Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.12
Terlihat seorang pria berjalan ke arah mereka sambil tersenyum. "Halo Nona-nona cantik, tadi sepertinya ada yang bilang lamaran. Lamaran siapa, ya?"
"Om Arsen! kami kangen!" Dhara dan Dhira memeluk Arsen.
"Lamaran kami pada Kak Nita untuk Papi!" ucap Dhara.
"Lamaran untuk Papi? Memangnya Papi kalian mau menikah? Terus memangnya Kak Nita mau?"
"Ya, maulah Papi menikah. Masa jomblo terus!" jawab Dhira.
"Kak Nita juga pasti mau menikah dengan Papi, iya 'kan, Kak?" tanya Dhara.
"Hah," Anita bingung harus jawab apa?"
"Kalian ini jangan membuat orang bingung begitu. Cinta tidak bisa di paksa. Biarkan Papi kalian dan Kak Nita dekat, setelah terbiasa mungkin akan tumbuh cinta. Biarkan semua mengalir apa adanya."
"Begitu ya, oke. Kami mengerti. Oleh-olehnya mana Om?"
"Sudah di bawa ke kamar kalian."
"Aku ke kamar dulu mau lihat oleh-oleh dari Om." Dhira pergi ke kamar.
"Aku ikut." Dhara menyusul Dhira.
"maaf, ya. Mereka memang seperti itu. Walau sebelumnya mereka belum pernah menjodohkan Papinya, malah yang ada mereka dengan keras menolak setiap wanita yang di kenalkan Mamah atau Papah atau Papi mereka sendiri." Arsen duduk bersebrangan dengan Nita.
"Sepertinya kau spesial. Mereka sangat menyukaimu," lanjut Arsen.
"Aku juga menyukai mereka, mereka itu sangat lucu, cantik dan menggemaskan. Mereka juga anak-anak yang baik. Entahlah pertama kali melihat mereka aku langsung tertarik. Ada sesuatu yang spesial di diri mereka."
"Sekarang saya paham kenapa mereka menyukaimu." Arsen tersenyum.
"Oh iya, kita belum berkekalan secara resmi. Kenalkan saya Arsenio Leophard, adik dari Alkana."
"Saya Anita panggil saja Nita."
Mereka berjabat tangan. "Om! Tidak boleh mendekati Kak Nita!" Datang Dhara yang marah pada Arsen.
"Siapa yang mau mendekati? Om Cuma kenalan doang. Tanya saja sama Kak Nita."
"Ya udah! Om, makasih oleh-olehnya. Dhara suka banget.
"Iya, Dhira juga. Makasih ya, Om"
"Sama-sama kalian simpan baik-baik ya."
"Iya, Om." Si kembar menjawab dengan kompak.
"Kenpa Om baru datang?"
"Maaf, sayang. Om banyak pekerjaan."
"Sekarang sudah beres?" tanya Dhira.
"Sudah."
Mereka terus mengobrol. Anita sesekali masuk ke dalam obrolan jika di tanya. Selebihnya dia kebanyakan diam.
***
Arsen memutuskan menginap. Ketika menjelang pagi, Alkana datang.
Dia sengaja tidak memberitahu kedatangannya. Alkana ingin memberi kejutan pada si kembar. Alkana langsung ke kamarnya dan beristirahat. Semua pegawainya dia larang untuk memberi tahu pada siapa pun.
Si kembar mengajak Anita berenang. Di urumah mereka terdapat kolam renang yang besar. Anita setuju untuk berenang, Arsen juga ikut.
Saat sedang asyik, mereka di kejutkan oleh seseorang yang langsung lompat ke dalam kolam.
Saat mereka melihat si kembar terkejut karena ternyata Papi mereka yang datang.
Mereka pun berenang menghampiri Alkana. "Papi kapan datang?" tanya Dhara.
"Subuh."
"Kenapa Papi kan bilang kalau pulang hari ini?" tanya Dhira.
"Surprise!" jawab Alkana.
"Hai Arsen, kapan kamu datang?" tanya Alkana pada Arsen yang sudah berada di dekatnya.
"Semalam kak."
"Hai Nit, apa kabar kaki kamu. Sudah sembuh?" Alkana juga bertanya pada Nita yang berada di dekat Arsen.
"Sudah, terima kasih," jawab Anita.
"Aku yang terima kasih karena kamu mau direpotkan menjaga anak-anakku."
"Mereka tidak merepotkan, saya malah senang."
"Khm." Alkana, langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia takut tergoda oleh Anita yang berpakaian baju renang seksi.
"Kita makan yuk, Papi lapar."
"Ayo." Si kembar menjawab dengan semangat.
Mereka akhirnya naik satu persatu. Alkana memberikan baju handuk kepada Anita. Arsen tersenyum melihatnya. Alkana bersikap sangat perhatian, jarang sekali dia seperti itu pada wanita lain atau bahkan mungkin tidak pernah.
Mereka ke kamar masing-masing. Lima belas menit kemudian, semua mulai berkumpul di meja makan. Anita datang terakhir dengan penampilan yang sangat cantik. Mereka pun mulai makan.
***
Pagi ini Alkana akan mulai bekerja. Arsen juga akan ikut dengannya. Sementara Anita sudah izin untuk pulang ke rumahnya semalam. Dia tidak enak berlama-lama tinggal di rumah Alkana.
