Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Ningsih keluar dengan membawa minuman untuk mereka. Sambil menyusun gelas, matanya terus melirik ke Rafan.
Namun yang lirik malah acuh tak acuh, walau pun Rafan menyadarinya. Pandangan Rafan malah tertuju pada Lestari.
"Ningsih, inilah cucuku yang ingin ku perkenalkan padamu. Bagaimana menurutmu?" tanya Sekar.
"Tampan Mbok," jawab Ningsih sambil tersenyum.
"Rafan, bawa Lestari jalan-jalan dulu, masalah ini biar Oma dan mama mu yang selesaikan," kata Saskia.
"Baik Oma, yuk sayang kita jalan-jalan," ujar Rafan.
Lestari tidak merasa apa-apa, karena mengira Rafan cuma akting. Karena kesepakatan awal memang seperti itu. Bahkan Rafan membayar Lestari dengan jumlah yang besar.
Lestari setuju ikut ke Jogja dengan bayaran ganti rugi 5 kali lipat. Kemudian Rafan membayar lagi untuk akting mereka di depan sang nenek.
Rafan tidak perduli walau pun menghabiskan uang banyak. Asalkan sang nenek tidak memaksanya untuk memilih Ningsih.
"Kek pinjam motornya," kata Rafan pada Ridwan.
Ridwan mengambil kunci motor dan helm. Mobil ada juga, namun Rafan lebih memilih menggunakan motor saja.
Setelah Rafan dan Lestari pergi, mereka kembali membicarakan tentang masalah tadi. Karena Sekar masih dengan keinginannya untuk memperkenalkan Ningsih dan Rafan.
"Bu, aku hargai pilihan Ibu, tapi kami lebih mementingkan perasaan Rafan. Kami sebagai orang tua hanya menunjukkan jalan untuknya. Kami tuntun agar tidak tersesat. Namun untuk urusan memilih pasangan, kami sebagai orang tua tidak ingin ikut campur. Kami hanya mendukung pilihannya, kami yakin jika pilihan nya sudah tepat," ucap Seruni panjang lebar.
Sekar terdiam, apalagi Ridwan yang sejak tadi memang terdiam. Ridwan sudah jauh berubah, semenjak kejadian istrinya yang terkena stroke, Ridwan merenung jauh.
Dia benar-benar menyesali perbuatannya. Di tambah lagi ongkos naik haji semua di tanggung oleh Seruni. Ridwan semakin sadar, ikatan darah ternyata lebih kuat.
Ridwan sering menasehati Sekar untuk berhenti mencampuri urusan Seruni sekeluarga. Bukan tanpa alasan, Ridwan hanya ingin hidup rukun di hari tuanya.
Namun Sekar, keegoisan nya ternyata tidak bisa di hilangkan. Mungkin karena sudah mendarah daging dalam jiwanya.
"Sekar, kita sudah tua. Jangan sampai kamu di benci oleh keluarga mu sendiri. Mungkin kamu ada hak untuknya, tapi kamu tidak berhak mengatur kehidupannya, apalagi soal pasangan hidupnya," kata Saskia.
Sekar masih terdiam, kemudian ia beristighfar. Sekar menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.
"Maafkan aku, aku terlalu egois," ucap Sekar. Oh ya, bagaimana kabar Anita sekarang?" tanyanya menambahkan.
"Anita baik-baik saja, dia sudah hidup bahagia sekarang. Dan punya dua anak yang sekarang dan satu anak yang di adopsi oleh pak Agung," jawab Jovan.
Ya, Anita memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Yang pertama yang di adopsi oleh Agung. Yang kedua laki-laki sebaya dengan Rafli anak nya Dian dan Gusti. Yang ketiga perempuan baru berusia 12 tahun.
"Jelaskan pada Ningsih, agar tidak terjadi kesalahpahaman," kata Ridwan buka suara.
"Iya Pa, sekali lagi aku minta maaf," ucap Sekar.
Seruni merasa lega karena masalah ini tidak terlalu panjang. Saskia pun sama, dia sudah terlanjur menyukai Lestari, jadi kalau Rafan dengan perempuan lain, Saskia merasa kecewa.
Sementara Rafan sedang jalan-jalan menggunakan motor. Tiba di sebuah warung makan, mereka pun berhenti.
"Kenapa berhenti Mas?" tanya Lestari.
"Tadi aku dengar perutmu berbunyi sayang, jadi aku pikir kamu kelaparan," jawab Rafan.
