NovelToon NovelToon
Hello, Mr. Kordes

Hello, Mr. Kordes

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:104.6k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Siapa sangka moment KKN mampu mempertemukan kembali dua hati yang sudah lama terasa asing. Merangkai kembali kisah manis Meidina dan Jingga yang sudah sama-sama di semester akhir masa-masa kuliahnya.

Terakhir kali, komunikasi keduanya begitu buruk dan memutuskan untuk menjadi dua sosok asing meski berada di satu kampus yang sama. Padahal dulu, pernah ada dua hati yang saling mendukung, ada dua hati yang saling menyayangi dan ada dua sosok yang sama-sama berjuang.

Bahkan semesta seperti memiliki cara sendiri untuk membuat keduanya mendayung kembali demi menemui ujung cerita.

Akankah Mei dan Jingga berusaha merajut kembali kisah yang belum memiliki akhir cerita itu, atau justru berakhir dengan melupakan satu sama lain?

****

"Gue Aksara Jingga Gayatra, anak teknik..."

"Meidina Sastro Asmoro anak FKM, kenal atau tau Ga?"

"Sorry, gue ngga kenal."
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amanah

Selain dari pemeriksaan rutin tumbuh kembang anak-anak di pos pelayanan terpadu oleh para kader, ada cek kesehatan gratis untuk warga usia produktif yang dilakukan oleh kang Hamzah, pemberian snack sehat untuk anak-anak dan konsultasi gizi oleh Meidina dibantu beberapa rekan kkn lain menjadi agenda kegiatan 'sadar gizi' yang merupakan program Meidina.

Tak lupa, Mei sempat membahas masalah Arika bersama bu kades dan tentunya itu jadi perhatian dan topik obrolan berbobot nan asik antara Mei dan kang Hamzah, bahkan sepertinya jika tak ada orang lain disana...keduanya bisa mengobrolkan itu sampai minggu depan.

"Mohon bantuannya ya kang, terimakasih juga udah mau ikut ngisi program saya..."

Mendapatkan senyuman semanis madu, jelas lelaki mana yang tak ikut tertular senyuman itu, bahkan mungkin mereka akan rela memberikan apapun untuk senyuman manis dari gadis secantik Meidina, "ah, jadi grogi saya kalau disenyumin gitu teh," tawanya.

"Justru saya yang harusnya berterimakasih, berkat teh Mei dan rekan kkn 21 UNJANA...saya punya kesempatan dan bala bantuan untuk melakukan pengabdian di tempat tinggal sendiri."

Bukan Mei, namun Shaka yang langsung membalas jabatan tangan kang Hamzah, "sama-sama kang." By the way, tangannya itu loh...cukup lengket bekas bugis dan minyak dari rengginang, yang meski ia lap dengan tissue tetap terasa lengket.

"Eh, teteh.. Ini..." dengan gerakan cepat, bu kades mengepalkan tali kresek di tangan Mei sampai-sampai Mei sulit untuk menolak karena tak ada aba-aba.

"Eh, apa ini bu?"

"Keliatannya a Shaka suka pisan. Dibekal juga buat aa, teteh kkn yang lain di posko, teh..." ujarnya baik hati.

Beuhhh, calon mertua idaman. Cocok banget...Shaka berbisik sekali lagi, benar-benar berbisik karena hanya Mei yang bisa mendengar ucapannya dan praktis menoleh mendelik.

"Tapi ini ngerepotin ibu..." ringisnya tak enak hati.

"Ngga apa-apa bawa aja, buat yang lain juga di posko..." ujar bu kades buru-buru.

"Makasih banyak bu," Shaka turut bersuara seraya salim takzim pada bu kades diikuti Meidina.

"Makasih bu, kang Hamzah...kalo gitu saya sama Shaka pamit dulu."

"Iya...hati-hati teh, a..."

Dan tatapan berbinar mengagumi yang memang sejak tadi fokusnya hanya tertuju pada Mei saja, tak luput terekam oleh mata si cepu Arshaka. Bahkan, sampai ia dan Mei sudah naik ke atas motor pun, kang Hamzah masih berdiri di tempatnya, mengantarkan kepergian mereka sampai pagar rumah, Mei lebih tepatnya.

"Abis ini ada tujuan lain?" tanya Shaka digelengi Mei, "gue piket hari ini. Jadi mau langsung pulang aja ke posko..."

"Oke." Jawab Shaka.

Para anggota kkn 21 belum kembali seluruhnya, namun cocok untuk Mei melakukan piketnya karena kondisi posko yang sepi. Mengingat tadi pagi, ia hanya sempat mencuci bekas peralatan masak Lula dan Vio saja.

