NovelToon NovelToon
Istri Pesanan Miliarder

Istri Pesanan Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Stacy Agalia

Zayn Alvaro, pewaris tunggal berusia 28 tahun, tampan, kaya raya, dan dingin bak batu. Sejak kecil ia hidup tanpa kasih sayang orang tua, hanya ditemani kesepian dan harta yang tak ada habisnya. Cinta? Ia pernah hampir percaya—tapi gadis yang disayanginya ternyata ular berbisa.
Hingga suatu hari, asistennya datang dengan tawaran tak terduga: seorang gadis desa lugu yang bersedia menikah dengan Zayn… demi mahar yang tak terhingga. Gadis polos itu menerima, bukan karena cinta, melainkan karena uang yang dijanjikan.
Bagi Zayn, ini hanya soal perjanjian: ia butuh istri untuk melengkapi hidup, bukan untuk mengisi hati. Tapi semakin hari, kehadiran gadis sederhana itu mulai mengguncang tembok dingin di dalam dirinya.
Mampukah pernikahan yang lahir dari “pesanan” berubah menjadi cinta yang sesungguhnya? Ataukah keduanya akan tetap terjebak dalam ikatan tanpa hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Stacy Agalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkenalan Lucas

Zayn berjalan cepat menembus kerumunan, langkahnya nyaris tanpa suara meski penuh tekanan. Napasnya memburu, matanya menyapu setiap sudut pesta. Bodyguard melapor singkat melalui earpiece:

“Area toilet sudah dicek, Tuan. Tidak ada nyonya.”

“Tidak ada?” suara Zayn dalam dan dingin, penuh ancaman. “Cari lebih jauh. Dia tidak mungkin keluar sendirian.”

Beberapa bodyguard berpencar, ada yang ke arah bar, ada yang ke pintu masuk, dan sebagian menyusuri jalur taman. Zayn sendiri menuju koridor kecil yang mengarah ke toilet, tempat terakhir yang menurutnya paling logis.

Ketika ia sampai, pintu toilet wanita terbuka sedikit. Ia menatap ke dalam. Namun kosong. Dingin menjalari punggungnya.

.....

Di sisi lain taman, langkah Alisha yang tadi sempat ragu kini terhenti. Sebelum sempat kembali ke arah keramaian, sebuah tangan kuat menyambar pergelangan tangannya.

“Eh—!” Alisha terpekik kecil, tapi suara itu langsung tertahan ketika selembar saputangan membungkam mulutnya. Bau menyengat membuat kepalanya pening, meski tubuhnya masih melawan.

“Tenang saja, cantik. Kami hanya ingin mengajakmu jalan sebentar,” suara seorang pria asing terdengar mengejek.

Dua pria berbadan tegap segera menutupinya dari sisi kanan dan kiri, menyeretnya perlahan ke balik pagar tanaman yang lebih sepi.

Di sana, berdiri seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam, wajahnya tampan namun senyumnya sinis. Rambutnya sedikit pirang dengan kilau aneh, dan matanya memandang Alisha seolah sedang menilai barang koleksi mahal.

“Alisha,” ucapnya pelan, penuh tekanan sekaligus kepuasan. “Akhirnya aku bisa melihatmu dari dekat.”

Tubuh Alisha menegang. Nafasnya terengah, matanya membelalak. “Si… siapa—?”

Pria itu menunduk sedikit, jemarinya terulur menyentuh dagu Alisha, membuatnya semakin bergidik ngeri. “Lucas,” ucapnya singkat, seolah nama itu sudah cukup menjelaskan segalanya.

......

Sementara itu, Zayn baru saja menerima laporan lain.

“Tuan, ada pergerakan mencurigakan di sisi barat taman. Tiga pria mengarah ke area pembatas tanaman.”

Zayn langsung meraih ponselnya, mengecek peta lokasi pesta yang sudah diamankan sebelumnya. Rahangnya mengeras. “Dia ada di sana.”

Tanpa pikir panjang, ia berjalan cepat ke arah barat, tubuhnya tegak, tatapannya tajam. Dua bodyguard menyusul di belakangnya, satu lagi berlari mendahului untuk memblokir jalur.

Di balik pepohonan, Alisha berusaha memberanikan diri. “Tolong lepaskan aku… suamiku—”

“Zayn?” Lucas menyeringai, matanya berkilat penuh tantangan. “Ya, aku tahu. Justru karena itu kau begitu berharga. Mari kita lihat, seberapa jauh Zayn rela melangkah demi menjaga miliknya.”

Alisha berusaha meronta, tapi genggaman pria-pria itu terlalu kuat. Tatapan Lucas tak pernah lepas darinya, penuh intensitas berbahaya.

Dan dalam beberapa langkah lagi, Zayn hampir sampai di lokasi itu.

Zayn akhirnya sampai di area barat taman, langkahnya mantap meski nadinya berdegup kencang. Kerumunan tamu jarang di sudut itu, hanya ada cahaya lampu taman yang remang, memberi suasana tegang.

Di sana, tepat di depan matanya, Alisha berdiri dengan kedua lengan yang di pegang erat oleh dua pria tegap. Wajahnya pucat, mata membelalak penuh cemas.

Dan di hadapan Alisha,Lucas menyeringai lebar, senyum setengah mengejek. “Zayn,” ucapnya tenang, seolah menyambut sahabat lama, “kau tak pernah berubah. Masih begitu cepat jika sudah menyangkut hal-hal milikmu.”

Zayn berhenti beberapa langkah di depannya, matanya tajam bagai pisau. Suaranya rendah, nyaris bergemuruh. “Lepaskan dia.”

Lucas menggeleng santai, matanya bergeser menatap Alisha dengan jelas di depan Zayn. “Aku hanya ingin memperkenalkan diri pada istrimu. Cantik sekali… aku bisa mengerti kenapa kau begitu menjaganya.”

Alisha menunduk, tubuhnya bergetar. Ia ingin berbicara, namun suara seolah tercekat di tenggorokannya.

Zayn merapatkan rahangnya. “Lucas.”

“Aku tidak main-main,”

Lucas menoleh, kali ini menatap lurus ke arah Zayn, matanya berkilat aneh. “Aku menyukaimu. Aku selalu mengagumimu, Zayn. Kau dingin, tak tersentuh, tapi justru itu yang membuatku… tergila-gila.”

Alisha terkejut mendengar pengakuan terang-terangan itu. Jantungnya nyaris berhenti. Ia menoleh cepat ke arah Zayn.

Zayn sendiri menegang, wajahnya gelap menahan emosi. “Beraninya kau—”

Lucas melangkah setengah maju, menatap Zayn dalam-dalam. “Kau tahu, aku bisa saja mengambil apa pun yang kau punya, termasuk dia. Hanya untuk membuktikan… bahwa aku bisa menaklukkanmu.”

Kata-kata itu menjadi pemicu. Zayn tak lagi menahan diri. Tanpa aba-aba, kepalan tangannya melayang menghantam wajah Lucas.

“Bruakk!”

Lucas terhuyung, sudut bibirnya robek, darah mengalir. Orang-orangnya refleks hendak maju, tapi Lucas mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka mundur. Ia malah terkekeh, menahan sakit tapi tatapannya tetap liar.

“Bagus, Zayn. Sangat… maskulin,” ucapnya parau, seolah menikmatinya.

Zayn tak berhenti, ia maju lagi, menghantam dada Lucas, membuat pria itu terdorong ke belakang. “Jangan pernah mendekati istriku lagi!” suaranya menggelegar.

Namun saat tinju berikutnya hampir melayang, sebuah tangan kecil menahan lengannya.

“Zayn, hentikan!” suara Alisha memohon, gemetar, nyaris menangis.

Zayn menoleh, melihat wajah pucat istrinya, napasnya tersengal. Dengan sisa kendali, ia menarik tangannya, berhenti. Tapi matanya masih menyala, menatap marah ke arah Lucas.

“Dasar bajingan! Jika kau berani menyentuhnya lagi, aku pastikan kau tidak akan bisa berjalan lagi!” Zayn merutuki Lucas, kata-katanya tajam, keluar di antara gigi yang terkatup keras.

Lucas mengusap sudut bibirnya yang berdarah, lalu terkekeh sinis. “Lindungi dia sekuat yang kau bisa, Zayn. Karena aku akan kembali lagi. Dan saat aku kembali… aku akan pastikan dia—” tatapannya tajam ke arah Alisha, “—menghilang dari sisimu.”

Alisha menegang, tubuhnya kaku mendengar ancaman itu.

Zayn nyaris melompat lagi, tapi Alisha menahan lengannya erat. “Zayn, sudah… tolong.”

Dengan tarikan napas panjang, Zayn menahan diri. Ia meraih pergelangan tangan Alisha, menggenggamnya kuat, lalu menariknya menjauh.

Bodyguard segera mengurung area itu, memastikan jarak antara pasangan itu dan Lucas beserta orang-orangnya.

Zayn menggiring Alisha kembali ke tengah pesta. Tatapan tamu-tamu sudah mulai tertuju, beberapa berbisik-bisik bingung.

Wajah Alisha menunduk dalam, pipinya pucat. Begitu tiba di area ramai, ia berbisik lirih, hampir tak terdengar, “Aku ingin pulang, Zayn… tolong.”

Zayn menoleh, menatap wajah rapuh istrinya. Rahangnya masih mengeras menahan emosi, tapi genggamannya melembut. “Kita pulang sekarang.”

Ia memberi kode singkat pada bodyguard, dan tanpa menoleh lagi ke arah Lucas, Zayn membawa Alisha meninggalkan pesta.

......

Mobil melaju meninggalkan area pesta, cahaya lampu kota berkelebat di balik kaca. Di dalam kabin, hanya suara mesin dan deru jalanan yang terdengar. Suasana sunyi, mencekam, seolah tiap detik udara terhenti.

Alisha duduk terpaku di kursi penumpang, jemarinya saling menggenggam erat di pangkuan. Wajahnya pucat, matanya masih menyimpan bayang tatapan Lucas yang menyeramkan. Nafasnya tidak beraturan, dan sesekali ia melirik ke arah Zayn yang duduk di samping, tangannya menggenggam setir dengan kuat hingga urat di punggung tangannya menonjol.

Tak tahan dengan sunyi yang menusuk itu, Alisha akhirnya bersuara pelan, nyaris bergetar.

“Zayn… siapa sebenarnya pria itu? Lucas… dia—” suaranya tertahan, “kenapa dia begitu berani menantangmu?”

Zayn tak langsung menjawab. Tatapannya lurus ke depan, sorot matanya gelap, dingin, dan penuh amarah yang ditahan. Rahangnya mengeras, seolah sedang memilih kata.

“Dia dulu…” Zayn menarik napas berat, “…mantan kolega bisnisku. Salah satu partner dalam proyek besar di luar negeri.”

Alisha menoleh cepat, kaget. “Kolega bisnis? Lalu kenapa dia—” ia berhenti, teringat pada pengakuan aneh Lucas yang terang-terangan tadi.

Zayn menoleh sekilas, lalu kembali menatap jalan. “Aku baru sadar belakangan ini… dia bukan sekadar ingin menjatuhkanku di dunia bisnis. Dia punya obsesi pribadi. Lucas adalah…” suaranya merendah, sedikit tercekat, “…kaum pelangi. Dan rupanya, aku target obsesinya.”

Alisha menegakkan tubuhnya, bulu kuduknya berdiri. “Ya Tuhan…” gumamnya lirih, terbayang wajah Lucas yang penuh gairah aneh saat menatap Zayn tadi.

“Dia sakit.” Zayn mendesis pelan, tangannya mencengkeram setir semakin kuat. “Obsesinya tidak normal. Dan sekarang dia menggunakanmu sebagai alat, untuk memancing reaksiku.”

Alisha memeluk dirinya sendiri, tubuhnya gemetar. “Dia tadi… dia mengancam akan menghabisiku, Zayn.” Suaranya pecah, hampir menangis. “Aku takut.”

Zayn melirik cepat, lalu melepas satu tangan dari setir untuk meraih tangan Alisha. Genggamannya kokoh, hangat, menyalurkan rasa aman meski emosinya sendiri sedang terbakar.

“Dengar aku, Alisha. Tidak akan ada yang menyentuhmu selama aku ada di sisimu. Lucas hanya bisa menggertak. Selama aku bernafas, aku tak akan biarkan siapapun menyakitimu.”

Alisha menatap wajah Zayn yang keras namun penuh keyakinan itu. Untuk sesaat, rasa takutnya sedikit mereda, meski hatinya masih berdegup kencang.

Namun dalam benaknya, kata-kata Lucas terus terngiang—“Aku akan kembali lagi… aku akan pastikan dia menghilang dari sisimu.”

Alisha menggenggam tangan Zayn lebih erat. “Janji padaku, Zayn… jangan pernah biarkan dia mendekatiku lagi.”

Zayn menoleh, menatap dalam ke matanya, lalu mengangguk sekali, tegas. “Aku janji. Dia harus melewati mayatku dulu jika ingin menyentuhmu.”

Mobil terus melaju, membawa mereka menjauh dari pesta, tapi bayang-bayang ancaman Lucas masih membuntuti di benak Alisha—dan di hati Zayn, bara dendam mulai menyala.

1
Lisa
Benar² kejam Omar & Lucas itu..menghilangkan nyawa org dgn seenaknya..pasti Tuhan membls semua perbuatan kalian..utk Alisha & Bima yg kuat & tabah ya..ada Zayn,Juna, Arvin yg selalu ada di samping kalian..
Lisa
Ya Tuhan sembuhkan Ibunya Alisha..nyatakan mujizatMu..
Lisa
Makin seru nih..ayo Zayn serang balik si Omar & Lucas itu..
Lisa
Ceritanya menarik
Lisa
Semangat y Zayn..lawan si Omar & Lucas itu..lindungi Alisha & Bima..
Lisa
Selalu ada pengganggu..ayo Zayn ambil sikap tegas terhadap Clarisa
Lisa
Moga lama² Zayn jatuh cinta pada Alisha..
Lisa
Ceritanya menarik nih..
Lisa
Aku mampir Kak
Stacy Agalia: terimakasiiihh🥰
total 1 replies
Amora
lanjut thor, semangaaatt
Stacy Agalia: terimakasiiiiih🥰
total 1 replies
Stacy Agalia
menarik ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!