DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALAM YANG TIDAK TERLUPAKAN PART 2
WARNING:
LIKE DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA, DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR.
HAPPY READING 😘
..............................
Dave sama sekali tidak terpengaruh dengan air mata Aryn. Emosinya benar-benar sudah menguasai dirinya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah penghianatan Elsa.
"Katakan!" Bentak Dave.
Aryn menggelengkan kepalanya, Dave semakin murka melihat jawaban Aryn.
Pyar,
"Aaaa...." Teriak Aryn yang terdengar pilu.
Dave mendorong Aryn ke samping ranjang dan mengenai lampu tidur. Kaca berserakan di lantai. Aryn merintih kesakitan, ia tidak sanggup untuk bergerak. Seluruh badannya terasa sakit.
"Dave," Rintih Aryn.
"Kenapa kamu mengkhianatiku?" Seru Dave dengan keras.
Air mata Aryn mengalir deras. Ia menyesal karena menyetujui untuk menjadi seorang istri dari Dave yang gila. Baru beberapa jam mereka resmi menjadi pasangan suami istri, tapi Dave sudah menyakitinya bahkan sepertinya dia akan membunuh Aryn sekarang.
"Ayah.." Rintih Aryn.
"Katakan!" Seru Dave dengan keras.
Dave menatap tajam Aryn, sorot matanya penuh dengan kekecewaan. Ia berjalan mendekat. Badan Aryn bergetar, ia semakin ketakutan. Ia ingin bergerak melawan Dave, tapi tubuhnya terasa sakit.
Tok...tok...tok
Seseorang menggedor pintu dengan keras dari luar kamar Dave hingga menghentikan langkah Dave.
"Tolong!" Aryn berusaha berteriak.
Ketukan pintu terdengar lebih keras. Bahkan sekarang orang itu berusaha mendobrak pintu kamar Dave. Dave hanya memiringkan kepalanya sembari tersenyum sinis. Siapa yang berani menggedor pintunya dengan keras? Siapa yang berani mencampuri urusannya? Apakah dia bosan hidup?
Dave berjalan sempoyongan membuka pintu.
Ceklek,
Orang itu adalah Reza. Ya! Reza sengaja mengikuti Dave yang dalam keadaan mabuk. Awalnya Reza hanya mondar-mandir di lorong. Tapi ia tidak sengaja mendengar suara teriakan Aryn dan barang jatuh dari kamar Dave. Tentu karena ia khawatir Dave akan melewati batasnya saat mabuk.
"Apa yang lo lakuin!" Seru Reza yang sudah menerobos masuk ke dalam.
Ia terkejut melihat Aryn yang terkapar di pinggir ranjang dengan pecahan kaca dari lampu tidur. Aryn terlihat lemah, sorot matanya meminta Reza untuk menolongnya. Reza bergegas melangkahkan kakinya mendekati Aryn.
Melihat Reza yang menghampiri Aryn. Dave langsung menarik Reza dan mendorongnya hingga menghantam keras di dinding.
"Arrgghh," Pekik Reza, punggungnya sakit karena menghantam dinding.
"Jangan ikut campur! Wanita ini sudah mengkhianati gua! Dia layak dihukum!" Seru Dave yang memepet Reza di dinding.
"Hey bro! Nggak mungkin dia selingkuh!" Seru Reza dengan lantang.
Reza berusaha melawan Dave lagi saat melihat Aryn yang tidak sadarkan diri. Tapi perlu ia akui tenaga Dave saat sedang mabuk bertambah berkali lipat.
"Diem lo! Lo udah pikun?" Dave menunjuk kepala Reza dengan kasar.
"Rese lo! Pake ngatain pikun segala!" Reza semakin emosi.
"Elsa selingkuh Za! Apa sekarang gua salah kalau gua hukum dia?" Balas Dave.
"Elsa? Mata lo burem? Itu Aryn, Dave! Itu istri lo!" Ucap Reza.
"Lo nggak usah belain wanita j*l*ng itu!" Dave semakin kuat memepet Reza.
Dengan sekuat tenaganya, Reza mendorong Dave hingga Dave jatuh terduduk. Reza melihat sekilas vas hiasan di meja dekat sofa. Ia bergegas mengambil vas itu dan masuk ke dalam kamar mandi.
Byur,
"Seger kan?" Ucap Reza yang baru saja menyiram Dave dengan air yang ia ambil dengan vas tadi.
Reza bergegas menghampiri Aryn yang tergeletak tidak berdaya. Ia berusaha mengangkat tubuh Aryn.
"Darah!" Seru Reza yang melihat darah di tangannya saat berusaha mengangkat Aryn.
"Gila lo Dave! Lo apain anak orang sampe kayak gini?" Seru Reza yang langsung mengangkat Aryn dan membaringkan tubuh mungil itu di ranjang dengan hati-hati.
Dave tidak merespon Reza. Ia sibuk mengibaskan rambutnya yang basah karena guyuran air dari Reza. Kepalanya terasa sangat pusing. Tiba-tiba ia berlari masuk ke dalam kamar mandi. Perutnya terasa bergejolak. Ia mengeluarkan semua isi perutnya di sana.
Reza menghubungi penjaga dengan interkom, ia memerintahkan penjaga untuk menjemput Paman Kevin.
Dave keluar dari kamar mandi dengan sempoyongan. Ia menopang tubuhnya dengan berpegangan pada meja dan dinding.
Ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, tidak mempedulikan Aryn.
"Sumpah Dave! Gua nggak akan segan buat ngerebut Aryn! Gua nggak peduli lo itu sahabat gua! Gua nggak rela wanita sebaik Aryn lo sia-siain!" Seru Reza yang melihat Dave tertidur di sebelah Aryn.
Reza duduk di tepi ranjang. Ia menatap lekat Aryn. Sungguh, Aryn memang sangat cantik. Tanpa Reza sadari, ia semakin menundukkan wajahnya mendekati wajah Aryn. Dua sentimeter lagi jarak antara mereka.
Ceklek,
"Siapa yang sakit?" Seru Paman Kevin yang baru datang dengan dua orang perawat di belakangnya.
Reza langsung berdiri dan menjauh dari ranjang. Ia sedikit salah tingkah.
"Aryn berdarah, paman!" Jawab Reza.
"Bagaimana bisa?" Tanya Paman Kevin yang mendekat dan melihat kondisi Aryn.
Paman Kevin mengeluarkan stestoskop miliknya, lalu memeriksa Aryn. Ia mengeluarkan perlatan lain dari dalam tas hitamnya. Sejenak ia menatap Dave yang tidur pulas tidak jauh dari pasiennya. Ia membuang napasnya dengan kasar.
Lalu ia menyuruh dua perawat tadi untuk membersihkan luka Aryn. Tidak hanya kepalanya saja yang terluka, tapi ada juga luka di punggung Aryn. Luka di kepala Aryn mendapat 3 jahitan. Dan salah satu luka di punggungnya mendapat 2 jahitan. Luka lainnya tidak terlalu dalam.
"Ini obat dan vitamin untuk istri Dave!" Seru Paman Kevin memberikan plastik berisi beberapa macam obat dan vitamin.
Reza mengantar Paman Kevin sampai ke pintu depan. Sebelum meninggalkan kamar Dave ia sudah menyelimuti tubuh mungil Aryn.
"Terima kasih, paman!" Ucap Reza.
Paman Kevin mengangguk lalu masuk ke dalam mobil yang tadi menjemputnya. Paman Kevin adalah kakak dari papa Dave yang berprofesi sebagai dokter. Ia bekerja di rumah sakit milik perusahaan Dave. Dave sangat mempercayai Paman Kevin dan menjadikannya dokter pribadi untuk keluarganya. Jadi Paman Kevin akan selalu siap jika di panggil Dave, walaupun ia sedang praktik di rumah sakit.
Reza baru masuk ke dalam setelah mobil yang mengantar Paman Kevin berbelok di depan gerbang.
..........................
Di sebuah kamar yang bernuansa putih, Samuel menikmati kopinya dengan menatap pemandangan di luar jendelanya.
Ia tersenyum smirk saat melihat Angel yang tertidur di bawah selimut putih tebal itu. Awalnya ia memang menghukum Angel dan berharap Angel menangis memohon untuk dilepaskan. Tapi kenyataannya Angel justru mengikuti permainannya, ia bahkan menikmati. Samuel mengetik sebuah pesan singkat dan mengirimkannya pada Reza. Ia belum memberikan laporan pada Dave, dia tidak ingin mengganggu pengantin baru.
To: Reza buaya buntung
"Niatnya ngasih hukuman, eh target malah keenakan bro!"
To: Samuel raja jomblo
"Curang lo! nggak bagi-bagi!"
To: Reza buaya buntung
"Udah bolong bro!"
To: Samuel raja jomblo
"Nggak kaget gua!"
Samuel tertawa cekikikan saat berbalas pesan dengan Reza. Di ranjang, Angel mengerjapkan matanya. Tubuhnya menggeliat pelan, ia menggosok kedua matanya. Selimutnya merosot turun dari dadanya. Ia langsung menaikkan lagi selimutnya untuk menutupi tubuhnya.
"Sudah bangun, sayang?" Seru Samuel.
........................
Jangan lupa like dan vote ya❤️
Terima kasih atas dukungannya. Author akan segera membuat visual pemain, so stay tune ya!❤️