NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Tiga hari kemudian.

Tok.

Tok.

"Itu pasti Ana datang," ucap Istri Pak Krisna dengan sangat antusias. 

Pak Krisna segera beranjak dari lantai, karena malam itu beliau tengah meniup balon. Persiapan kejutan ulang tahun untuk putri semata wayangnya sudah mencapai 99%. Seluruh ruangan sudah dihias dengan indah, sesuai dengan selera anak muda zaman sekarang. Terlihat simpel tapi elegan, serta ada beberapa titik yang menggunakan dekor gemerlap bak berlian saat terkena pantulan sinar. Pak Krisna dan istrinya juga memesan kue yang harganya sangat mahal meskipun ukurannya tidak terlalu besar, mereka memastikan bahwa kue tart tersebut benar-benar dibuat dengan bahan-bahan premium.

Ceklek.

Pak Krisna membuka pintu, dengan istrinya yang terus mengekor di belakang, tapi yang mereka lihat bukanlah putrinya di balik pintu tersebut. Melainkan dua petugas dari kepolisian. "Eh, apa ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Pak Krisna yang segera menyadarkan dirinya setelah terpaku beberapa saat.

"Maaf Pak, apa benar ini rumah Pak Krisna?" tanya salah satu petugas kepolisian.

"Iya Pak, benar," jawab Pak Krisna dengan sopan.

"Mari masuk dulu Pak," ajak istri Pak Krisna dengan tersenyum ramah.

Dua petugas dari kepolisian itu pun akhirnya masuk ke rumah Pak Krisna, mereka mengedarkan pandangan ke seluruh ruang tamu terlebih dahulu, sebelum akhirnya mereka berdua duduk di sofa. 

"Kami sedang menunggu kedatangan Putri kami. Kami menyiapkan ini semua, karena hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-20," jelas Pak Krisna tanpa diminta.

Seketika dua petugas polisi itu saling bertukar pandang, mereka menarik nafas dalam dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan maksud kedatangan mereka. 

"Ngomong-ngomong… Bapak ada perlu apa mencari saya?" tanya Pak Krisna.

Kedua petugas polisi itu terdiam untuk beberapa lama. Pak Krisna dan istrinya pun keheranan dan saling menatap juga. "Tidak ada hal kriminal yang dilakukan oleh suami saya kan Pak?" tanya istri Pak Krisna dengan sangat hati-hati, mencoba memecah keheningan diantara mereka berempat.

"Emb... tidak bu, tidak ada hal yang seperti itu," jawab salah satu petugas kepolisian.

"Begini Pak, Bu," petugas satunya pun mulai buka suara.

"Apa Ibu dan Bapak tidak melihat berita hari ini?" tanya petugas kepolisian tersebut dengan hati-hati juga.

"Kami belum sempat menyalakan televisi dan internet, karena terlalu sibuk dengan persiapan ulang tahun putri kami," jawab Pak Krisna sesopan mungkin.

"Tadi pagi ada seseorang yang biasanya mencari kayu bakar di hutan, dan dia menemukan mayat di hutan tersebut." Petugas kepolisian menghentikan ucapannya, dia menelan saliva kali ini, sebelum melanjutkan.

"Mayat tersebut seorang perempuan, perkiraan umurnya sekitar 20 tahun." Petugas kepolisian menghentikan lagi ucapannya. Saat ini tangan istri Pak Krisna pun mulai gemetar.

"Setelah kami melakukan penyelidikan, kami menemukan identitas korban, dan alamat tersebut adalah rumah ini." Petugas kepolisian akhirnya menyelesaikan ucapannya dengan penuh penyesalan, sembari meletakkan sebuah amplop coklat besar di atas meja tamu. Segera Pak Krisna mengambil amplop tersebut dan membuka isinya. Benar saja, identitas putrinya ada di dalam amplop tersebut. Pak Krisna juga melihat beberapa foto saat putrinya ditemukan di dalam hutan itu dengan mengenaskan.

Di wajah putrinya banyak sekali memar berwarna keunguan, tangan terikat ke belakang, dan yang paling mencengangkan adalah, jari kelingking sebelah kiri hilang. Namun pakaian dan tasnya masih tetap utuh.

Bruuuk.

