mengkisahkan tentang dua wanita cantik dengan ikatan ibu dan anak tiri. kasih sayang yang tulus membuat mereka saling menyayangi layaknya seperti ibu dan anak kandung.
Shinta berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai dokter gigi di salah satu klinik Indonesia . Mempunyai sifat keibuan yang sangat lembut dan menyayangi anak kecil. Namun galak terhadap semua pria yang berusaha mendekatinya.
Syifa gadis mungil yang berusia 5 tahun , tinggal bersama ayah dan kakek neneknya . Ayahnya begitu menyayanginya tetapi juga begitu sangat angkuh ketika berhadapan dengan orang lain, Ibunya meninggal kan dia dan ayahnya diusia Syifa belum genap 1 bulan demi lelaki yang lebih kaya dari ayahnya . Hal itu membuat ayahnya menjadi seorang yang sangat dingin terhadap orang asing.
Pertemuan Syifa terhadap Shinta membuatnya merasakan sosok kasih sayang seorang ibu. Ternyata ayah dari Syifa merupakan musuh terbesar dari Shinta di SMA yg merupakan kakak kelas Shinta . bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sangrainily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 22
Syafa melepaskan pelukkan sang suami, dia paham jika terlalu lama seperti ini. Siang ini bakalan menjadi panjang.
"Mau makan apa Mas?" Tanyanya dengan lembut.
"Apapun yang kamu masak pasti aku akan memakannya dengan lahap" Menggoda sang isteri. Syafa tersipu malu, pipinya memerah, layak nya anak ABG yang sedang jatuh cinta saja haha. Syafa pergi ke dapur memasak masakan untuk suami sekaligus anak tercintanya. Syafa mulai dengan aktifitas memasaknya sedangkan Gunawan mendekat dan memeluk isterinya dari belakang dengan penuh hangat. Keromantisan mereka tak pernah memudar sedikitpun
"Lepas mas" perintahnya dengan manja
"Jangan diamkan aku lagi ya sayang" mencium tengkung isterinya.
**********
Di rumah sakit Revan masih menunggu sang Puteri agar sadarkan diri, sudah sebulan namun anaknya tak kunjung sadarkan diri. Dokter selalu rajin memeriksa Syifa setiap 2 jam sekali untuk melihat perkembangannya, namun tak ada perkembangan sama sekali. Detak jantungnya normal namun Syifa belum merespon sama sekali, Revan juga selalu mengajak Puterinya berbicara sesuai anjuran dokter. Walau Syifa tak bisa merespon namun pasien yang koma masih bisa mendengarkan ucapan kita.
"Sayang, Papa sudah datang" Duduk di bangku yang terletak tepat disamping anaknya.
"Kau sangat nakal ya sayang, tak mau berbicara pada papa sedikitpun, bahkan kau mampu membuat papa hampir gila karena mu. Bertahan lah nak, segera lah sadar. Karena Papa tak sanggup hidup tanpamu" Menggenggam erat dan mencium tangan anaknya. Ia menangis sejadi-jadinya. Melihat ketidak berdayaan sang Puteri.
"Apa kau tak sayang pada Papa nak"
"Ayo bangunlah, nanti papa akan membelikan ice cream yang banyak untukmu"
"Apa kau tau, Kaulah alasan papa bertahan sejauh ini, bahkan Papa melawan rasa sakit akan keras nya dunia, menahan sakit akan sakit papa hanya karena mu, jika kau seperti ini apa alasan papa lagi untuk bertahan nak" Masih menangis ter isak-isak. Revan selalu bersikap tegar dihadapan semua orang namun jika sudah berdua dengan Puterinya ia akan menangis sejadi jadinya.
"Papa gak sanggup kehilanganmu nak"
"Kau dunia papa, kau matahari papa. Cahaya kehidupan papa, Kekuatan papa. Papa mohon jangan menyiksa papa seperti ini nak hikss"
"Kenapa harus kamu yang mengalaminya nak, kenapa harus kamu yang harus menahan rasa sakitnya. Kenapa enggak papa aja, papa emang ga berguna jadi seorang Ayah bahkan menjaga kamu saja papa gagal" Masih menangis histeris di pelukkan anaknya. Syifa belum membuka matanya namun sepertinya ia mendengarkan ucapan sang Ayah. Air mata Syifa membasahi pipinya. Revan melihat sang Puteri mengeluarkan air mata. Ia menghapus air matanya dan segera keluar dari ruangan ICU untuk mencari sang dokter. Tak lama ia masuk bersama dokter
"Ini perkembangan yang bagus, terus lah berkomunikasi kepada Puteri anda Tuan. Ia mendengarkan segala ucapan anda dan merespon nya walau hanya mengeluarkan air mata" Ucap sang dokter. Dokter menyuntikkan beberapa obat di selang infus Syifa, setelah itu ia berpamitan untuk keluar dari ruangan. Revan menggenggam tangan Puterinya dan terus menciumi tangan sang Puteri.
"Papa tau, kau anak yang kuat. Kita akan melewati ini bersama sama nak" Ucap Revan dengan semangat, ia memandangi wajah cantik anaknya, membelai wajah sang anak.
drtttt....drtttttt
Ponsel Revan berbunyi, ia langsung beranjak berdiri dari tempat duduk nya dan keluar ruangan untuk mengangkat telponnya yang berbunyi dari tadi.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Kamu handle semua nya, saya sedang menjaga Puteri saya" mematikan ponsel, menyimpan di saku celananya.
Sudah Favorit 💙
Terima kasih kak author atas novel yg bagus ini
Sampai jumpa di kisah selanjutnya
Kau sengaja menyembunyikan diary nenekmu & terus mempengaruhi Cia untuk berbuat jahat...
Tega nian kau Elsa....
Lalu,untuk apa lagi kau ingin bertemu Revan & Shinta?
Apa yg akan kau lakukan?
Dan berkat penjelasan dari Syifa,Kgphanza & Arvan,Cia tahu Shinta tak bersalah ....Shinta sangat baik..
Apakah ini yg kau inginkan?