"Mas, di sini hanya kita saja, berhenti aktingnya," kata Lestari.
"Maaf sayang, eh maaf Tari," ucap Rafan.
"Makan Mas?" tanya pemilik warung makan.
"Iya Bu, apa saja yang ada?" jawab Rafan.
"Nasi uduk, nasi goreng, banyak lagi Mas, itu menunya Mas." Wanita itu menunjuk ke arah dinding.
Rafan kira itu hanya untuk menutupi warung, ternyata menu yang tersedia di sini. Rafan memilih nasi uduk, Lestari juga sama.
"Mas dan Mbak nya bukan orang sini ya? Soalnya wajahnya beda, kayak orang kerja kantoran," tanya wanita itu sambil menyiapkan nasi uduk untuk mereka.
"Iya Bu, kami dari Jakarta. Datang ke sini mengunjungi kakek dan nenek," jawab Rafan.
"Oh begitu, siapa nenek dan kakeknya?" tanya wanita itu.
"Ridwan dan Sekar," jawab Rafan.
"Oalah, cucu juragan Ridwan toh, pantesan ganteng banget," ujar wanita itu.
"Iya Bu," kata Rafan.
Pesanan mereka pun siap. Lestari kelaparan karena tadi tidak sempat sarapan. Ternyata Rafan juga sama. Karena buru-buru ingin menjemput Lestari.
Mereka pun mulai makan setelah membaca doa. Pemilik warung makan memperhatikan interaksi mereka berdua. Namun wanita itu tidak ingin terlalu jauh bertanya.
Setelah selesai makan, Rafan pun membayarnya. Rafan terkejut karena ternyata harganya sangat murah.
"Ibu asli sini?" tanya Rafan.
"Saya juga dari Jakarta, tapi ikut suami. Saya asli Betawi Mas. Karena sudah puluhan tahun tinggal di sini, jadi sudah terbiasa dengan logat bahasa jawa," jawab wanita itu.
Wanita itu memberikan kembalian nya, namun Rafan menolak. Rafan mengatakan tidak usah di kembalikan.
"Kagak ape-ape Enyak, ambil aje," kata Rafan menirukan omongan orang Betawi.
"Mas kamu," bisik Lestari.
Wanita itu hanya tertawa pelan. Kemudian dia mengucapkan terima kasih kepada Rafan dan Lestari.
Mereka kembali jalan-jalan, hingga siang hari saat waktu Zuhur, mereka singgah di masjid.
Rafan mengajak Lestari untuk masuk dan sholat, namun Lestari tidak bisa. Karena dia lagi ada halangan.
Jadi Lestari hanya menunggu di motor, hingga akhirnya Rafan sudah selesai sholat, mereka pun memilih pulang.
"Beruntunglah perempuan yang mendapatkan suami seperti Mas Rafan," batin Lestari.
Hingga mereka tiba di rumah sang kakek, ternyata mereka sedang makan. Rafan dan Lestari tidak ikut makan, karena mereka berdua sudah makan.
"Yuk sayang, kita ke kandang ayam milik kakek," ajak Rafan.
Kesempatan ini Rafan gunakan untuk menggandeng tangan Lestari. Agar mereka lebih terlihat mesra.
Lestari tidak membantah, karena dia berpikir ini adalah sebagian dari akting mereka.
"Kenapa Mas Rafan tidak menjadi artis saja? Aku yakin Mas bakal terkenal," ujar Lestari.
Rafan tertawa saja, lalu melanjutkan menggandeng tangan Lestari. Lestari tertegun melihat banyaknya ayam.
Ada dua jenis ayam, yaitu ayam petelur dan ayam kampung. Ayam kampung jauh lebih mahal harganya daripada ayam petelur.
"Oh ya, ketoprak pakai telur, kan? Beli di sini saja. Tadi aku lihat banyak stok telur," ujar Rafan.
"Jauh Mas, kalau pecah bagaimana?" tanya Lestari.
Rafan mengatakan tidak akan pecah. Lagipula perjalanan mereka tidak berhari-hari. Hanya beberapa menit sudah sampai.
"Tidak apa-apa, nanti aku beli ke kakek untuk mu," kata Rafan.
"Terserah Mas sajalah," kata Lestari akhirnya.
Setelah melihat-lihat, mereka ingin kembali ke rumah. Namun Ningsih datang menghampiri mereka.