"Aku bersumpah akan membalas semua penghinaan dan rasa sakit ini."
Tivany Wismell, seorang penipu ulung dari dunia modern bertransmigrasi ke zaman peradaban China kuno. Mengalami ketidakadilan dan nasib yang tragis, Tivany menolak menyerah dan akan membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kalung segel
Wei membawa Lin pergi jalan-jalan keluar saat Meyleen sedang tertidur. Banyak pelayan dan pengawal yang mencuri-curi pandang, karena ingin melihat seperti apa anak dari tuan mereka.
Wei duduk di gazebo halaman depan paviliun. Menikmati udara sore yang sejuk dan menenangkan. Saat sedang termenung, Wei tiba-tiba memikirkan banyak hal yang sudah terjadi selama hidupnya.
Bahkan dia sudah merasakan aneka macam bahaya sejak kecil, sosok ibunya yang tegas dan dingin, serta Ayahnya yang terkesan tidak peduli membuatnya selalu mengandalkan dirinya sendiri.
Meskipun sang ibu sering diam-diam memberikan bantuan dan banyak hal yang sangat berguna di saat genting, dia tetap saja merasa sangat jauh dengan sosok orangtuanya.
oeeeeekkkk
oeeeeekkkkk
Lin menangis dan membuyarkan lamunan Wei, Wei berdiri dan menimang dengan kaku. Wei merasa selimut yang membalut anaknya basah, sepertinya anaknya buang air kecil. Karena itu Wei buru-buru kembali ke kamar untuk mengganti popoknya.
Di kamar Wei sedikit kebingungan saat mencoba menceboki dan memakaikan popok, takut membangunkan Meyleen jadi dia memasangkan dengan asal dan akan bertanya cara pemakaian yang benar nanti.
Sekitar satu jam kemudian, Wei membangunkan Meyleen untuk menyusui Lin yang haus. Dengan wajah bantal dan mata yang masih mengantuk Meyleen menyusui anaknya.
"Apa-apaan ini?." Ujar Meyleen, saat melihat popok anaknya yang berantakan.
"Ekhemm........Aku sudah berusaha memakaikan dengan benar, tapi ternyata lebih sulit dari dugaan ku." Jawab Wei malu.
"Aku akan mengajarimu nanti, perhatikan dengan benar karena aku tidak akan mengulanginya.
"Ya." Jawab Wei.
Meyleen terdiam tiba tiba karena Pong memberikan pesan telepati padanya, Meyleen mengijinkan Pong muncul karena dia berkata jimat milik Lin sudah jadi.
"Aku sudah membuatnya dengan susah payah, seharusnya jimat ini bisa melindunginya seumur hidup. Tapi, sepertinya dia tetap harus diajarkan cara mengendalikan diri, karena terlahir sebagai alpha memiliki insting bertarung yang lebih tajam, dan jika tidak dikendalikan dia bisa melukai banyak orang secara membabi buta". Ucap Pong, datang membawa kalung berliontin batu permata hitam.
"Apa ada efek samping tertentu yang akan di alami Lin, setelah memakai kalung itu." Tanya Wei.
"Tentu saja ada, kepekaan penciuman dan instingnya tetap tajam. Dia tidak bisa berbaur dengan anak manusia biasa, karena akan sangat terasa perbedaanya." Ucap Pong.
Wei menerima kalung itu, memakaikan dengan hati-hati pada Lin. Kalung itu berubah ukuran seakan mengikuti ukuran leher Lin, Meyleen yang melihat itu cukup terpana dengan keberadaan sihir di zaman ini.
"Terimakasih Pong." Ucap Meyleen.
"Ya nona, untuk sementara saya akan bersemedi untuk memulihkan tenaga. Karena suami anda ada di sisi anda, seharusnya anda akan baik-baik saja." Ucap Pong.
"Memang dia sekuat apa sampai kau berpikir begitu?." Ujar Meyleen.
"Lebih dari yang anda bayangkan." Jawab Pong tersenyum melirik Wei penuh arti.
"Berisik." Kesal Wei.
Pong menghilang dan bersiap bersemedi dalam waktu yang tidak di tentukan. Saat ini persembunyian mereka aman, Lin juga sudah aman setelah hawa keberadaan nya di sembunyikan.
Tapi, Meyleen masih penasaran dengan kisah hidup Wei. Sebenarnya apa yang di maksud manusia setengah campuran? kisah apa yang dialami oleh Wei? kekuatan macam apa yang dia sembunyikan? Meyleen sungguh sangat penasaran akan hal itu.
Meyleen tidak mau mendesak karena dia tau rahasia besar tidak semudah itu di ungkapkan, Dia memilih mengajari Wei memasang popok bayi saja.