Shaka menenteng jas almamaternya di pundak, sambil bersiul ia masuk ke bagian belakang posko untuk mengambil minum kemudian kembali, "Mei, gue jemput Lula sama Vio dulu, ya...Maru katanya masih sibuk jadi ngga bisa jemput...lo berani kan di posko sendiri?" tanya Shaka.

"Ya udah lo pergi aja, gue ngga apa-apa...lagian mau piket juga." Tak terlalu memperhatikan, Mei justru lebih meneliti kondisi ruangan yang masih cukup rapi meski agak sedikit bersampah.

"Yakin?" namun kini Shaka sendiri yang tak yakin dengan keputusannya meninggalkan Mei sendiri, "yakin...udah---udah sana. Gue bukan bocah, kalee."

Shaka mengangguk, Mei melirik jam tangan sebentar lalu meyakinkan jawabannya, "kayanya sebentar lagi juga pada balik...Jingga apa Maru, soalnya ada G meet bareng pak Sulaeman, kan."

Dengan wajah menyelidik namun kemudian memaksakan diri untuk yakin, akhirnya Shaka keluar, "oke, berkabar aja. Makanya nyaut kalo di grup, biar kita tau lo baik-baik aja..."

"Iya." Mei sudah tak lagi memperhatikan Shaka sebab ia memutuskan untuk merapikan dan menyapu karpet di ruang depan.

Bunyi deru mesin motor Shaka sudah menjauh dari halaman posko, membuat Mei menengoknya sejenak, menyadari jika ia benar-benar sedang sendiri kali ini. Bayangan obrolan horor hasil kegabutan teman-temannya sempat terbersit membuat dirinya meneguk saliva sulit.

\*\*\*\*

Jingga dan Maru, dibantu seorang warga masih menentukan titik-titik letak dimana mereka akan mendirikan tiang lampu jalan, "pake bambu kuat, a?" tanya nya.

"Kuat pak, yang ditopang cuma dudukan lampu, lampu 5 watt sama tudungnya aja. Nanti dilapisin sama cairan anti rayap dulu sebelumnya."

Dua orang sudah bersiap memotong beberapa bambu yang dipilih untuk tiang-tiang lampu jalan. Bahkan tak segan, Jingga turut menggergaji sesuai tinggi yang diukur, "3 meter.."

Sampai ia melirik jam tangan, "Ru, gue kayanya mesti balik ke posko...bentar lagi G meet sama pak Sulaeman."

Maru yang turut mengukur itu mengangguk, "mau gue temenin rapat?"

Jingga menggeleng, "ngga usah, lo disini aja dampingin bapak-bapak. Gue sekalian mau piket hari ini, kayanya Mei juga belum sempet beres-beres tadi pagi."

"Oke!" Maru mengangguk paham. Jingga menyeka keningnya sejenak, lalu menghampiri motornya yang terparkir di ujung jalan, "bapak-bapak, saya pamit duluan...ada urusan mendadak."

"Oh iya a, mangga..."

"Ru, termos nanti bawa...kembaliin sama bu Sri." tunjuknya ke arah termos pink diantara cup-cup plastik berisi ampas kopi dan sepiring gorengan. Entahlah, Tuhan seperti tak membiarkan Jingga kehilangan memori tentang Meidina, karena dimanapun dan kapanpun, gorengan selalu saja ia lihat di kesehariannya.

"Siap!" Maru menjempoli.

Ia benar-benar putar arah kembali ke posko, "mandi dulu keburu ngga kira-kira?" monolog Jingga sambil menggeber sepeda motornya.

Dari kejauhan, ia justru melihat pintu posko terbuka, tanda jika salah satu atau mungkin beberapa anggota kkn 21 ada yang telah kembali, namun ia tak melihat motor terparkir disana.

Dan ketika jarak semakin ia pangkas, nyatanya sepatu yang ia kenali membuatnya tersenyum.

Mei menoleh ke arah luar pintu, dimana ia sudah menyapu dan bersiap mengepel lantai rumah.

"Kok sendirian? Shaka?" Jingga turun setelah mematikan mesin motor dan mendudukan dirinya di beranda. Berusaha menghargai hasil capek Mei dengan tidak menginjak terlebih dahulu lantai kayu yang masih terlihat basah dan beraroma pinus itu.

"Katanya sih mau jemput Vio sama Lula." Digesernya ember berisi air kotor bekas pel dan Mei duduk di samping Jingga sembari menaruh alat pelnya di samping.

"Mau G meet?" tanya Mei, kakinya ia luruskan di undakan tangga. Senyuman ciri khas Jingga yang hangat meski tak lebar itu cukup menjawab pertanyaannya.

