnya disana tadi. "Ini pasti ulah mu kan!. Dimana ponselku!." Marah Erlangga dengan nada rendah. Menatap tajam Lala yang mundur ketakutan.
"Jangan asal menuduh. Aku tidak tahu ponsel mu dimana. Mungkin kamu salah menaruhnya atau lupa." Elak Lala mencoba untuk tidak terlihat gugup, ataupun panik yang akan semakin menimbulkan kecurigaan dari Erlangga.
"Katakan dimana ponselku!. Atau aku harus bertindak kasar agar kamu mau mengaku." Tanya Erlangga sekali lagi, nada suara nya mulai meninggi. Menahan amarahnya.
"Aku bilang, aku tidak tahu. Jangan menuduhku terus menerus!." Elak Lala kembali. Mulai panik.
Mita yang baru beberapa menit terlelap, mulai terbangun. Lantaran terusik dengan pertengkaran antara Erlangga dan Lala yang tidak bisa akur. "Ada apa ini?. Kenapa kalian terus bertengkar." Kesal Mita. Menghela nafas berat.
Melihat Mita bangun cepat cepat Lala mendekati ranjang mita. Ingin mencari perlindungan. Lala memasang wajah sesedih mungkin. "Maaf ya mah. Lala udah ganggu istirahat mamah. Cuman, Erlangga menuduh Lala mengambil ponselnya. Padahal tidak sama sekali." Adu Lala.
Pria itu membuang wajah jengah, sekaligus malas. Tanpa banyak kata lagi. Memilih untuk beranjak pergi saja. Sungguh sial hidup nya yang semakin berantakan.
"Erlangga?. Kamu mau kemana nak?."
"Kantor." Ucap dingin Erlangga tanpa menoleh ataupun menghentikan langkahnya. Dia pergi dari kamar inap Mita. Berhubung mamahnya sudah mulai membaik. Jadi, lebih baik dia mencari istri nya saja.
Erlangga mengusap kasar wajahnya. Baru teringat jika ponselnya hilang. "Ahk! Sialan wanita ular itu." Decak kesal Erlangga. Sekarang dirinya tidak bisa menghubungi asisten pribadinya lagi untuk mencari informasi keberadaan sang istri.
"Sayang... Dimana kamu." Erlangga mendesah khawatir. Semalam dirinya pulang kerumah untuk menemui istrinya. Namun, sayangnya pelayan rumah mengatakan jika istrinya belum pulang sejak pergi kemarin. Dan saat dia. Kembali ke hotel itu. Pihak resepsionis mengatakan jika istri nya sudah check out beberapa jam setelah kepergian nya. Ditambah lagi Elara yang sulit dihubungi. Dan dia juga sempat menelfon sahabat istrinya Dania. Tapi tetap hasilnya nihil. Dania tidak mengetahui keberadaan istrinya sekarang. Membuatnya semakin khawatir.
Erlangga masuk kedalam mobilnya. Mulai melajukan mobilnya pergi dari rumah sakit. Ingin pulang kerumah. Berharap istrinya sudah kembali pulang kerumah. Tidak berselang lama akhirnya mobil Erlangga sampai. Ia segera turun dan masuk kedalam rumah.
"Bella!." Panggil kerasnya, menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang keluarga dengan kasar.
Bella berlari dengan tergopoh gopoh. Menunduk singkat memberi hormat. Sedikit takut melihat wajah tidak bersahabat dari majikannya. "Ya, tuan..."
"Apa Elara sudah pulang?."
Bella terdiam mendongak menatap Erlangga dengan takut takut. "Be-belum tuan. Nyonya belum kembali."
"Sial!. Apa dia tidak menghubungi atau memberitahu mu dia pergi kemana!." Tanya frustasi Erlangga berdecak kesal. Begitu pusing memikirkan keberadaan sang istri yang pergi entah kemana padahal tengah mengandung.
"Ti-tidak tuan." Cicit Bella Menunduk dalam, gemetar ketakutan.
Erlangga mengusap kasar rambutnya. "Telfon Stevan suruh dia kemari dan bawa kan ponsel baru untuk ku. Katakan dalam waktu 20 menit dia harus sampai!." Perintah Erlangga tegas tanpa ingin dibantah.
Bella mengangguk segera pamit pergi untuk menjalankan perintah, sebelum kembali mendapatkan amarah dari Erlangga.
"Ku harap kamu baik baik saja hubby." Bisik Erlangga menatap khawatir bingkai foto besar berisikan foto pernikahan nya dengan Elara. Sudah sejak hari dimana dia meninggalkan sang istri, dia terus menerus khawatir pada Elara apalagi firasatnya selalu tidak enak.
Erlangga memejamkan kedua matanya sejenak memijit pelipisnya. Tidak bisa tenang sebelum bertemu dengan istrinya. Erlangga sudah berusaha melacak lagi ponsel sang istri. Sayangnya ponsel istrinya malah tidak menyala sehingga dirinya kehilangan lokasi istri nya.
Dia membuka kedua matanya. Baru teringat sesuatu. Mungkinkah istri nya itu pergi kerumah lamanya?. Kenapa dirinya tidak terpikirkan sejak tadi dan menghubungi seseorang yang ditugaskan nya untuk merawat rumah tempat tinggal istrinya dulu.
Sayang saja ponselnya hilang dan nomer orang itu ada di ponsel lama nya. Entah apa yang dilakukan Lala pada ponselnya wanita itu memang benar benar licik. Kenapa bisa bisa nya Mita menjodohkan nya dengan wanita seperti Lala.
"Tuan." Panggil Stevan yang tiba tiba sudah datang berdiri tak jauh dari Erlangga. "Ini tuan ponsel yang anda minta sudah lengkap anda tinggal menggunakan nya saja." Ujar sopan Stevan meletakkan paperbag kecil berisi ponsel di meja depan Erlangga.
Tanpa banyak bicara Erlangga mengambilnya mengeluarkan ponsel dari box. Ponsel ini merupakan keluar terbaru dari merek ternama. "Stevan hubungi orang yang mengurus rumah lama istri ku tanyakan apa Elara disana atau tidak." Suruh Erlangga. Tengah mencari kontak istrinya yang sudah dimasukkan Stevan.
"Baik tuan" Stevan mengangguk segera menjalankan perintah.
Sedangkan Erlangga sendiri masih berusaha menelfon beberapa kali nomer sang istri. Dan hanya terjawab oleh suara operator yang membuatnya bertambah kesal.
"Tuan.. maaf. dia bilang jika nyonya tidak datang kesana." Ujar Stevan sopan, tetap tenang. Walaupun Erlangga tengah dalam suasana hati yang buruk, salah kata saja bisa bisa dia yang kena sembur.
"Ahh! Sial!." Erlangga berteriak frustasi mengacak rambutnya kasar. "Stevan cari dimana keberadaan Elara aku tidak mau tahu!. Dia sedang mengandung anakku. Dan sekarang aku tidak tahu dia dimana."