"Perhatikan ini, saat Lin buang air kecil ambil kain basah untuk mengelap bekasnya sampai bersih. Harus pelan-pelan karena kulit bayi itu masih tipis dan mudah iritasi, setelah itu lap dengan handuk kering dan pakaikan popok. Begini caranya......." Meyleen mengajari step by step dengan urut dan tegas.
Wei mengamati dan menghafal, dia bahkan menghafal minyak rambut dan sabun milik bayi. Entah kenapa dia pusing, ternyata mengurus bayi itu merepotkan sekali.
"Sudah mengerti kan? aku akan pergi ke dapur untuk makan. Jadi jangan cari aku selain waktunya minum susu, bayi minum susu selama dua jam sekali. Urus dia dengan benar, awas saja jika kau membuatnya terluka." Ucap Meyleen bangkit dari ranjang dengan hati-hati.
"Apa? kau baru saja melahirkan, kenapa turun dari ranjang?." Wei yang merasa ngilu.
"Karena aku wanita kuat, sudahlah diam saja." Meyleen beranjak pergi.
Meyleen tidak mau terkena baby blues jadi dia harus me time dan menjaga mood nya dengan baik. Soso yang melihat Meyleen menuju dapur mendekat, selama Wei ada di sisi nona nya Soso sibuk mengurus pekerjaan lainnya.
"Hai Soso, hari ini temani aku memasak ya. Aku ingin makan di gazebo dekat jembatan sendirian." Ucap Meyleen.
"Tapi hari sudah menjelang malam, tidak baik jika wanita setelah melahirkan duduk malam-malam." Ucap Soso khawatir.
"Tidak apa-apa, meskipun duduk sendirian kan kau dan para penjaga melihat dari jauh. Jadi tidak usah terlalu khawatir." Ucap Meyleen, karena dia hanya punya waktu dua jam jadi harus bergegas.
Meyleen masak hotpot daging, jamur, sayur, mie dan aneka macam topping. Dia memasak selama 20 menit, lalu buru-buru duduk di gazebo bersiap me time.
Meyleen makan hotpot porsi besar dengan lahap, sebelumnya Meyleen sudah meminta penjaga laki-laki untuk mengirim makanan pada Wei di kamar. Dia istri yang pengertian, meskipun sedang kesal.
"Huhhh ternyata menjadi Ibu berat ya, harus begadang dan waktunya terkikis untuk mengurus anak-anak." Gumam Meyleen.
"Untung saja Wei pulang tepat waktu, tau rasa dia mengurus Newborn." Gumam Meyleen merasa senang.
Meyleen makan dengan lahap di bawah langit malam yang baru saja datang. Suara jangkrik dan hewan-hewan yang terdengar bersahutan di balik hutan di luar sana.
Selesai makan, Meyleen duduk sebentar untuk menarik nafas dan mengistirahatkan otaknya. Setelah rileks dia kembali ke Paviliun untuk mandi dan menyusui anaknya, di dalam kamar Wei sedang kelimpungan karena Lin tiba-tiba rewel dan terus saja menangis meskipun tidak buang air.
"Apa dia lapar?." Ujar Meyleen.
"Entahlah, sudah 30 menit dia terus saja menangis." Wei terlihat lelah.
"Astaga kau pasti kehausan ya karena terus menangis, padahal belum waktunya kau minum susu apa kau menang merasa lapar lebih cepat?." Meyleen menerima Lin, dan bayi itu langsung diam.
Meyleen memilih menyusui lebih dulu sebelum mandi, saat sedang menatap wajah Lin dia melihat ada bekas meras di pipi nya. Meyleen mengerutkan dahi dan menatap Wei dengan curiga.
"Apa yang kau lakukan padanya?." Meyleen memicing.
"Tidak ada." Ucap Wei sok sibuk, merapihkan popok bayi.
"Kau mencubit pipi nya kan? pantas saja dia menangis, lihat sampai membekas begini." Omel Meyleen, dia benar-benar geram.
"A-aku hanya menyentuhnya pelan." Ujar Wei tertangkap basah.
"Pelan tidak akan meninggalkan bekas, bagaimana bisa kau menyakiti anakmu sendiri." Meyleen suami blues.
"Tidak, aku hanya reflek menarik pipinya karena dia terus tertawa saat tertidur." Ucap Wei keceplosan.
"Menarik? kau menarik pipinya?." Meyleen melotot garang, melempar sisir bayi ke arah Wei.
duaghh
Sisir itu terkena pas di dahi Wei, Wei hanya meringis sakit dan dahinya memerah. Meyleen merasa sangat puas, memang harus di balas agar tidak menjadi kebiasaan buruk.
ayo segera bangkit untuk balas dendam pada semua nya
Btw semangat othor buat menghasilkan karya2 yg luar biasa lainnya😊😊😊😊