NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandaran

Malam ini kamar Calista tampak tenang. Tirai jendela bergoyang perlahan diterpa angin malam, dan lampu belajar di meja hanya memancarkan cahaya kuning temaram. Tumpukan buku pelajaran masih terbuka, meski pandangan Calista sudah mulai kabur. Ia memegangi pelipisnya, menahan rasa pusing yang sejak tadi makin menjadi. Tubuhnya terasa lemah, tapi ia mencoba bertahan.

"Kenapa harus kambuh lagi sekarang..." gumamnya lirih, menyandarkan tubuh ke kursi.

Belum sempat ia memejamkan mata, ponselnya berdering. Layar menyala, menampilkan nama Xavier. Jantung Calista berdetak lebih cepat. Jarang sekali lelaki itu menghubunginya, apalagi malam-malam begini. Dengan sedikit ragu, ia mengangkat panggilan.

"Halo, Xavier..." suaranya terdengar agak serak, berusaha ditahan agar tidak terlalu jelas kalau ia sedang sakit.

"Lagi sibuk?" tanya Xavier datar, meski di ujung suaranya ada sedikit keraguan.

Calista menatap buku-bukunya yang masih berserakan. Ia tersenyum tipis, "Nggak. Ada apa?"

"Hm..." terdengar jeda singkat sebelum Xavier melanjutkan, "Gue butuh lo. Maksud gue, bisa ajarin materi tadi? Gue nggak paham sama sekali."

Sekilas rasa sakit dikepalanya terlupakan. Calista menggigit bibirnya, menahan senyum. "Tentu. Buku halaman dua puluh, kan?"

"Hmm." jawab Xavier singkat.

Calista menarik napas, lalu membuka bukunya juga. Tangannya sedikit gemetar, tapi ia berusaha menutupi itu. Dengan sabar ia mulai menjelaskan langkah demi langkah, suaranya pelan tapi jelas. Sesekali berhenti ia sejenak, menahan rasa berdenyut di kepalanya, lalu melanjutkan lagi seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kalau rumusnya gini, kamu tinggal substitusi angkanya. Coba kerjain dulu, nanti aku koreksi."

Di seberang, terdengar suara lembaran kertas dibalik. Xavier benar-benar mengikuti. "Oke... jadi kalau angka ini dimasukin hasilnya... hmm"

Calista tersenyum samar. "Iya, kamu udah di jalur yang benar."

Suasana menjadi hening beberapa detik, hanya suara mereka yang saling bertukar di antara kesunyian malam. Bagi Calista, rasanya ada kehangatan tersendiri ketika mendengar Xavier berusaha memahami penjelasannya.

Namun, Xavier mendadak terdiam. Lalu ia berkata dengan nada lebih rendah, "Lo yakin nggak capek? Suara lo... beda."

Calista menahan napas sejenak. Ia tidak menyangka Xavier bisa memperhatikan hal sekecil itu. Dengan cepat ia menutupinya, tertawa kecil meski kepalanya makin berat.

"Aku baik-baik aja. Lagian... siapa lagi yang bisa bikin kamu ngerti selain aku?"

Hening lagi. Calista bisa mendengar helaan napas Xavier di seberang, dalam dan agak berat.

"Makasih." ucapnya akhirnya, pendek tapi terdengar tulus.

Calista tersenyum lemah, menatap buku di depannya yang sudah tak lagi fokus terbaca. "Sama-sama, Vier."

Malam itu, meski rasa sakitnya makin menjadi, Calista tetap merasa hangat. Ada sesuatu di balik suara Xavier yang membuatnya bertahan, seolah rasa sakit itu tidak terlalu berarti.

♡♡

Pagi itu, meja makan keluarga Calista tampak rapi dengan aroma roti panggang dan sup hangat yang mengepul tipis di udara. Cahaya matahari masuk lewat jendela besar, membuat ruang makan terasa hangat dan nyaman. Calista duduk dengan tenang di kursinya, mencoba menikmati sarapan sambil sesekali meneguk teh hangat untuk meredakan kepalanya yang masih agak berat sejak semalam.

Papanya sudah membuka koran, sedangkan Mamanya sibuk merapikan sendok di meja. Suasana nyaris normal, hingga sebuah suara ketukan pelan dari arah pintu.

Tok... tok... tok...

Semua kepala menoleh hampir bersamaan. Dari balik pintu, muncul sosok seorang wanita tua dengan tatapan tajam dan langkah perlahan namun penuh wibawa. Dialah Nenek Rosa. Aura kehadirannya seketika membuat ruangan yang semula hangat mendadak mendingin.

Calista refleks menggenggam cangkir teh lebih erat. Hatinya mencelos. Ia tak menyangka nenek itu akan datang sepagi ini tanpa kabar.

