NovelToon NovelToon
Hilangnya Para Pendaki

Hilangnya Para Pendaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:329
Nilai: 5
Nama Author: Irmann Nhh

Lima mahasiswa mendaki Gunung Arunika untuk hiburan sebelum skripsi. Awalnya biasa—canda, foto, rasa lelah. Sampai mereka sadar gunung itu tidak sendirian.

Ada langkah ke-enam yang selalu mengikuti rombongan.
Bukan terlihat, tapi terdengar.
Dan makin lama, makin dekat.

Satu per satu keanehan muncul: papan arah yang muncul dua kali, kabut yang menahan waktu, jejak kaki yang tiba-tiba “ada” di tengah jejak mereka sendiri, serta sosok tinggi yang hanya muncul ketika ada yang menoleh.

Pendakian yang seharusnya menyenangkan berubah jadi perlombaan turun gunung… dengan harga yang harus dibayar.

Yang naik lima.
Yang turun… belum tentu lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irmann Nhh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 UNIVERSE ARUNIKA— Suara yang Tidak Boleh Dipercaya

POV SARI

Jalur timur Gunung Arunika tidak punya suara.

Tidak ada daun jatuh.

Tidak ada ranting patah.

Tidak ada langkah selain langkah kami sendiri.

Dan itu justru membuat setiap gerakan terasa seperti dilihat oleh sesuatu yang tidak punya mata.

Gelang biru di tanganku bergerak seperti jarum kompas hidup.

Bergetar pelan untuk menuntun arah.

Raka berjalan paling depan.

Kayla di belakangku.

Setengah jam perjalanan, Raka berhenti mendadak.

Kayla hampir menabrak punggungku.

“Ada apa…?” bisikku.

Raka tidak jawab.

Dia menatap lurus ke depan… ke sebuah celah antara dua batang pohon besar.

Aku mengikuti arah tatapannya.

Di antara pepohonan, hanya enam meter dari kami…

Ada pendaki perempuan berdiri membelakang kami.

Rambut panjang.

Jaket gunung lusuh.

Ransel robek.

Kakinya menggantung—seperti tidak menapak tanah.

Aku ingin mundur.

Kayla menggenggam lenganku begitu erat sampai kuku kami hampir berdarah.

Raka tidak bergerak.

Perempuan itu lalu berkata—suara pelan, retak, seolah pita suaranya pernah dirusak:

> “Kalian… terlambat.”

Aku membekukan napas.

Dia tidak menoleh, tapi dagunya bergerak seperti tersenyum.

> “Seseorang… sudah memutuskan untuk mati… demi seseorang lain.”

Kayla langsung menitikkan air mata.

Sari: “Siapa?! Pendaki mana?!”

Perempuan itu tertawa kecil—tawa tanpa udara.

> “Bukan pendaki.

Seseorang dari rombongan kalian.”

Dunia runtuh seketika.

Aku menatap Raka.

Raka menatap Kayla.

Kayla menatap aku.

Tidak ada yang bicara.

Karena kami tahu itu bukan ancaman.

Itu intuisi yang gunung tahu lebih dulu dari otak kami sendiri:

> Salah satu dari kami mulai membuka pintu pengorbanan tanpa sadar.

Dan itu bisa siapa saja.

Sebelum aku sempat bertanya lagi, pendaki hantu itu lenyap seperti asap yang terhisap ke tanah.

Tidak berlari.

Tidak terbang.

Hilang… seolah dia tidak pernah ada.

Angin pertama hari itu bertiup—dingin, tajam, bau tanah basah kuburan.

Kayla berbisik, suaranya pecah:

“Kalau itu bener… siapa yang bakal ngorbanin diri?”

Aku ingin bilang “bukan kita”, tapi bohong.

Raka sudah pernah melakukannya.

Aku pernah punya pikiran itu.

Kayla… pernah hampir melakukannya di depan pintu rumahku.

Siapa saja bisa tiba-tiba tergelincir ke niat itu lagi.

Gelang di tanganku bergetar keras.

Ukirannya berubah.

> JANGAN PERCAYA SUARA SIAPA PUN.

TERMASUK SUARA SENDIRI.

Aku hampir muntah.

 

POV RAKA

Kami berjalan lagi, tapi sekarang kami tidak percaya langkah kami sendiri.

Semakin dalam ke hutan terlarang, sesuatu mulai berubah.