Si kembar merasa sedih dan keberatan Anita pulang. Namun, Anita memberi pengertian pada mereka. Dia juga meminta izin pada Alkana agar sesekali si kembar boleh menginap di rumahnya. Alkana mengizinkan tetapi tidak dalam waktu dekat ini.
Saat ini mereka sudah sampai di kantor Alkana. Dia langsung berhadapan dengan tumpukan berkas yang membutuhkan tanda tangannya. Arsen ikut Alkana karena dia akan ikut rapat perusahaan.
Sekretaris Alkana datang memberi tahu kalau sudah waktunya rapat. Mereka semua pergi ke ruang rapat. Di sana Alkana melihat Jasmin.
"Kenapa dia ada di sini?" batin Alkana.
"Sebelum di mulai, saya harap yang tidak berkepentingan dalam rapat segera meninggalkan ruangan!" Alkana memberi instruksi tegas.
"Jasmin, kamu keluar dulu," pinta William. William hadir sebagai perwakilan dari ayahnya. Kebetulan dia juga memang sedang mencari tahu sesuatu.
"Kenapa aku harus keluar?" tanya Jasmin.
"Karena kau cuma akan mengganggu rapat!" jawab Alkana lantang mendengar pertanyaan Jasmin.
"Aku tidak akan mengganggu. Apa kau merasa terganggu?"
"Sekarang pun kau sudah menghambat jalannya rapat. Apa kau masih ingin berdebat?"
"Baiklah aku keluar, walau sebenarnya aku suka berdebat denganmu. Tetapi aku tidak mau mengganggu jalannya rapat." Jasmin pun keluar dari ruang rapat, sebelum membuka pintu dia berbalik melihat Alkana dan tersenyum manis lalu keluar."
"Wanita tidak punya harga diri!" ketus Alkana, yang dapat di dengar oleh William.
"Jaga ucapanmu! Dia itu adikku." William tidak terima dan memperingati Alkana.
"Tidak heran," sahut Alkana. William berdiri.
"Sudahlah, sekarang lebih baik kita lanjutkan rapat ini. Biar cepat selesai, ayo. Waktu adalah uang!" Arsen mencoba menengahi seraya berdiri di antara mereka. William kembali duduk. Rapat pun dimulai.
***
Si kembar merasa jenuh di rumah, mereka minta antar ke kantor Papi mereka pada bodyguard. Setelah menelepon Anton dan meminta izin, bodyguard tersebut mau mengantarkan si kembar. Tentu saja dengan pengawalan ketat.
Terlihat tiga mobil beriringan, keluar dari rumah Alkana. Mobil yang dinaiki si kembar berada di tengah. Satu mobil berisi empat bodyguard kecuali mobil yang tengah berisi dua bodyguard, satu merangkap sebagai supir.
Sesampainya di kantor Dhara dan Dhira langsung berlari ke Elevator atau lift, karena kurang hati-hati akhirnya Dhara menabrak seorang wanita cantik yang baru keluar dari lift sambil melihat ponsel. Sehingga ponsel tersebut terjatuh dan baterenya keluar dari ponselnya.
"Maaf, Nyonya," ucap Dhara pada wanita itu, seraya mengambil ponsel yang terjatuh dan memberikannya pada wanita itu.
"Maaf! Ponsel saya rusak dan kamu cuma bilang maaf! Ini kantor bukan arena bermain jangan lari-lari di sini. Apakah orang tuamu tidak pernah mendidikmu. Heran anak kecil kok diajak ke kantor!" Wanita itu terus marah-marah tanpa tahu siapa si kembar.
"Nyonya bukan pegawai sini, ya? kalau Nyonya pegawai maka Nyonya akan tahu siapa kami."
"Saya memang bukan pegawai sini."
"Syukur alhamdulillah."
"Tetapi, saya adalah calon istri pemilik perusahaan ini!"
Si kembar tergelak mendengar pengakuan wanita itu. "Mimpi, jangan ketinggian!" sindir Dhara.
"Halu, Bos!"ledek Dhira.
"Kalian! Ku..."
"Udah Dhir, kita ke atas aja. Orang stress diladenin!" Dhara mengajak Dhira masuk lift begitu pintu lift terbuka. Meninggalkan wanita itu yang terlihat kesal.
Mereka langsung duduk manis di ruang kantor Alkana. Beberapa jam kemudian rapat yang cukup alot pun selesai. William keluar lebih dulu dengan wajah garang. Sepertinya rapat tidak berjalan sesuai rencana.
Alkana kemudian keluar bersama sekretaris dan bodyguard setianya. Dia langsung pergi ke ruangannya. Alangkah terkejutnya Alkana melihat penampakan di dalam kantornya.
Kondisi ruangannya juga membuat dia mengurut dada. Alkana memanggil OB, untuk membersihkan ruangannya.
"Papi, Om, sudah selesai rapatnya?" tanya Dhara.
"Sudah sayang,"
"Kalian mau apa datang ke kantor?" tanya Alkana.
"Kami bosan di rumah, karena itu kami ke sini untuk mengajak kalian makan siang," jawab Dhara.
"Kebetulan, Papi juga lapar. Ayo kita berangkat sekarang saja."
Mereka pergi ke restoran yang dekat dengan kantor. Tidak di sangka, mereka bertemu dengan Jasmin dan Kakaknya. Jasmin ingin bergabung dengan mereka. Namun, si kembar tentu saja menolak.
.
.
.
.
.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma