Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.20 Cold Husband
Tepat pukul 5 sore hari, mobil Gathan yang dikendarai Erwin masuk ke pekarangan rumah. Gathan turun dari mobil dan dilihatnya Nanda telah berdiri di depan rumah dengan senyum cerianya. Seperti biasa, Gathan bersikap datar dan acuh, tapi Nanda tetap menyunggingkan senyum.
"Selamat sore, pak." ucap Nanda lalu ia menggamit tangan Gathan dan menciumnya. Gathan membiarkannya saja apa yang ingin dilakukan Nanda. Nanda juga menyodorkan tangannya untuk mengambil tas Gathan. "Biar saya saja yang bawakan tasnya, pak." ucap Nanda lagi. Gathan pun menyodorkan tasnya dan Nanda meraihnya dengan hati riang gembira. Setidaknya, walaupun Gathan bersikap dingin, tapi ia tidak menolak apa yang ingin dilakukannya.
'Dasar, cold husband!'
Nanda melangkahkan kakinya sambil mengulum senyum berjalan di depan Gathan. Tiba-tiba ia ingat, ia tidak tau harus meletakkan tasnya dimana, lantas ia memutar badannya membuat Gathan yang sedang berjalan di belakangnya menabraknya hingga terhuyung ke belakang.
"Aaargh ... " Nanda menutup matanya mengira dia akan terjatuh, tapi hingga hitungan ketiga ia tidak merasakan apa-apa membuatnya membuka matanya. Hanya ada belitan di pinggang yang ia rasakan. Lalu perlahan Nanda membuka matanya. Seketika tubuhnya menegang saat ia merasakan hembusan nafas Gathan menerpa wajahnya. Apalagi tangan Gathan melingkari pinggangnya membuatnya salah tingkah.
"Eh ... em ... ma-af, pak. Saya tidak sengaja." cicit Nanda seraya menggeliatkan tubuhnya agar terlepas dari belitan tangan Gathan.
Gathan yang sadar Nanda merasa tak nyaman pun lantas melepaskan tangannya dan kembali menegakkan tubuhnya.
"Kalau mau berhenti atau berputar itu lihat-lihat! Kalau jatuh bagaimana." desis Gathan dengan wajah datarnya.
Nanda hanya menunduk malu sekaligus takut.
"I-iya, pak. Maaf. Saya ... saya hanya mau tanya tasnya harus Nanda letakkan dimana?" tanya Nanda gugup.
Tanpa kata, Gathan melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan di lantai atas , tepatnya di seberang kamar Nanda. Nanda pun mengekori saat Gathan membuka ruangan yang didominasi warna abu-abu itu dan segera menuju meja kerjanya. Saat Gathan membalik badannya, ia tidak menemukan Nanda membuatnya mengerutkan kening.
"Kamu kenapa hanya berdiri di situ?" tanya Gathan penasaran saat melihat Nanda justru berdiri di depan pintu.
"Saya ikut masuk, pak?" beo Nanda membuat Gathan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ikuti saya!" titahnya tanpa basa-basi.
'Dasar, flat husband!'
"Letakkan tas saya di sana." tunjuk Gathan pada meja kerjanya. Nanda pun menurut lalu meletakkan tas itu di meja kerja Gathan sesuai perintahnya. Sedangkan Gathan, ia duduk di sofa tak jauh dari meja kerjanya.
Setelah meletakkan tas itu, Nanda membalik badan dan hendak permisi keluar, tapi Gathan justru menghentikannya.
"Hei, kamu ... " panggil Gathan membuat Nanda cemberut karena Gathan seperti enggan mengingat namanya.
"Iya, pak! Ada yang bisa saya bantu?" tawar Nanda seraya membungkukkan badan. Gathan mengerutkan keningnya saat melihat tingkah Nanda.
"Kamu ... saya mau tanya sesuatu. Sebenarnya saya mau tanyakan ini dari kemarin, tetapi belum sempat." ucap Gathan terjeda. "Kamu ... apa kamu yang meminta mas kawin seperangkat alat sholat? Atau itu ide mama?" tanyanya.
"Saya sendiri, pak. Justru awalnya ibu eh mama Lavina berusaha membujuk saya supaya mau meminta sesuatu yang lebih mahal lagi. Tapi saya menolak." ucap Nanda jujur membuat Gathan makin bingung.
"Mengapa kau menolak?" tanya Gathan penasaran.
"Dalam pernikahan itu yang saya ambil adalah kesakralannya, bukan besar kecilnya mahar. Untuk apa saya meminta mahar uang yang banyak atau perhiasan yang mahal kalau tidak bisa membuat saya bahagia. Harta berlimpah justru dapat membawa kita ke dalam kemudharatan. Dan alasan saya meminta mukenah, dengan harapan selama saya memakai mukenah itu untuk bersujud pada yang maha kuasa, maka selama itu pula pahala akan mengalir bukan hanya kepada saya, tapi juga kepada si pemberi." ucap Nanda lugas.
Gathan terdiam, ia tidak menyangka gadis kecil seperti Nanda memiliki pemikiran yang sangat menarik. Awalnya ia sempat berpikir, Nanda mau menikah dengannya karena dia kaya raya tapi saat prosesi Akad berlangsung, ia jadi sedikit meragu. Bila gadis lain ingin memamerkan pernikahannya dengan meminta mahar yang besar agar orang-orang takjub mendengarnya, namun tidak dengan Nanda. Permintaannya bahkan sungguh di luar ekspektasi, hanya sebuah mukenah tanpa embel-embel yang lain. Mungkin inilah salah satu poin plus yang membuat mamanya menyukai Nanda dan menginginkan ia menjadi istrinya. Dia memang sangat jauh berbeda dari Freya
"Pak, bapak mau kopi?"
"Aku bukan bapakmu dan aku tidak pernah menikah dengan ibumu. Jadi jangan panggil aku bapak-bapak lagi!" ketus Gathan membuat Nanda terkesiap. Lalu ia menggaruk tengkuknya bingung.
"Emm ... jadi saya harus panggil apa, pak? Eh ... " Nanda segera membekap mulutnya yang keceplosan memanggil bapak lagi.
Gathan geleng-geleng kepala melihat tingkah Nanda. Gadis polos itu ... Dia bahkan tak banyak bicara dengan Freya, tapi dengan Nanda ia selalu sukses mengeluarkan banyak kata hanya karena tingkah polosnya.
"Pikirkan sendiri. Apa saja terserah."
"Kalau tuan?"
"Aku bukan majikan kamu." ketus Gathan lagi.
"Terus apa dong, Nanda bingung ih!" Nanda tanpa sadar merengek membuat diam-diam Gathan tersenyum samar.
"Ya pikirin, sana!" ucap Gathan lagi sambil berdiri hendak meninggalkan Nanda.
"Mas, mau kopi?" tanya Nanda dengan senyum malu-malu.
Gathan menegang , jantungnya berdesir hangat, panggilan itu ternyata mampu menggelitik perutnya.
"Boleh. Letakkan saja di meja kerjaku. Aku mau mandi dulu."
"Siap, mas!" ucap Nanda penuh semangat dengan telapak tangan berada di sisi kanan kepala, bersikap ala-ala penghormatan saat upacara.
Gathan hanya dapat tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. Baru 1 hari Nanda di rumah itu, ternyata mampu memberikan sensasi berbeda di benaknya.
30 menit kemudian, Gathan masuk ke kembali ke ruang kerjanya. Tak lama kemudian, Nanda menyusul dengan secangkir kopi dan beberapa iris cheese cake. Di letakkannya kopi dan kue itu di atas meja.
"Silahkan diminum, mas kopinya!" ucap Nanda yang hanya disahuti Gathan dengan gumaman tak jelas. "Kalau begitu, saya permisi dulu!" pamit Nanda .
Baru saja Nanda membalik badan, matanya tiba-tiba bersirobok dengan mata Freya yang sedang bersandar di pintu dengan tangan bersedekap.
"Mau mencoba mencari perhatian, Gathan, hm? Jangan coba-coba! Ingat posisimu. Dan ingat statusmu." ucap Freya memperingatkan Nanda dengan nada sinis.
"Maaf, Bu. Saya permisi." ucap Nanda tak ingin berlama-lama di dekat Freya. Dari awal ia sudah melihat ketidaksukaan Freya pada dirinya. Nanda merasa hal tersebut wajar. Mana ada sih istri pertama dengan suka rela menerima pernikahan kedua suaminya tanpa izin. Tentu mereka akan merasa sakit hati dan terluka. Tidak disakiti saja , Nanda sudah merasa bersyukur.
Dengan wajah tertunduk, Nanda berjalan keluar dari pintu. Lalu Freya menghadang langkahnya dan membisikkan sesuatu.
"Tau dirilah sedikit, pelakor. Kau itu itu ibarat langit dan bumi dengan Gathan. Ini bukan cerita Cinderella yang mana pangeran jatuh cinta pada Upik abu seperti dirimu. Mulai sekarang, posisikanlah dirimu di mana posisi semestinya. Jangan bertingkah apalagi mencoba mencari muka pada Gathan karena Gathan hanya milikku!" desis Freya tepat di telinga Nanda membuat mata Nanda seketika berkabut.
"Fre ... " tegur Gathan saat menyadari Freya sedang menghadang langkah Nanda.
"Iya, sayang." sahut Freya dengan nada manja. Lalu ia melenggang pergi sambil tersenyum meremehkan terhadap Nanda.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...