Istri Pesanan Miliarder

Istri Pesanan Miliarder

Tiada Arti

Kota itu berkilau dengan lampu malam, namun di balik jendela kaca lantai teratas gedung Alvaro Tower, seorang pria berdiri memandang tanpa sungguh-sungguh. Tubuhnya tegap, jas hitam membungkus rapih tubuhnya seolah ia baru saja keluar dari pertemuan penting. Wajahnya tampan dengan rahang tegas dan sorot mata tajam, namun tak ada secercah hangat dalam tatapannya.

Dialah Zayn Alvaro, pria tampan berusia 28 tahun, pewaris tunggal sekaligus pemilik sah Alvaro Group, konglomerasi yang bergerak di bidang properti, investasi, hingga bisnis internasional. Nama keluarganya harum di kalangan elite, namun hanya sedikit yang tahu bahwa Zayn hidup dalam kesepian panjang sejak kedua orang tuanya meninggal dunia ketika dirinya baru berusia sepuluh tahun.

Rumah mewah, sekolah internasional, mobil sport, bahkan jet pribadi—semua sudah ia miliki. Namun tak satu pun mampu mengisi kekosongan dalam dirinya.

“Meeting board of directors besok jam delapan pagi. Saya sudah siapkan semua dokumennya, Tuan,” suara tenang milik Arvin Wijaya, asisten pribadinya, memecah kesunyian ruangan.

Zayn tak menoleh. Matanya masih terpaku pada cahaya kota. “Arvin.”

“Ya, Tuan?”

“Pernahkah kau merasa semua ini tidak berarti?”

Arvin terdiam sejenak. Ia sudah bersama Zayn lebih dari enam tahun, tahu betul majikannya ini jarang berbicara tentang perasaan. Kalimat seperti tadi sangat langka, bahkan nyaris mustahil.

“Jika Tuan bertanya pada saya, hidup memang tak selalu berarti. Tapi kita sendiri yang memberi maknanya,” jawab Arvin hati-hati.

Zayn mendengus pendek. “Makna… itu kata yang sulit.”

Sunyi kembali mengisi ruangan. Jam dinding berdetak pelan, suara kendaraan dari kejauhan hanya menjadi dengungan samar.

Malam itu, ingatan lama datang tanpa diundang. Zayn kembali melihat dirinya kecil, berdiri di samping peti mati ayah dan ibunya. Para kerabat, kolega, dan pejabat datang memberi belasungkawa, tetapi tidak ada yang mampu menghapus rasa kehilangan. Setelah hari itu, ia hanya ditemani oleh pengasuh dan sederet guru privat yang lebih peduli pada prestasi ketimbang perasaan seorang anak kecil.

Seiring bertambah usia, Zayn belajar menyembunyikan kelemahannya. Ia tumbuh menjadi pria dingin, logis, dan tak tergoyahkan. Semua orang memujinya sebagai pewaris yang sempurna. Pintar, tampan, kaya raya. Namun, tak seorang pun tahu bahwa ia takut pada satu hal. Cinta.

Zayn pernah mencoba membuka hati. Lima tahun lalu, seorang wanita bernama Clarissa Evelyn hadir dalam hidupnya. Cantik, elegan, seolah pasangan yang cocok untuk pewaris sekelas Zayn. Mereka hampir bertunangan, sampai akhirnya Zayn mengetahui kebenaran pahit. Clarissa hanya mengincar hartanya. Semua perhatian, semua senyum, ternyata sekadar sandiwara.

Sejak saat itu, Zayn menutup rapat hatinya.

Arvin sudah pamit pulang, meninggalkan Zayn seorang diri di penthouse pribadinya. Ruangan luas itu dipenuhi furnitur mewah, tetapi terasa hampa. Zayn duduk di kursi kulit, menyalakan lampu meja yang temaram, lalu membuka laptopnya.

Laporan keuangan. Lembar saham. Proyeksi investasi. Semuanya tertata rapih, namun ia merasa jenuh.

“Keluarga, huh…” gumamnya pelan.

Ia menatap bingkai foto yang tergeletak di meja. Foto lama yang menampilkan dirinya kecil bersama ayah dan ibu. Wajah kecilnya tersenyum polos, berbeda jauh dengan dirinya yang sekarang.

Hatinya meronta, meski tak diucapkan. Ia membutuhkan sesuatu atau seseorang. Bukan cinta manis penuh janji kosong, melainkan sesuatu yang nyata. Seseorang yang bisa mengurus rumahnya, menemaninya makan, dan menyeimbangkan hidup yang terlalu dingin dan monokrom.

Zayn tahu dirinya tidak membutuhkan pasangan romantis. Ia butuh seorang istri, tapi bukan dengan atas dasar cinta.

.....