"Selamat pagi..." suara Nenek Rosa terdengar dingin, nyaris tanpa ekspresi.

Ayah Calista buru-buru berdiri menyambut.

"Mama... kenapa tidak bilang kalau mau datang?"

Nenek Rosa hanya melirik sekilas, lalu menarik kursi dan duduk dengan elegan di ujung meja. Tatapannya sempat berhenti tepat pada Calista. Pandangan itu menusuk, penuh penilaian, seakan kehadiran gadis itu adalah sebuah kesalahan.

Calista mencoba tersenyum sopan. "Selamat pagi, Nak."

Namun yang ia terima hanya lirikan singkat, sebelum nenek itu menaruh sarung tangannya di meja. "Hm."

Suasana yang tadinya tenang berubah kikuk. Hanya terdengar bunyi sendok beradu pelan dengan piring. Calista menuduk, berusaha tetap tenang meski perasaan tidak nyaman makin menekan dadanya. Kehadiran Nenek Rosa selalu membuatnya merasa seolah dirinya tidak cukup baik—selalu salah, selalu kurang.

Papanya berusaha mencairkan suasana dengan bertanya tentang kabar kesehatan sang nenek, tapi Calista tahu, setiap kali matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Nenek Rosa, ada ketidaksukaan yang jelas terpancar di sana.

Di sela-sela sarapan, Nenek Rosa akhirnya membuka suara.

"Calista," ucapnya datar, menatap cucunya itu. "Kamu kelihatan pucat sekali. Apa tidak tahu cara menjaga diri?"

Calista terdiam, menunduk. Sendok di tangannya berhenti bergerak.

Nathan segera menoleh dengan wajah serius. "Mama," katanya tegas, "tolong jangan bicara seperti itu. Jangan sampai Calista merasa sakit hati dengan ucapan Mama."

Nenek Rosa menegakkan punggungnya, sorot matanya tajam. "Mama hanya berkata jujur. Anak itu harus belajar lebih kuat, Nathan."

"Tetap saja," balas Nathan, menahan nada suara agar tidak meninggi. "Jujur bukan berarti boleh melukai. Calista sudah berusaha cukup keras selama ini."

Ruangan kembali hening. Calista menunduk lebih dalam, berusaha menyembunyikan perasaan yang berkecamuk. Ia bisa merasakan ketegangan di antara ayah dan neneknya, namun di balik itu, ada rasa hangat yang muncul di hatinya—ayahnya selalu ada melindunginya.

Suasana meja makan mendadak dingin. Calista menahan makanan di mulutnya dengan hati-hati. Ia tahu jika terus duduk di sana, akan ada kata-kata lain yang menusuk keluar dari mulut Nenek Rosa.

Dengan sopan ia meletakkan sendoknya, lalu bangkit dari kursi.

"Nenek, Papa, Mama... aku pamit sekolah dulu," ucap Calista pelan.

Nenek Rosa mengetuk meja dengan ujung jarinya, wajahnya masam. "Baru sebentar duduk sudah pergi. Anak ini memang tidak tahu sopan santun," gerutunya dengan nada kesal.

Calista menunduk, menahan perasaan yang bergejolak. Namun sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Mama Vero angkat bicara.

"Sudah lah, Mah. Jangan buat suasana pagi jadi berat. Biarkan Calista berangkat. Dia kan memang harus sekolah."

Nathan ikut menimpali dengan nada tegas. "Iya, Ma. Jangan tahan dia. Nanti malah terlambat, Calista, kamu hati-hati di jalan, ya."

Calista menatap ayahnya sebentar, lalu ia tersenyum kecil sebagai tanda terima kasih. Ia membungkuk singkat ke arah meja makan sebelum benar-benar keluar dari rumah.

Begitu pintu utama terbuka, udara pagi yang segar langsung menyambutnya. Dan di luar, berdiri seseorang yang tak ia duga, Xavier.

Lelaki itu bersandar santai di motor hitamnya, satu tangan menyelip di saku celana, seakan sudah menunggu sejak lama.

"Xavier?" Calista terkejut, langkahnya terhenti.

Xavier mengangkat wajah, tatapannya singkat lalu mengalihkan pandangan. "Cepat naik. Gue antar."

Calista mengedipkan mata, ragu. "Kamu... nungguin aku dari tadi?"

Xavier pura-pura menatap arah lain. "Jangan banyak tanya. Nanti telat sekolah."

Sudut bibi Calista terangkat tanpa sadar. Setelah pagi yang menyesakkan di dalam rumah, kehadiran Xavier di luar pintu terasa seperti udara segar yang ia butuhkan.

Di atas motor, angin pagi berhembus melewati wajah mereka. Calista duduk diam di belakang, tangannya menggenggam erat tali tas. Dari kaca spion kecil, Xavier sesekali melirik ke arahnya. Wajah Calista tampak pucat, matanya sedikit sembab seolah baru saja menangis.