Cahaya matahari tidak masuk.

Suara hutan memudar.

Aroma tanah semakin kuat—rasanya seperti menghirup air kuburan.

Kayla memegang bahuku dari belakang agar tidak terpisah.

Tiba-tiba terdengar suara dari kanan:

> “Raka…”

Suara perempuan.

Lembut.

Memanggil namaku dengan cara yang hanya Kayla lakukan.

Aku menoleh sambil mengangkat senter—

Tapi Kayla masih di belakangku.

Kayla melihat raut wajahku dan langsung tahu.

“Itu bukan aku,” katanya cepat.

Sari menggeram: “Terus siapa?!”

Suara itu datang lagi, lebih dekat:

> “Aku capek… tunggu aku… tolong…”

Itu suara Kayla.

100% suara Kayla.

Tapi Kayla ada di belakangku.

Sari menarik pisau dari tas dan memegangnya seperti seseorang yang siap membunuh ketakutan.

“Kalau suara hantu udah bisa niru suara kita… berarti mereka lagi nyari pintu yang paling lemah untuk dibuka.”

Kayla menggigil.

“Aku takut suara itu ngajak salah satu dari kita misah…”

Aku menelan ludah.

“Itu tujuan mereka.”

Kami mempercepat langkah—tapi hutan mempersempit jalur secara misterius. Setiap tiga langkah, kami harus menyamping untuk menghindari pohon baru yang tumbuh seperti dinding.

Dan selama itu…

suara-suara mulai muncul dari berbagai arah:

> “Sari… sini…”

“Raka… tolong…”

“Kayla, aku kedinginan…”

“Ada yang jatuh… tolong bantu…”

“Jangan tinggalin aku…”

Mereka meniru suara kami…

suara orang-orang yang pernah hilang…

suara anak kecil…

suara laki-laki sekarat…

Suara-suara itu saling tumpang tindih, seperti radio rusak memutar kenangan yang bukan milik kami.

Kayla mulai menangis.

Sari memejamkan mata, berusaha keras untuk tidak terhipnotis.

Aku akhirnya berkata keras:

“JANGAN TANGGAPI! JANGAN BALAS!”

Tapi suara itu membalas:

> “Kenapa tidak menjawabku, Raka?

Dulu kamu selalu menjawab…”

Itu suara ibuku.

Ibu yang sudah meninggal.

Tubuhku langsung gemetar.

Sari menarik kerah jaketku dan menatapku tajam:

“RAKA. FOKUS. LU BALAS SUARA ITU, LU MATI.”

Aku mengangguk cepat, menahan air mata yang tiba-tiba turun begitu saja.

Kayla lewat bahuku melihat sesuatu dari arah kiri dan berteriak:

“SARI—JANGAN LIHAT!”

Tapi terlambat.

Sari sudah menoleh.

Dan dia melihat dirinya sendiri berdiri di balik pohon—

versi dirinya yang pucat, matanya hitam, rambut kusut seperti dicabut paksa.

Tiruan Sari itu berkata:

> “Kamu bisa selamatkan mereka berdua kalau kamu menyerahkan diri.

Kamu tahu itu benar.”

Sari membeku.

Wajahnya penuh rasa bersalah.

Dia mulai goyah.

Aku langsung memeluk Sari dari belakang, menariknya jauh dari tiruan itu.

“SARI! Itu bukan lu!

Itu hanya pakai rasa bersalah lu buat buka pintu!”

Tiruan itu tertawa tanpa suara.

Lalu tubuhnya terbalik 180 derajat, berdiri dengan kepala menghadap ke tanah, kaki di atas.

Berjalan ke arah kami seperti laba-laba cacat.

Kayla menjerit.

Aku menarik Sari lebih keras.

Tiruan itu mendekat, tubuhnya bergerak patah-patah seperti patahan tulang.

> “Seseorang dari kalian… sudah memilih siapa yang harus hilang…

dan itu bukan dirinya sendiri.”

Kalimat itu menusuk jantung kami bertiga sekaligus.

Aku menoleh ke Kayla.

Kayla menoleh ke Sari.

Sari menatap aku.

Masing-masing ingin berteriak:

“Aku nggak!”

“Tentu bukan aku!”

“Aku tidak memilih siapa pun!”

Tapi kami tahu satu hal yang lebih menakutkan daripada hantu:

Kadang pengorbanan muncul bukan dari niat sadar.

