NovelToon NovelToon
Hilangnya Para Pendaki

Hilangnya Para Pendaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:329
Nilai: 5
Nama Author: Irmann Nhh

Lima mahasiswa mendaki Gunung Arunika untuk hiburan sebelum skripsi. Awalnya biasa—canda, foto, rasa lelah. Sampai mereka sadar gunung itu tidak sendirian.

Ada langkah ke-enam yang selalu mengikuti rombongan.
Bukan terlihat, tapi terdengar.
Dan makin lama, makin dekat.

Satu per satu keanehan muncul: papan arah yang muncul dua kali, kabut yang menahan waktu, jejak kaki yang tiba-tiba “ada” di tengah jejak mereka sendiri, serta sosok tinggi yang hanya muncul ketika ada yang menoleh.

Pendakian yang seharusnya menyenangkan berubah jadi perlombaan turun gunung… dengan harga yang harus dibayar.

Yang naik lima.
Yang turun… belum tentu lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irmann Nhh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 UNIVERSE ARUNIKA— Di Tempat yang Tidak Memiliki Jam

BAB 12 — Di Tempat yang Tidak Memiliki Jam

Aku pikir ketika aku berjalan ke hutan itu… aku akan mati.

Tapi kematian punya bentuk yang jelas: dingin, kosong, gelap.

Yang kutemui bukan itu.

Begitu aku melewati garis yang tidak terlihat — yang memisahkan dunia orang yang memilih dari dunia orang yang dipilih — kabut naik dari tanah, bukan dari udara.

Seperti tirai tipis yang menutup panggung.

Dan ketika kabut itu turun lagi…

Tidak ada gunung.

Tidak ada hutan.

Tidak ada malam.

Hanya… tempat.

Tempat yang tidak punya waktu.

**

Suara langkahku tidak bersuara.

Cahaya tidak punya arah datang.

Aku tidak lapar, tidak capek, tidak ngantuk.

Tapi hatiku penuh dengan satu hal:

Kenangan.

Setiap langkah, suara tawa muncul di telingaku:

suara Dimas bercanda

suara Arif waktu jahil di puncak

suara Lintang waktu ngajarin bikin tenda

suara Sari waktu panik tapi tetap nolong aku

suara Kayla waktu bilang aku tidak sendirian

Aku ingin menutup telinga — tapi suara itu datang dari dalam.

Seperti gunung berkata:

“Kamu memilih rasa kehilangan sebagai harga.

Maka di sinilah tempatmu.”

Aku tahu tempat ini nyata karena aku merasa sakit — tapi tidak bisa menangis.

Tempat ini bukan neraka.

Bukan surga.

Tempat ini adalah ruang di antara hidup dan mati bagi orang yang menolak mengorbankan siapa pun.

Dan aku tidak sendirian.

Tidak lama setelah aku sadar cara kerja tempat ini, aku melihat seseorang berdiri — sekitar 15 meter dariku, membelakangiku.

Bahunya turun lemah. Jaketnya sobek. Rambutnya kusut. Tapi aku mengenali tubuh itu dengan pasti:

Lintang.

Dia mendengar langkahku, menoleh pelan, dan tersenyum kecil.

“Jadi akhirnya lu sampai sini juga, Ka.”

Aku terpaku. “Lin… lu hilang berarti ke sini? Dari dulu… lu di sini?”

Lintang duduk di tanah yang tidak berdebu — karena di tempat ini tidak ada debu — dan menepuk tanah di sebelahnya.

Aku duduk.

Dia menatap ke ruang tak berbentuk di depan kami.

“Gue ngeliat semua kejadian di luar. Tahu semuanya. Tapi nggak bisa ikut campur.”

Aku menahan napas. “Lu dengar gue sama Sari sama Kayla… semua?”

Lintang mengangguk perlahan.

“Gue ngeliat lu hampir matiin pintu orang lain demi tetap ada. Terus gue ngeliat lu memutusin buat hilang sendirian.”

Aku memalingkan wajah. “Gue nggak tau itu keputusan benar atau enggak.”

Lintang tersenyum, getir.

“Keputusan gak pernah benar. Keputusan cuma bikin kita jadi orang yang bisa hidup sama konsekuensinya.”

Sejenak aku berpikir tempat ini adalah penjara.

Tapi setelah beberapa lama diam, Lintang bicara lagi:

“Kita bukan ditahan, Ka. Kita cuma… belum selesai.”

Aku menatap dia, pelan. “Selesai apa?”

Lintang menunjuk dadanya sendiri.

“Selesai dengan diri kita sendiri.”

Aku tertawa miris, hampir sakit.

“Terus sampai kapan?”

Lintang menatap ruang putih itu lama sekali.

Ekspresi sedih, tapi bukan putus asa.

“Waktu gak jalan di sini. Jadi jawabannya sederhana:

Sampai kita berhenti berharap orang lain yang nyari kita.”

Aku membeku.

Lintang melanjutkan:

“Apa yang bikin lu tersiksa bukan sendirian.

Yang bikin lu tersiksa adalah lu pengen ada yang nyari.”

Kalimat itu terasa seperti kaca pecah di dada.

Karena benar.

Sebagian diriku berharap Kayla atau Sari akan datang ke gunung untuk nyari aku.

