NovelToon NovelToon
Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14: Food Vlogger Menangis dan Bos Salah Kostum

Pukul 07.30 WIB.

Jalan Merpati macet total. Bukan karena ada kecelakaan, tapi karena ada mobil Alphard putih mencolok parkir di depan Ruko No. 88, dikelilingi kerumunan orang yang memegang HP.

Seorang pria bertubuh gempal dengan kaos hitam khas Food Vlogger terkenal, "Om Gembul", sedang melakukan syuting di teras warung. Di hadapannya tersaji sepiring Nasi Rames Sultan.

"Oke Gengs! Gue udah denger rumor soal warung ini dari minggu lalu. Katanya yang masak mantan PKL trotoar tapi rasanya bintang lima. Kita buktiin! Jargon kita: Kalau nggak enak, gue lepehin!"

Om Gembul menyuapkan sendok pertama berisi nasi, kuah gulai, dan orek tempe. Kamera men-zoom ekspresi wajahnya.

Dia mengunyah.

Hening.

Lalu matanya melebar. Wajah garangnya berubah melunak.

"Gila..." desis Om Gembul. "Ini... ini rasanya kacau balau, Men! Gurihnya nampol, tapi ada manis-manisnya yang bikin hati adem. Gue nggak tau bumbu apaan ini, tapi ini BADABEST!"

Tanpa sadar, mata vlogger itu berkaca-kaca. "Sumpah, gue jadi inget masakan Nyokap gue di kampung. Rating? 10/10! Kalian wajib antre!"

"Cut!" teriak kameramen.

Kerumunan bersorak. Review positif dari Om Gembul adalah tiket menuju "Viral Nasional".

Pukul 07.55 WIB (Maya Datang).

Maya turun dari ojek online dan bengong melihat kerumunan itu. Antrean ojek online sudah mengular panjang, padahal rolling door baru dibuka setengah.

Saat Maya mau menerobos masuk, Pak Teguh menghadangnya.

"Maaf, Mbak. Warung baru buka untuk umum jam 10.00 nanti. Sekarang khusus pesanan catering dan persiapan online," kata Pak Teguh tegas. "Kalau mau minta foto sama Om Gembul, antre di sana ya."

Maya mendongak. "Saya bukan fans, Pak. Saya Maya. Sekretaris baru Pak Rian. Kemarin Bapak yang WA saya alamat ini."

Pak Teguh menatap Maya, lalu tersenyum lebar. "Oh! Mbak Maya! Maaf, pangling. Silakan masuk, Mbak. Bos ada di atas."

Maya masuk melewati area dapur yang sibuk. Ia melihat Bu Ningsih sedang diwawancarai singkat oleh si Vlogger sambil tersipu malu.

"Hebat," batin Maya. "Tempat ini benar-benar mesin uang."

Maya naik ke lantai 2. Di sana, Rian sedang duduk di lantai dikelilingi tumpukan uang (seperti scene sebelumnya), tapi kali ini dia sedang menelepon seseorang dengan nada serius.

"Halo? Pak Gunawan? Iya, saya Rian... Betul. Saya butuh mesin Vacuum Sealer Industrial dan Packaging Rotary otomatis... Iya, saya punya desain cetak birunya sendiri, saya cuma butuh Bapak rakitkan mesinnya... Oke, lusa kita ketemu di pabrik Bapak ya."

Rian menutup telepon, lalu menoleh ke Maya.

"Pagi, Bos," sapa Maya. "Mesin apa yang Bapak pesan? Bapak mau buka pabrik?"

"Pagi, Maya!" Rian nyengir. "Warung di bawah itu omzetnya gede, tapi terbatas tempat duduk. Solusinya? Kita jualan Bumbu Kemasan Siap Saji. Biar orang di Papua atau Kalimantan juga bisa ngerasain masakan Bu Ningsih. Makanya lusa saya mau ketemu vendor mesin itu."

Maya mengangguk kagum. Visinya jauh ke depan. Tapi kemudian, tatapan Maya jatuh ke kaos oblong Rian yang melar.

"Visi Bapak bagus. Tapi penampilan Bapak..." Maya menggelengkan kepala. "Pak, Food Vlogger di bawah itu pakai kaos branded. Masa pemiliknya pakai kaos partai?"

"Emang kenapa?"

"Bapak mau ketemu vendor pabrik lusa kan? Kalau Bapak datang begini, Bapak bakal dikasih harga mahal karena dikira orang awam. Yuk, mandi sekarang. Kita belanja."

Satu jam kemudian, di sebuah Butik Menswear Eksklusif di Plaza Indonesia.

Rian merasa canggung. Tempat ini bau parfum mahal dan pegawainya memakai jas lebih rapi dari Rian. Untung ada Maya.

Dengan gaya berjalan yang chic dan percaya diri, Maya memimpin di depan. Dia langsung memanggil manajer toko.

"Saya butuh makeover total untuk Bapak ini," kata Maya sambil menunjuk Rian. "Gaya Smart Casual untuk siang hari, dan satu set Formal Suit untuk acara malam. Budget? Unlimited, tapi saya mau bahan terbaik. Italia atau Inggris."

Manajer toko itu langsung berbinar. "Siap, Bu! Mari ikut saya."

Rian pasrah dijadikan boneka dandan.

Maya dengan teliti memilihkan:

Kemeja Slim Fit warna navy dan putih bersih.

Celana Chino beige dan bahan kain wol hitam.

Jas Charcoal Grey yang potongannya pas badan.