Alis Xavier berkerut, hatinya tidak tenang. Alih-alih langsung menuju sekolah, ia membelokkan motornya ke arah taman kota yang masih sepi di pagi hari.

Calista terkejut saat motor berhenti. "Xavier? Ini... bukan jalan ke sekolah."

"Diam aja dulu," jawab Xavier singkat, nada suaranya tenang tapi penuh arti.

Mereka turun. Xavier menuntun motornya ke pinggir, lalu berjalan tanpa menjelaskan apa-apa. Calista menatapnya bingung, tapi mengikuti saja.

"Duduk." Xavier menunjuk bangku taman yang menghadap ke kolam kecil.

Calista menuruti, duduk dengan hati-hati. Hatinya makin bertanya-tanya ketika Xavier tanpa banyak bicara berbalik badan dan melangkah pergi ke arah pedagang kecil yang di ujung taman. Tak lama kemudian, ia kembali dengan dua es krim di tangannya.

"Untuk lo." ia menyodorkan satu padanya.

Calista mengedip, tertegun. "Xavier... kamu..."

Xavier duduk di sebelahnya, membuka bungkus es krimnya dengan santai. "Nggak usah banyak mikir. Makan aja. Katanya es krim bisa bikin orang berhenti menangis."

Calista menunduk, merasakan matanya kembali panas. Tapi kali ini bukan karena sakit hati, melainkan karena ada seseorang yang diam-diam memperhatikan luka kecilnya. Ia mengambil es krim itu dengan tangan gemetar, lalu tersenyum samar.

"Terima kasih, Xavier..." ucapnya lirih.

Xavier hanya melirik sekilas, lalu pura-pura sibuk dengan es krimnya. Tapi di balik sikap datarnya, ada rasa lega—karena setidaknya pagi ini ia bisa membuat Calista sedikit lebih baik.

"Kalau lo ada masalah, lo bisa cerita. Gue siap dengarin," ucap Xavier sambil masih mengunyah es krimnya.

Calista tersenyum tipis. "Aku nggak ada masalah kok."

Xavier mengerling sekilas. "Nggak usah bohong, Cal. Lo habis nangis."

Calista terkekeh pelan, agak malu. "Kentara, ya?" ucapnya polos.

"Hm," sahut Xavier singkat.

Hening sebentar, hanya suara dedaunan bergoyang diterpa angin. Sampai akhirnya Calista berbisik pelan, "Nenek... nggak suka sama aku."

Xavier menoleh, menatapnya serius. "Alasannya?"

Calista menggeleng, matanya tampak ragu. "Entahlah, aku juga nggak tahu," ucapannya jelas terdengar seperti alasan yang dibuat-buat, tapi ia tak punya keberanian untuk jujur sepenuhnya.

Sebelum suasana makin berat, Calista cepat-cepat melirik jam tangannya. "Vier, bentar lagi masuk. Yuk, kita ke sekolah."

Xavier bisa menangkap jelas kalau Calista sedang mengalihkan pembicaraan. Ia ingin menanyakan lebih jauh, tapi memilih menahan diri. "Hmm..." gumamnya singkat sambil bangkit berdiri.

Calista ikut bangkit, menyembunyikan resahnya dengan senyum kecil.

1
kaylla salsabella
la kenapa nenek rose ada di sini
kalea rizuky
entah benci cwek lemah meski penyakitan seenggaknya gk oon
kalea rizuky
moga g sad ending ya Thor benci q novel sad
kaylla salsabella
kok cuman 1 part thor😁😁
Nona Jmn: Aamin! Makasih🫶🥰
total 3 replies
lovly
berharap untuk akhir yang bahagia thor, semangat💪
Nii
👍
kaylla salsabella
lanjut thor
Lisa
wah hebat nih Xavier ntar lg jdi ketuanya mafia D'Angel
Lisa
Nenek koq jahat banget sama cucunya
kaylla salsabella
terimakasih update nya thor😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama kakak🥰🫰
total 1 replies
kaylla salsabella
ayo vier cari tahu calista kenapa gak sekolah
kaylla salsabella
kira papa nathan ada masalah apa
kaylla salsabella
ooo si nenek belum tahu berhadapan sama Xavier🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
Lisa: Amin..
total 1 replies
kaylla salsabella
terimakasih update 3 part😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama☺️ Jangan lupa Vote ya kakak☺️🫰🫶🥰
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut thor
kaylla salsabella
ayo vier datang kasihan calista
kaylla salsabella
alhamdulillah vier mau berubah
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
kaylla salsabella
lanjut thor
Nona Jmn: Sama-sama kak, makasih juga sudah sering baca novel aku☺️🥰🫶🫰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!