Supaya aku merasa penting.

Supaya aku tidak hanya pergi… tapi dipilih.

Lintang menatapku — sekarang lebih tajam:

“Gunung Arunika nggak menghukum orang yang jahat.

Gunung menghukum orang yang keberadaannya bergantung pada cinta orang lain.”

Dan itu aku.

Dan sebagian dari gunung ada di tempat ini — tempat untuk orang yang belum bisa melepaskan keinginan untuk dicintai dengan cara dikorbankan.

Ayat yang paling kejam dalam hidup bukanlah:

> “Aku hilang karena kamu.”

Tetapi:

> “Aku hilang supaya kamu mencintai aku.”

Akhirnya aku mengerti tempat ini:

Ini bukan tempat orang mati.

Ini tempat orang yang menukar hidupnya dengan pengakuan.

Bukan pengorbanan fisik…

tapi rasa ingin “dibutuhkan untuk diselamatkan”.

Lintang berdiri, menepuk bahuku.

“Gue dulu masuk sini karena gue pengen sepupu gue kembali kalau gue hilang.

Lu masuk sini karena lu pengen dianggap layak untuk diselamatkan.”

Aku tidak menyangkal.

Untuk pertama kalinya, aku berkata jujur:

“Aku… gak mau cuma jadi seseorang yang dicintai.

Aku mau jadi seseorang yang layak dikorbankan.”

Lintang menghela napas panjang — bukan marah, bukan kecewa — tapi mengerti.

“Kalau lu sadar itu… lu udah setengah jalan keluar.”

Aku terdiam.

“Lu akan keluar kalau lu berhenti mau jadi pusat rasa sakit orang lain.”

Aku tidak balas.

Karena itu bukan hal yang bisa dilakukan dalam semalam…

atau sebulan…

atau setahun.

Lintang menatap ruang luas itu, lalu berkata:

“Dan kalau suatu hari kita keluar… kita keluar bukan karena diselamatkan orang…

tapi karena kita udah belajar menyelamatkan diri sendiri.”

Aku memejamkan mata — dan untuk pertama kalinya sejak hutan itu —

aku tidak berharap Kayla atau Sari menyusul.

Aku berharap… mereka bahagia.

Dan tempat di sekitarku — ruang tak berbentuk — berubah sedikit.

Seperti garis tipis cahaya muncul entah dari mana.

Lintang tersenyum.

“Setiap kali lu pilih hidup untuk diri lu sendiri — bukan untuk dibutuhkan orang — pintunya kebuka sedikit.”

Aku menghela napas panjang.

Perjalanan keluarku bukan kembali ke gunung.

Bukan menunggu diselamatkan.

Tapi belajar memaafkan diri sendiri tanpa menjadikan luka sebagai bukti cinta.

Bab ini tidak berakhir dengan kepastian.

Tidak ada pintu terbuka.

Tidak ada langkah enam kali.

Yang ada hanya dua manusia yang mencoba berdamai dengan dirinya masing-masing, di tempat tanpa waktu.

Dan itu…

adalah awal dari perjalanan pulang yang sebenarnya.

1
Roro
waduh gak mudeng aku thor
Roro
hummmm penasaran
Irman nurhidayat: sebenernya aku gak serius si ngerjain novel ini wkwk,tapi kalo misal udah baca sampe ke bab terakhir dan minta lanjut,bakal aku lanjutin si,tpi aku ada prioritas novel lain yg lebih horor lagii,pantau yaa💪
total 1 replies
Roro
🤣🤣🤣🤣🤣 kok makin kesini malah gak horor tur, malah lucu
pintu tertutup terbuka aja
lama banget horonrnya datang
Irman nurhidayat: cek novel terbaruku kak,lebih seru,seram,mudah di cerna,lebih horor dan seram 🔥🔥
total 3 replies
Roro
ahhh keren inj
Roro
lanjut besok aja, jadi merinding aku
Roro
ouu UU main horor lagi,
Roro
lah... Arif apa kabar
Roro
sulit aku mencerna , tapi seru u tuk kubaca, dan akhirnya aku faham jalan cerita
Roro: iya kek nya Thor, tapi aku tetap menikmati bacaanya
cerinya nya seru banget
total 2 replies
Roro
beuhh makin keren aja
Roro
hah... tamat kah
Roro
makin seru dan makin penasaran aku
Roro
ahhhh keten banget
Roro
gak sabar pengen tau Arif sama Dimas udah koit atau kek mana yah
geram sekali sama mereka main kabur aja
Roro
keren.. makin penasaran aku
Roro
aku doakan pembaca mu banyak Thor, aku suka banget sumpah
Irman nurhidayat: Aamiin🤲makasih yaaaaa🙏
total 1 replies
Roro
Ter amat bagus...
Irman nurhidayat: mantapp makasih rating bintang 5 nyaa😍😍
total 1 replies
Roro
aku bacanya sesak nafas,
terasa banget horor nya.
Irman nurhidayat: bisa sampe sesak nafas yaa🤣
total 1 replies
Roro
ahhh seru banget
Irman nurhidayat: Bantu share yaaa💪💪
total 1 replies
Roro
misteri...
aku suka horor
Irman nurhidayat: mantap kak lanjut baca sampai tamatt💪💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!