Sepatu Loafers kulit cokelat dan Oxford hitam mengkilap.

"Coba ini, Pak," perintah Maya sambil menyodorkan setelan jas.

Saat Rian keluar dari kamar ganti mengenakan setelan jas abu-abu arang dengan kemeja putih tanpa dasi (kerah atas dibuka satu kancing), Maya terdiam sejenak.

Rian yang kurus tinggi ternyata punya postur bagus kalau dibalut baju yang pas. Rambutnya yang biasanya acak-acakan kini disisir rapi ke belakang oleh stylist toko. Dia terlihat... berwibawa.

"Gimana? Aneh ya?" tanya Rian sambil mematut diri di cermin. "Gue berasa kayak sales asuransi."

"Bukan sales asuransi, Pak. Tapi CEO muda," koreksi Maya sambil tersenyum tipis. "Satu hal lagi yang kurang."

Maya berjalan ke etalase aksesoris. Ia menunjuk sebuah jam tangan. Bukan Rolex emas yang norak dan teriak "aku kaya", tapi sebuah jam tangan Patek Philippe atau Audemars Piguet dengan strap kulit yang elegan dan low profile.

"Jam tangan menunjukkan seberapa Bapak menghargai waktu. Orang kaya asli melihat jam tangan, bukan kalung emas," jelas Maya.

Rian melihat harganya. Rp 500.000.000.

Setengah miliar untuk penunjuk waktu.

"Bungkus," kata Rian singkat. Ia tidak peduli harganya, ia percaya selera Maya.

Saat Rian berjalan keluar dari butik itu mengenakan pakaian barunya, lengkap dengan jam tangan mewah di pergelangan tangan, beberapa pengunjung mall menoleh. Tatapan mereka bukan lagi meremehkan, tapi kagum dan penasaran. Siapa eksekutif muda itu? Anak konglomerat mana?

Maya berjalan di belakangnya, membawa tas belanjaan (Rian mau bantu bawa tapi dilarang Maya, "Bos nggak boleh bawa tentengan!").

"Sekarang Bapak siap," kata Maya puas.

"Siap buat reuni?" tanya Rian.

"Siap buat menaklukkan dunia, Pak. Reuni cuma pemanasan," jawab Maya.

Rian tersenyum.

"Oke, Sekretaris Maya. Sekarang ayo kita ke bank. Rapikan duit saya sebelum tas kreseknya dimakan tikus."

Siang harinya, kembali di Ruko.

Maya duduk di meja kerjanya, jemarinya menari di atas keyboard laptop barunya dengan kecepatan kilat. Di layar, spreadsheet keuangan PT. BAHAGIA SEJAHTERA (nama yang baru saja disetujui notaris via telepon) mulai terbentuk rapi.

Rudi lewat sambil membawa karung beras, kaget melihat bosnya yang kini berpakaian super rapi sedang minum kopi.

"Wuidih! Bos Rian?! Kirain artis Korea nyasar!" seru Rudi. "Ganteng amat, Bos! Mau ngelamar anak presiden?"

Rian tertawa. "Ngelamar masa lalu, Rud. Biar kelar."

Rian mengecek HP-nya. Undangan reuni itu ada di grup WhatsApp angkatan yang selama ini ia mute.

[REUNI AKBAR ANGKATAN 2018]

Lokasi: Ballroom Hotel Mulia

Waktu: Besok Malam, 19.00 WIB

Dresscode: Success & Glamour

Rian membaca satu nama di daftar panitia: Dimas.

Pria yang dulu merebut pacar Rian karena dia punya mobil, sedangkan Rian cuma punya motor butut. Pria yang selalu menghina sepatu Rian yang jebol saat kuliah.

"Sistem," batin Rian.

[Ya, Host?]

"Apakah ada Misi untuk besok malam?"

[Misi Sampingan Terdeteksi: The Silent King]

[Tujuan: Hadiri reuni. Bungkam mereka yang dulu menghina, tanpa perlu menyombongkan diri secara verbal. Biarkan aura dan pencapaianmu yang bicara.]

[Reward: Poin Reputasi +1000 & Akses ke 'Black Market' Toko Sistem (Tier Spesial).]

Rian menyeringai.

Black Market? Terdengar menarik.

"Maya, besok kosongkan jadwal saya jam 7 malam. Dan bilang Pak Teguh, besok dia jadi sopir pribadi saya. Pakai seragam terbaiknya."

"Siap, Pak," jawab Maya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

Perang mental akan segera dimulai. Dan kali ini, Rian membawa artileri lengkap.

1
Purbalingga Jos
jangan kelamaan thor
Sukma Firmansyah: adohhhh, kopinya mana kopinyaaaa
biar author semangat wkwkwkkww
total 1 replies
Paulina al-fathir
wiiihh ceritamu memang the best lah 👏👏👏🤩🤩👍👍
Purbalingga Jos
jangan kelamaan dong
Sukma Firmansyah: baik diusahakan
total 1 replies
Paulina al-fathir
bagus banget ceritanya 😍😍smpi deg2an bacanya.mantap 👍💪
Denn King
gasss thorrr
Purbalingga Jos
lanjuuut donk
Travel Diaryska
mantull
Travel Diaryska
ini ceritanya bagus banget, tolong dilanjutin sampe tamat ya thorr🙏✨
Sukma Firmansyah: terimakasih atas support nya, jangan lupa like dan vote
agar author tetap semangat
total 1 replies
DREAMS
ini dilanjutkan atau sampai sini aja?
Sukma Firmansyah: baik
dibantu like/upvote
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!