Keesokan paginya, di kantor pusat Alvaro Group, Arvin kembali menemaninya. Setelah rapat panjang, Zayn memanggil asistennya itu ke ruangannya.

“Duduk,” ucapnya singkat.

Arvin menurut. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

Zayn menatapnya lurus, ekspresinya datar tapi sorot matanya tajam. “Aku ingin kau mencarikan seseorang untukku.”

Arvin berkedip. “Seseorang?”

“Seorang wanita.”

Arvin terkejut, namun berusaha menyembunyikan ekspresi. “Maksud Tuan…?”

“Istri,” jawab Zayn tanpa keraguan.

Keheningan jatuh di ruangan itu. Hanya terdengar detak jam dinding dan bunyi samar AC.

“Tuan ingin menikah?” Arvin memastikan, suaranya sedikit tercekat.

“Ya.”

Arvin menelan saliva. Jujur saja ia merasa sedikit terkejut, karena selama ini, Zayn selalu menolak jika ada gosip atau perjodohan. Apa yang tiba-tiba berubah? Ada apa dengan Tuannya?

“Bukan karena cinta,” lanjut Zayn tenang, seolah membaca pikiran Arvin. “Aku tidak percaya lagi pada hal itu. Aku hanya ingin hidupku lebih terarah. Ada seseorang yang mengurus rumah, menemaniku dalam acara resmi, dan melengkapi citra sebagai pewaris yang mapan.”

Arvin menatap majikannya lekat-lekat. Ada sesuatu dalam suara Zayn.  Itu bukan sekadar logika dingin, melainkan juga luka lama yang belum sembuh.

“Baik, Tuan. Saya mengerti. Tapi apakah Tuan punya kriteria khusus?” tanya Arvin hati-hati.

Zayn menyandarkan tubuh ke kursi, menautkan jari-jarinya. “Cantik, sederhana, patuh, tidak banyak tingkah. Aku tidak butuh wanita manja atau haus perhatian. Aku butuh yang bisa menjalankan perannya tanpa drama.”

Arvin mengangguk, meski hatinya bertanya-tanya. “Baik, saya akan carikan.”

Zayn menambahkan, “Katakan padanya, apa pun yang dia minta sebagai mahar, aku akan berikan. Uang bukan masalah. Asalkan ia bersedia menikah denganku.”

Kalimat itu begitu datar, namun menyimpan sesuatu. Rasa lelah seorang pria yang punya segalanya, tapi merasa tak punya apa-apa.

___

Hari-hari berikutnya berjalan normal di mata orang luar. Zayn tetap hadir di setiap rapat, mengatur investasi, menghadiri jamuan makan malam dengan kolega bisnis. Ia tampak seperti pria sempurna. Tampan, sukses, berkelas.

Namun di balik semua itu, ia kembali ke rumah kosong. Ia makan malam sendirian di ruang makan besar. Ia bangun pagi dengan suara alarm, bukan suara keluarga. Ia menjalani hidup dengan ritme dingin yang sama, hari demi hari.

Terkadang, ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ini hidup yang kuinginkan?

Dan jawabannya selalu sama: Aku tidak tahu.

Suatu malam, Zayn kembali berdiri di balkon penthouse-nya. Angin malam berembus, membawa aroma kota yang sibuk. Ia meneguk wine merah, matanya menerawang.

“Cinta… kata itu seharusnya tak ada dalam kamusku,” gumamnya.

Namun, jauh di dalam hatinya, ada bagian kecil yang masih merindukan kehangatan. Bagian yang tak mau diakuinya.

Saat itulah, ponselnya bergetar. Pesan dari Arvin.

“Tuan, saya sudah menemukan calon yang mungkin cocok. Gadis sederhana, bukan dari kalangan sosialita. Jika Tuan berkenan, kita bisa atur pertemuan.”

Zayn menatap layar ponselnya beberapa detik, lalu mengetik balasan singkat.

“Atur saja.”

Setelah mengirim, dirinya menaruh ponsel dan kembali meneguk minumannya. Ia tidak tahu bahwa pesan singkat itu adalah awal dari perubahan besar dalam hidupnya.

Sebuah perubahan yang akan datang dengan cara tak terduga, melalui seorang gadis desa polos yang bahkan tak pernah membayangkan akan menjadi istri pesanan seorang miliarder.

