Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Harus Bertanggung Jawab
Di sebuah hunian yang jelas akan membuat siapa pun berharap dapat mempunyai tempat tinggal seperti itu, saking indah, mewah dan besarnya hunian itu. Pasangan suami istri terlihat akan keluar dari rumah itu, keduanya adalah ayah dan ibu dari pria yang saat ini tengah mengejar Vani. Siapa lagi jika bukan Arjuna Lakeswara. Berita tentang Arjuna yang dengan lantang berkata tentang seorang wanita yang merupakan calon istrinya jelas membuat kedua orang tuanya senang dan juga penasaran.
Tak terhitung banyaknya wanita yang coba mereka jodohkan dengan Arjuna, tetapi tak ada satu wanita pun yang dapat menarik perhatian Arjuna. Putranya seakan-akan benar mempunyai kelainan, yaitu menyukai sesama jenis dan itu membuat mereka teramat cemas. Tidak ada orang tua yang berharap anak mereka tidak normal. Oleh karena itu, melihat putra mereka dekat dengan seorang wanita, membuat kekhawatiran mereka sedikit berkurang.
Mereka hanya perlu mencari tahu siapa wanita itu, mengenalnya dan menikahkan mereka jika wanita itu layak untuk Arjuna. Itulah yang kedua orang tua Arjuna pikirkan.
"Mas, ayo cepat!" ajak Ajeng, pada suaminya–Abimana.
"Sabar, Ma. Kenapa harus terburu-buru?" ucap Abimana yang baru saja selesai menunaikan sholat ashar.
"Aku sudah tidak sabar, Arjuna bilang akan pulang dan menjelaskan siapa wanita itu. Tapi sampai sekarang dia belum juga pulang. Jika dia tidak bisa kemari, maka kita yang datang ke sana!" jawab Ajeng kembali mendesak suaminya.
"Baiklah. Ayo!" Abimana yang telah siap, tak lagi menunda, sebab istrinya tidak akan berhenti bicara sebelum dituruti keinginannya.
Abimana hanya bisa diam, merutuk di dalam hati mengingat kejadian tiga jam yang lalu saat istrinya mendesak untuk pergi ke Jakarta menemui putra mereka. Sekarang, disaat mereka telah tiba di rumah sang anak, anak yang ingin mereka temui justru tidak ada di rumah.
"Dari mana kalian?" tanya Abi saat melihat beberapa pelayan baru saja kembali.
"Selamat datang, tuan dan nyonya besar," sapa pelayan hormat pada orang tua majikannya. "Kami dari apartemen tuan Arjuna," sambung salah satu pelayan.
"Apartemen mana lagi? Ada berapa tempat tinggal Arjuna?" tanya Ajeng kesal.
"Apartemen baru, Nyonya. Di daerah timur," jawab pelayan.
"Untuk apa lagi dia membeli apartemen du daerah sana? Bukankah Arjuna sudah memiliki gedung sendiri?" gumam Ajeng heran.
"Itu, tempat tinggal nona Vani. Tuan sengaja tinggal tepat di depan apartemen Nona Vani!" terang pelayan membuat Ajeng seketika bersemangat mendengarnya.
"Vani?" beo nya.
"Iya, Nyonya."
"Jelaskan semua yang kalian tahu!" pinta Abimana.
"Nona Vani adalah wanita yang ada di berita yang sempat heboh tempo hari. Dia bekerja di salah satu Bank swasta. Hanya itu yang saya tahu, Nyonya, Tuan. Selebihnya tuan Dika lebih tahu," jawab pelayan.
"Baiklah, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian!" ucap Abimana.
"Mas, namanya benar, Vani. Minta Dika kemari! Dia pasti tahu semuanya," pinta Ajeng pada Abimana yang dengan cepat menghubungi Dika, sekretaris Arjuna.
***
"Sayang," panggil Arjuna menghentikan langkah Vani yang baru saja akan pergi setelah acara makan malam yang dengan terpaksa dia nikmati.
"Apa lagi?" tanya Vani kesal, sebab Vani sudah berusaha sabar mengikuti semua kemauan Arjuna, hanya agar dia bisa segera keluar dari sana.
"Besok pagi kita berangkat kerja bersama. Aku akan mengantar jemputmu mulai sekarang!" ucap Arjuna lagi-lagi memancing emosi Vani.
"Tidak ada bantahan. Kamu wanitaku, ingat itu!" ucap Arjuna lagi, sembari melangkah menghampiri Vani yang sudah bersiap untuk pergi.
"Baiklah. Sekarang biarkan aku pergi!" pinta Vani tegas.
Arjuna tersenyum memberi isyarat agar Vani mengecup pipinya. "Jangan keterlaluan!" bentak Vani.
"Lakukan atau aku tidak akan membiarkanmu pergi," ucap Arjuna menyeringai.
Vani yang sudah tidak tahu lagi bagaimana menghadapi kegilaan Arjuna hanya bisa pasrah mengikuti kemauan pria itu. "Vani mendekat dan bersiap mencium pipi Arjuna, tetapi Arjuna dengan cepat menoleh, sengaja melakukan itu agar bibir Vani menyentuh bibirnya.
"Terima kasih, Sayang. Selamat malam," ucap Arjuna tersenyum senang, membukakan pintu untuk Vani yang dengan cepat berlari keluar dari sana.
"Sial! Aku benar-benar akan gila!" teriak Vani saat sudah berada dalam apartemennya.
Sudah tiga jam berlalu setelah makan malam bersama Vani, tapi sedari tadi Arjuna tak dapat memejamkan matanya karena selalu teringat akan Vani. Mengingat Vani benar-benar membuatnya senang. Perasaan yang Arjuna miliki untuk Vani tidak pernah dia rasakan sebelumnya pada siapa pun.
Perasaan gugup, gelisah, takut, rindu, senang, bahagia. Semua menjadi satu saat melihat dan mengingat tentang Vani.
Kehadiran Vani benar-benar memberikan warna untuk hidupnya yang selama ini hanya mengenal keluarga dan kerja.
Kehadiran Vani benar-benar sudah melengkapi hidupnya saat ini.
Kehadiran Vani membuat Arjuna mempunyai tujuan untuk pulang dan meluangkan waktu untuk kehidupan pribadinya.
Arjuna kembali menyentuh bibirnya, membayangkan saat tadi bibir mereka bertemu. Meski pun hanya menempel beberapa detik. Tapi hal itu bermakna besar untuk Arjuna yang tidak pernah dekat dengan wanita, apalagi bersentuhan dengan wanita.
Bahkan hanya untuk berjabat tangan dengan rekan bisnis wanita, Jika tidak benar-benar terpaksa, Arjuna tidak akan mau melakukannya, hal itu juga yang membuat wanita-wanita di luar sana begitu sulit untuk mendekatinya.
"Semua ini karena mu, kamu yang membuatku jadi aneh seperti ini. Kamu harus bertanggung jawab atas semuanya, sayang," ucap Arjuna tersenyum senang.