Ia menyentuh pipi lembut Mei dengan punggung telunjuknya pelan tanpa penolakan sama sekali, "mau aku ambilin minum?" tawar Mei digelengi Jingga, "nanti aku ambil sendiri ke dalem, sekalian mau mandi dulu. Takut disebut *gorengan* sama pak Sulaeman..."

Tawa renyah Mei sungguh bisa menghapus lelah Jingga hari ini. Mata memang jendela hati, dan dari sanalah kini keduanya berbicara dari hati ke hati. Meski selanjutnya, Mei yang sudah tersipu malu mengalihkan pandangannya, "kamu tuh, abis ngapain aja barusan...ini serbuk bambu atau apa...maaf aku lepas sebentar ya..." Pinta Mei menurunkan kacamata Jingga sebentar lalu menyingkirkan serpihan bambu yang sempat mengenai bawah matanya.

"Hm. Tadi abis potong bambu." Jawabnya.

"Besok-besok, kalo mau potong bambu pake face shield atau kacamata lab. Bahaya tau...kalo sampe kena mata, gimana?" Mei mengomel menggemaskan yang justru membuat Jingga terkekeh gemas.

"4 tahun. 4 tahun kamu makin gemesin...aku kangen kamu yang cerewet, kangen kamu yang centil, kangen kamu yang nyebelin..."

Mei mendelik, "kangen aku tapi kamu pura-pura ngga liat aku. Anggap aku ngga ada...sakit banget tau. Tapi aku sadar diri aja sih...aku yang suruh kamu pergi, aku suruh kamu cari cewek lain lagi, aku yang suruh kamu buat tinggalin sama lupain aku."

Jingga menggeleng, "jangan ya dek...jangan kaya gitu lagi. Aku ngga bisa jamin untuk kuat kali ini." Colek Jingga di hidung Mei.

"Kalo kemarin aku lepas kamu karena aku pikir kamu udah dengan yang lain, kalo sekarang kemanapun kamu pergi aku kejar." Keduanya tertawa bersama, "obsesi bukan si?"

Jingga menggeleng, "perjuangan."

"Eh tadi Shaka kurang ajar banget...kang Hamzah mau jabat tangan aku malah dia salamin duluan, mana tangannya bekas bugis, lengket..." Mei sudah menahan tawanya lama, rupanya.

Jingga ikut tertawa, "amanah berarti dia. Patut aku kasih reward."

"Kamu yang nyuruh? Jadi beneran? Dia tadi bilang ngga boleh kurang dari jarak 5 meter?" Mei justru tertawa mendengar kekonyolan Jingga, dan lebih ambyarnya lagi, Arshaka mau-maunya menurut.

"Iya." Jingga tertawa.

"Be go banget ya Allah." Hardik Mei yang kemudian ia beranjak dari duduknya membawa serta alat pel dan ember yang telah dibuang isinya, disusul Jingga di belakangnya dimana ia melihat lantai sudah kering.

"Meetingnya jam berapa? Bukannya mau mandi dulu?"

"Sebentar lagi. Aku mandi sat set kok, tenang aja."

"Mau aku temenin?" tawar Mei justru mengundang senyum usil Jingga, sadar akan pemahaman berbeda Jingga, Mei melotot, "meetingnya ya..ngga usah mikir macem-macem, kamu."

Jingga yang kepergok memiliki otak me sum kini tertawa.

"Boleh-boleh..." namun kemudian suaranya hilang di balik belokan dapur, "kerjaan yang belum beres apa, biar aku yang kerjain nanti?" tanya Jingga masuk ke dalam kamar mandi.

"Sapuin halaman!" jawab Mei kini sudah merambah wastafel.

.

.

.

1
rheisha
pinter banget senja balikin omongan nya ...😀
yuli
lanjuuuttt
sya-sha
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
rheisha
setajir itu kah mahad....enak dong
Khoirun Ni'mah
seru ya liat anak2 KKN,,emang seseru itu ya atau itu cuma khayalan teh Sin aja
🌸🌸mommy anak2..😉😉
😂😂😂😂😂😂
Zee Zee Zubaydah
duuh ayo dong mei,katanya mau saling terbuka lagi
jadi jangan ada yg di tutup²in lagi ya cantik
Fitria_194
arlan gk ada jaim jaimnya depan cewek... 😆😆😆😆.
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣yg ini juga betulllllll
lestari saja💕
benerrrrrr
lestari saja💕
pada berasumsi sediri sendiri😂😂😂😂
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
ga waras gtu kayak guru nya wiro sableng???
lestari saja💕
enak nya ada yg merhatiin
lestari saja💕
seruuu bgt....klo dah selesai kkn pasti kangen deh....
lestari saja💕
betooolllll
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
definisi sultan beneran nih mahad.....😂😂😂
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣
lestari saja💕
mehongggggg nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!