Tapi dari ketakutan terdalam manusia.

Tiruan Sari membuka rahangnya lebar-lebar…

sampai rahangnya robek ke arah telinga…

dan dari mulutnya keluar suara bukan manusia:

> “Dalam 24 jam… salah satu dari kalian akan mengucapkan kalimat yang membuka pintu.

Dan begitu pintu itu dibuka…

salah satu dari kalian tidak akan turun dari gunung ini.”

Kayla berlutut, tubuhnya gemetar hebat.

“Aku nggak mau kehilangan siapa pun lagi… AKU NGGAK MAU!”

Sari memegang wajah Kayla, memaksanya menatap mata.

“Kita di sini buat NGEHENTIKAN siklus itu.

Bukan ngulanginya.”

Aku menghunus pisau kecilku—bukan untuk melawan tiruan itu, tapi untuk mengingatkan diriku sendiri bahwa aku masih hidup.

Tiruan itu mendesis:

> “Kalian datang bukan untuk menyelamatkan.

Kalian datang untuk dipilih.”

Lalu tubuhnya membalik kembali, menjadi manusia normal…

dan berjalan ke dalam hutan.

Hilang.

Bukan meledak.

Bukan menghilang seperti asap.

Dia berjalan seperti orang biasa…

seolah sebagian dari dirinya masih manusia yang hilang.

Kami bertiga akhirnya berdiri lagi.

Gelang di tanganku bergetar begitu keras sampai terasa seperti terbakar.

Aku melihat ukirannya:

> MULAI MALAM INI

SIAPAPUN YANG MENANGIS

AKAN MENJADI PINTU PERTAMA

Aku langsung memandang Kayla—yang wajahnya masih basah oleh air mata.

Kayla menutup mulutnya.

Sari menatapku dengan mata horor:

“RAKA… kita harus jaga Kayla.

Sampai pagi.

Sampai besok.

Sampai siklus 24 jam ini lewat.”

Aku mengangguk cepat.

Tapi dalam hati…

Aku sadar:

Jika Kayla menangis sekali lagi…

Arunika akan mengincar dia terlebih dulu.

Dan entitas yang mengikuti kami…

tidak akan membiarkan itu tidak terjadi.

1
Roro
waduh gak mudeng aku thor
Roro
hummmm penasaran
Irman nurhidayat: sebenernya aku gak serius si ngerjain novel ini wkwk,tapi kalo misal udah baca sampe ke bab terakhir dan minta lanjut,bakal aku lanjutin si,tpi aku ada prioritas novel lain yg lebih horor lagii,pantau yaa💪
total 1 replies
Roro
🤣🤣🤣🤣🤣 kok makin kesini malah gak horor tur, malah lucu
pintu tertutup terbuka aja
lama banget horonrnya datang
Irman nurhidayat: cek novel terbaruku kak,lebih seru,seram,mudah di cerna,lebih horor dan seram 🔥🔥
total 3 replies
Roro
ahhh keren inj
Roro
lanjut besok aja, jadi merinding aku
Roro
ouu UU main horor lagi,
Roro
lah... Arif apa kabar
Roro
sulit aku mencerna , tapi seru u tuk kubaca, dan akhirnya aku faham jalan cerita
Roro: iya kek nya Thor, tapi aku tetap menikmati bacaanya
cerinya nya seru banget
total 2 replies
Roro
beuhh makin keren aja
Roro
hah... tamat kah
Roro
makin seru dan makin penasaran aku
Roro
ahhhh keten banget
Roro
gak sabar pengen tau Arif sama Dimas udah koit atau kek mana yah
geram sekali sama mereka main kabur aja
Roro
keren.. makin penasaran aku
Roro
aku doakan pembaca mu banyak Thor, aku suka banget sumpah
Irman nurhidayat: Aamiin🤲makasih yaaaaa🙏
total 1 replies
Roro
Ter amat bagus...
Irman nurhidayat: mantapp makasih rating bintang 5 nyaa😍😍
total 1 replies
Roro
aku bacanya sesak nafas,
terasa banget horor nya.
Irman nurhidayat: bisa sampe sesak nafas yaa🤣
total 1 replies
Roro
ahhh seru banget
Irman nurhidayat: Bantu share yaaa💪💪
total 1 replies
Roro
misteri...
aku suka horor
Irman nurhidayat: mantap kak lanjut baca sampai tamatt💪💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!