NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Arunaya, seorang gadis dari keluarga terpandang yang terpenjara dalam sangkar emas tuntutan sosial, bertemu Adrian, pria sederhana yang hidup mandiri dan tulus. Mereka jatuh cinta, namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ayah Arunaya yang menganggap Adrian tidak sepadan.

Saat dunia mulai menunjukkan taringnya, memihak pada status dan harta, Naya dan Adrian dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memilih: menyerah pada takdir yang memisahkan mereka, atau berjuang bersama melawan arus.

Terinspirasi dari lirik lagu Butterfly yang lagi happening sekarang hehehe....Novel ini adalah kisah tentang dua jiwa yang bertekad melepaskan diri dari kepompong ekspektasi dan rintangan, berani melawan dunia untuk bisa "terbang" bebas, dan memeluk batin satu sama lain dalam sebuah ikatan cinta yang nyata.

Dukung authir dong, like, vote, n komen yaa...
like karya authir juga jangan lupa hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Saat jam istirahat tiba, Aris, Rian, dan beberapa staf kafe berkumpul di ruang belakang yang sempit. Dian, setelah menyelesaikan tugasnya, menghampiri mereka dengan senyum ramah. Dia duduk di kursi kosong di seberang Rian.

"Halo semua," sapa Dian ceria, matanya melirik Rian sebentar. "Aris, kamu dari mana asalnya di Indonesia?"

Aris, yang sedang makan sandwich, menjawab dengan mulut penuh, "Dari Medan, aku. Kamu?"

"Aku dari Jakarta," balas Dian, antusias. Lalu, ia menoleh ke Rian, dengan nada penasaran yang tulus. "Kalau kamu, Rian? Aku belum sempat kenalan resmi."

Rian, yang sedang minum kopi, sedikit terkejut ditanya langsung. "Aku... dari Jakarta juga."

"Wah, satu kota!" seru Dian, antusiasmenya murni karena senang menemukan teman sebangsa. "Sudah berapa lama di London?"

"Beberapa bulan," jawab Rian singkat, berusaha menjaga jarak. Fokusnya hanya Naya, dan ia tidak ingin memberikan harapan palsu pada Dian.

"Oh, sama sepertiku," balas Dian, tidak menyadari sikap dingin Rian. "Enak ya, bisa ngobrol pakai bahasa sendiri di sini. Billy sering bikin pusing pakai bahasa Inggrisnya yang cepat itu, hehe."

Semua orang tertawa mendengar celotehan Dian. Suasana istirahat menjadi hidup. Rian ikut tersenyum tipis, merasa terhibur oleh keceriaan Dian. Tapi ia segera menepis perasaan itu, kembali fokus pada tujuannya.

Dian tidak merasakan ada penolakan, hanya menganggap Rian memang orangnya pendiam. Ia melanjutkan obrolan santai tentang kuliahnya di London, tentang makanan Indonesia yang dirindukannya, dan hal-hal ringan lainnya. Interaksi itu murni pertemanan, tidak ada motif lain, setidaknya untuk saat ini.

...----------------...

Hujan gerimis masih membungkus kota London, menciptakan pantulan cahaya lampu jalan yang estetik di atas aspal basah. Di dalam kafe, kesibukan mulai mereda. Rian sedang fokus membersihkan mesin espresso, sementara Dian sibuk mengelap meja-meja kayu di area depan.

"London hari ini benar-benar membuatku rindu rumah," gumam Dian sambil menghela napas. Ia meletakkan kain lapnya dan menghampiri konter bar. "Rian, kamu tahu perusahaan Hardi Group di Jakarta?"

Rian mendadak mematung. Gerakannya terhenti tepat di atas mesin espresso yang masih panas. Nama itu... nama yang selama ini ia kunci rapat di dalam kepalanya, kini diucapkan begitu saja oleh rekan kerja barunya.

"Tahu. Itu perusahaan besar," jawab Rian sesingkat mungkin, berusaha menyembunyikan getaran di suaranya.

"Kakakku baru saja pindah ke sana bulan lalu. Dia kerja di bagian divisi pengembangan bisnis," cerita Dian dengan wajah antusias. "Tadi pagi dia menelepon, katanya bos-bos di sana sangat keras. Tapi ya, sebanding dengan gajinya. Kakakku bilang dia sering harus lembur karena proyek besar yang sedang dikerjakan pemiliknya."

Rian mencengkeram kain lap di tangannya. Ia mencoba bersikap biasa saja, meski dadanya terasa sesak. "Oh ya? Baguslah kalau kakakmu bisa masuk ke sana. Tidak mudah masuk ke perusahaan seperti itu."