Istri Pak Krisna jatuh di lantai dengan tatapan kosong. "Ana," ucapnya dengan sangat lirih. Sementara Pak Krisna meremas semua foto yang dipegangnya dengan sangat geram. Terlihat jelas bahwa saat ini Pak Krisna tengah menahan amarah. Matanya memerah, keringat bercucuran, dan dia juga menggertakkan giginya.

***

Sementara itu, di rumah sakit.

"Apa penyebab kematiannya?" tanya Dara, selaku detektif yang menyelidiki kasus kematian putri Pak Krisna.

"Kehabisan nafas dan sesak," jawab Sasa. Sasa merupakan ketua dari tim forensik yang baru saja selesai melakukan otopsi pada jenazah putri Pak Krisna.

"Lalu?" tanya Dara lagi.

"Memar di seluruh tubuhnya tidak ada yang disebabkan oleh benda tumpul, mungkin dia menyerang menggunakan tangan dan kakinya," imbuh Sasa.

"Sepertinya dia juga sudah meninggal cukup lama," ucap Sasa lagi. Dara segera menoleh ke arah Sasa sembari mengernyitkan kening.

"Mungkin sekitar pukul 12 atau pukul 1 malam," ucap Sasa.

"Apa kamu sudah menemukan jari kelingkingnya?" tanya Sasa.

"Belum, tapi saat ini kami sudah mengirim tim untuk menyusuri semua lokasi," jawab Dara.

"Kalau dilihat dari lukanya, sepertinya jari kelingking tidak dipotong menggunakan pisau yang besar. Melainkan dia menyayatnya sedikit demi sedikit, baru setelah sampai di bagian tulang dia akan mematahkannya," jelas Sasa.

"Apa psikopat itu melakukannya saat dia masih hidup?" tanya Dara sembari melihat mayat Ana yang terbaring di depannya.

"Entahlah, kami masih akan menyelidikinya lagi," jawab Sasa.

"Pisau apa kira-kira yang dia pakai?" tanya Dara.

"Pisau kecil yang sangat tajam," jawab Sasa.

"Apa mungkin pisau dapur?" tanya Dara.

"Bisa jadi, tapi kalau dilihat dari bekas sayatannya, ini seperti dilakukan oleh seorang ahli pisau. Apa kamu tahu saat koki memotong tipis bagian ikan segar?" tanya Sasa.

"Hmb," jawab Dara sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan juga terus menatap mayat yang tengah terbaring di hadapannya.

"Seperti itulah sayatan yang dihasilkan," jawab Sasa.

"Kalau seperti itu, berarti hanya membutuhkan satu sayatan saja," ucap Dara.

"Hmb, tapi karena bentuk jari adalah bulat, jadi dia memerlukan beberapa sayatan yang sempurna hingga melingkar," jelas Sasa. Sasa berbalik melihat laptopnya dan melihat beberapa data yang lain. Sementara Dara masih terus memandangi sang mayat.

Secara tidak sengaja, tiba-tiba saja pandangan Dara beralih ke arah pisau bedah yang ada di sebelah mayat.

Braak.

Dara berjalan dengan sangat cepat ke arah Sasa dan memegang pergelangan tangannya. Dara mendorong pergelangan tangan Sasa hingga ke tembok, kemudian dia mulai reka adegan. Dengan pisau bedah yang dia pegang di tangan kanannya, dia mulai memberi sayatan pada jari kelingking Sasa. Sasa yang melihat hal tersebut hanya bisa menahan nafas. Tatapan Dara benar-benar serius bak psikopat yang siap untuk menghabisi nyawa Sasa saat itu juga. 

"Apa seperti itu maksudmu?" tanya Dara, setelah dia melakukan reka adegan dengan berpura-pura memotong jari kelingking Sasa, Dara menyayatkan pisau bedah itu di udara, yang hanya berjarak setengah centimeter saja dari jari Sasa yang sesungguhnya.

Sasa mengangguk pelan dengan ekspresi tegang. "Oke," jawab Dara dengan santai sembari melepaskan tangan Sasa.

"APA KAMU SUDAH GILA?" teriak Sasa setelah dia lolos dari cengkraman tangan Dara, Sasa juga memegang dadanya untuk mengatur nafas.

Prang.

"Lanjutkan observasi, dan laporkan padaku apapun itu, sekecil apapun yang kamu temukan, laporkan dengan detail," ucap Dara sembari melempar pisau bedah ke tempat asalnya dan berlalu begitu saja, tanpa menghiraukan Sasa yang terus mengoceh bak burung beo.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!