Terpopuler

Comments

Lisa

Lisa

Aku mampir Kak

2025-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Tiada Arti
2 Pertemuan
3 Tiga Hari
4 Persiapan
5 Hari Itu Tiba
6 Pergantian status
7 Malam pertama yang tertunda
8 Masih butuh waktu
9 Bibit-bibit krikil
10 Pulang kampung
11 Kedatangan abang bule
12 Tanggung jawab Zayn
13 Pertahanan yang mulai runtuh
14 Perasaan aneh Zayn
15 Hampir
16 Patuh pada suami
17 Duaarrr!
18 Tertangkap basah
19 Godaan Zayn
20 Pemandangan indah
21 Pesta
22 Perkenalan Lucas
23 Resleting gaun yang macet (21+)
24 Wajah baru Zayn
25 Terganggu
26 Omar
27 Racun halus
28 Zayn siaga
29 Kepanikan suami Alisha
30 Terkecoh
31 Pelan tapi pasti
32 Ketenangan sesaat
33 Zayn memulai permainannya
34 Melewati batas
35 Rapuhnya Alisha
36 Duka dan murka
37 keluarga yang retak karena kehilangan surga
38 Kembali ke Jakarta
39 Fase masa subur
40 Dendam Zayn
41 Guru sementara
42 Perang itu terjadi
43 Kalah
44 Janji Zayn
45 Ketenangan yang kembali
46 (21+) Gempuran Zayn
47 Setelah malam itu
48 (21+) Lelah yang nikmat
49 Drama Bima yang menggemparkan seisi rumah
50 Gathering tipis-tipis
51 Mama muda (simulasi)
52 Kejutan
53 (21+ tipis-tipis) Hanya satu kali
54 Nasi goreng spesial
55 Es krim stroberi
56 Positif
57 Membesuk pria pelangi
58 Isak tangis Alisha
59 Gugur
60 Axel
61 Deg-degan
62 Prioritas utama
63 Lemah karena sepiring nasi
64 Rujak date di taman belakang
65 Memang pedas
66 Kebaikan bukan kelemahan
67 Sorot mata yang tidak asing
68 Ikut bekerja bersama suami tampan
69 Salah masuk toilet
70 Turun jabatan
71 Mohon bersabar, Tuan Zayn
72 Demam absurd
73 Upsss... Kejutan!
74 Akankah ada dendam yang di wariskan?
75 Nasi padang penyelamat hidup
76 Apa yang terjadi?
77 Nyaris hilang kesadaran
78 Saat Zayn sadar
79 Tak sengaja
80 Kebetulan yang tak biasa
81 Janji
82 Chef kecil dan salad buah
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Tiada Arti
2
Pertemuan
3
Tiga Hari
4
Persiapan
5
Hari Itu Tiba
6
Pergantian status
7
Malam pertama yang tertunda
8
Masih butuh waktu
9
Bibit-bibit krikil
10
Pulang kampung
11
Kedatangan abang bule
12
Tanggung jawab Zayn
13
Pertahanan yang mulai runtuh
14
Perasaan aneh Zayn
15
Hampir
16
Patuh pada suami
17
Duaarrr!
18
Tertangkap basah
19
Godaan Zayn
20
Pemandangan indah
21
Pesta
22
Perkenalan Lucas
23
Resleting gaun yang macet (21+)
24
Wajah baru Zayn
25
Terganggu
26
Omar
27
Racun halus
28
Zayn siaga
29
Kepanikan suami Alisha
30
Terkecoh
31
Pelan tapi pasti
32
Ketenangan sesaat
33
Zayn memulai permainannya
34
Melewati batas
35
Rapuhnya Alisha
36
Duka dan murka
37
keluarga yang retak karena kehilangan surga
38
Kembali ke Jakarta
39
Fase masa subur
40
Dendam Zayn
41
Guru sementara
42
Perang itu terjadi
43
Kalah
44
Janji Zayn
45
Ketenangan yang kembali
46
(21+) Gempuran Zayn
47
Setelah malam itu
48
(21+) Lelah yang nikmat
49
Drama Bima yang menggemparkan seisi rumah
50
Gathering tipis-tipis
51
Mama muda (simulasi)
52
Kejutan
53
(21+ tipis-tipis) Hanya satu kali
54
Nasi goreng spesial
55
Es krim stroberi
56
Positif
57
Membesuk pria pelangi
58
Isak tangis Alisha
59
Gugur
60
Axel
61
Deg-degan
62
Prioritas utama
63
Lemah karena sepiring nasi
64
Rujak date di taman belakang
65
Memang pedas
66
Kebaikan bukan kelemahan
67
Sorot mata yang tidak asing
68
Ikut bekerja bersama suami tampan
69
Salah masuk toilet
70
Turun jabatan
71
Mohon bersabar, Tuan Zayn
72
Demam absurd
73
Upsss... Kejutan!
74
Akankah ada dendam yang di wariskan?
75
Nasi padang penyelamat hidup
76
Apa yang terjadi?
77
Nyaris hilang kesadaran
78
Saat Zayn sadar
79
Tak sengaja
80
Kebetulan yang tak biasa
81
Janji
82
Chef kecil dan salad buah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!