"Iya, makanya dia sangat bangga. Katanya lingkungan kantornya sangat elit. Dia bahkan sering melihat keluarga pemilik perusahaan itu berseliweran di kantor pusat," lanjut Dian tanpa beban. "Kapan-kapan, kalau aku sedang video call dengannya, kamu harus ikut menyapa. Kakakku orangnya asyik, dia pasti senang punya kenalan orang Indonesia yang sedang berjuang di London."

Rian hanya tersenyum tipis, sebuah senyuman yang tersembunyi di balik kepalanya yang menunduk. "Boleh saja. Kapan-kapan kalau ada waktu."

Aris, yang sejak tadi mendengarkan dari belakang, melirik ke arah Rian dengan tatapan penuh arti. Ia tahu betul apa yang dirasakan sahabatnya itu. Ia segera menghampiri mereka untuk mencairkan suasana.

"Sudah, jangan bicara soal kerjaan kakakmu terus, Dian. Nanti Rian malah makin rindu Jakarta," goda Aris. "Ayo, sedikit lagi kita tutup. Aku sudah lapar."

Dian tertawa renyah, tidak menyadari bahwa informasi sederhana yang ia berikan barusan adalah guncangan besar bagi Rian.

Malam itu, dalam perjalanan pulang, Rian lebih banyak diam. Ia menatap ke arah bus-bus merah London yang melintas, namun pikirannya berada di Jakarta. Nama Hardi Group terus terngiang. Ia merasa takdir sedang bermain-main dengannya. Di antara jutaan orang di London, ia justru dipertemukan dengan adik dari seseorang yang bekerja di tempat Naya berada.

Rian menarik napas dalam-dalam. Tekadnya untuk sukses semakin mengeras. Ia belum tahu bagaimana caranya, tapi ia merasa pintu menuju Naya perlahan-lahan mulai terbuka, meski hanya seujung kuku.

..............

Suara deru mesin bus merah khas London menjadi latar belakang keheningan di antara Rian dan Aris. Mereka duduk di kursi belakang, menatap lampu-lampu kota yang berpendar melalui kaca yang berembun.

Aris melirik sahabatnya yang sejak tadi hanya terdiam menatap jalanan. "Yan, kamu pucat sekali tadi pas Dian cerita soal kakaknya."

Rian menghela napas berat, menyandarkan kepalanya ke kaca bus yang dingin. "Gila, Ris. Nama itu... Hardi Group. Aku baru saja merasa tenang di sini, tapi tiba-tiba nama itu muncul lagi dari mulut orang yang baru kukenal."

"Dunia ini memang sempit, Yan," balas Aris pelan. "Tapi setidaknya Dian cuma cerita soal kakaknya. Dia nggak tahu siapa kamu sebenarnya."

Rian mengepalkan tangannya di balik saku jaket. "Justru itu yang bikin aku takut, Ris. Mendengar nama perusahaan itu membuatku teringat betapa berkuasanya ayah Naya. Kalau kakaknya Dian bekerja di sana, artinya lingkungan kita sekarang sudah sangat dekat dengan jangkauan ayahnya."

"Tapi pikirkan sisi baiknya," Aris mencoba menenangkan. "Kalau kakaknya di sana, suatu saat mungkin kita bisa tahu kabar Naya. Kamu nggak penasaran gimana keadaan dia sekarang?"

Rian terdiam sejenak. "Aku takut, Ris. Takut mendengar hal yang nggak mau kudengar. Apakah dia masih dipaksa bertunangan dengan Andika? Apakah dia sekarang dikurung lagi? Atau..." Rian menggantung kalimatnya, matanya menyiratkan kepedihan. "Atau dia sudah mulai menyerah?"

Aris menepuk bahu Rian. "Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu. Kamu lihat sendiri kan, takdir malah mempertemukan kamu sama adiknya karyawan di sana. Mungkin ini cara Tuhan supaya kamu tetap punya 'mata' di Jakarta tanpa perlu muncul di depan Tuan Hardi."

"Aku harus hati-hati," gumam Rian lebih kepada dirinya sendiri. "Aku nggak boleh terlalu banyak tanya sama Dian. Aku nggak mau dia curiga kalau aku punya sejarah kelam dengan pemilik perusahaan kakaknya."

"Betul. Kita ikuti saja permainannya," Aris mengangguk setuju. "Sekarang fokus mu cuma satu: kumpulkan uang, bangun portofolio mu di firma desain itu, dan jadilah pria yang nggak bisa dihina lagi sama Tuan Hardi."

Bus berhenti di halte dekat apartemen mereka. Rian turun dengan langkah yang lebih mantap, meski di kepalanya bayangan gedung Hardi Group dan wajah Naya yang sedang merindu masih menari-nari. Ia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Naya di Jakarta saat ini, tapi mendengar nama perusahaan itu sudah cukup untuk menyalakan kembali api perjuangan di batinnya.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!