Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAWATIR
Ia gelisah dan takut. Jika memang hamil, maka be**rcinta tidak lagi diperlukan. Itu artinya, ia tidak dapat bertemu pria itu lagi.
Kenyataan tersebut yang membuat Ziya sedih dan berharap, ia belum hamil.
Di ruang baca dalam Mansion.
"Sudah terlihat embrio, walaupun masih berukuran 0. 01 sampai 0. 02 cm. Untuk hasil tes darah, akan keluar sore ini. Tadi sampel darah sudah dikirimkan dengan helikopter ke laboratorium," jelas sang dokter.
"Itu artinya dia sudah hamil?" tanya Tuan Besar Ryzadrd.
"Embrio sudah terbentuk, tapi butuh beberapa minggu lagi untuk memastikan kehamilan terjadi. Sebab ini masih awal kehamilan yang baru berusia dua minggu," jelas sang dokter kembali.
"Jika begitu, buatlah jadwal kunjungan berikutnya untuk memberikan kepastian!" tegas Tuan Besar Ryzadrd.
"Baik, Tuan. Dua minggu lagi, sudah dapat dipastikan," timpal sang dokter.
Dokter dan perawat pun, di pulangkan.
"Panggil gadis itu kemari!" perintah Tuan Besar Ryzadrd kepada salah seorang pelayan, setelah mengantarkan kepergian dokter dan perawat tadi.
"Baik Tuan," jawab si pelayan dan langsung pergi ke lantai atas, di mana sang Nona berada. Pelayan di Mansion, tidak perlu mengetahui siapa yang mereka layani.
Itu tidak perlu, karena pasal yang telah disebutkan dalam kontrak kerja. Jadi, mereka cukup memanggil Tuan atau Nona, kepada orang-orang yang mereka layani.
Tok Tok Tok!
Ziya langsung bangkit dari duduknya di sisi ranjang, saat pintu kamar diketuk dan berkata
"M-Masuk." Seorang pelayan melangkah masuk dan menghampiri Ziya seraya berkata,
"Nona, Tuan Besar meminta Nona untuk menemuinya." Tubuh Ziya, membeku.
Ia takut dan spontan bertanya, "Apakah, apakah Tuan ada bersama dengan Tuan Besar?" Si pelayan menggeleng, untuk menjawab pertanyaannya itu.
Ziya semakin ketakutan tapi, tidak ada yang dapat dilakukan selain mengikuti sang pelayan untuk menemui sang Tuan Besar.
Ziya berjalan dengan cepat, kedua tangan saling bertautan dan saling menggenggam kuat di depan tubuh.
Jantungnya berdebar tidak normal dan telapak tangannya mulai basah, karena keringat.
"Silakan masuk Nona," pinta si pelayan dan mendorong salah satu daun pintu kayu, hingga terbuka lebar. Ziya melangkah masuk, ruangan ini bersebelahan dengan ruang di mana tadi ia menjalankan pemeriksaan.
Begitu ia melangkah masuk, pintu kayu di belakangnya pun langsung ditutup kembali. Suara dentuman kayu yang saling bertubrukan, membuat tubuh Ziya ya kembali terlonjak karena terkejut.
Lidahnya kelu, saat pria yang disebut Tuan Besar menoleh ke arahnya. Tatapan itu penuh intimidasi dan merendahkan, membuat tubuh Ziya membatu.
"Aku akan langsung ke inti apa yang hendak aku sampaikan! Jangan bermimpi apapun terkait apa yang terjadi saat ini. Tidak ada apapun yang dapat terjadi, selain dari isi perjanjian yang telah kamu setujui. Lahir kan anak itu dan pergi. Jika kamu penuhi isi perjanjian, maka aku pribadi akan membayar mu lebih. Paham?" ujar Tuan Besar Ryzadrd tak kalah dingin.
Kedua tangan Ziya yang saling bertautan dan menggenggam semakin kuat serta mulai gemetar. Memikirkan bahwa ia tidak lagi dapat bertemu dengan pria itu, membuatnya mulai panik dan ucapan Tuan Besar itu, seakan menyatakan bahwa ia hamil.
"Apakah aku hamil? Apa hasil pemerikasaan tadi?" tanya Ziya tergagap. "
" Apakah kamu memiliki hak untuk berbicara, apalagi bertanya?" tanya Tuan Besar Ryzadrd tak kalah dingin dan tidak berencana menjawab pertanyaan gadis jalang itu.
Bibir Ziya terkatup rapat. Ia memang tidak memiliki hak untuk bersuara. Itu sudah disebutkan dalam kontrak dengan jelas.
"Jika putraku datang menemui mu, maka jangan layani dia! Banyak mata yang melihat dan melaporkan langsung pada diriku. Bukankah ayah mu dirawat di rumah sakit kota?" tanya Tuan Besar Ryzadrd dengan tatapan penuh ancaman.
Wajah Lyra memucat. "B-Bagaimana aku menolaknya?" tanya Ziya memberanikan diri. Bagaimana ia dapat menolak, jika pria itu datang meminta kehangatannya? Bagaimana bisa?
"Beri alasan! Selain karena hamil, kamu bisa katakan kamu sakit," balas Tuan Besar Ryzadrd dan melangkah pergi, meninggalkan Ziya sendirian di tengah ruangan luas itu.
Masih berdiri membeku, Ziya pun akhirnya sadar akan posisinya saat ini. Mimpi dan harapan yang sempat tumbuh dalam hati, kandas seketika.
Berusaha menenangkan diri, Ziya pun menundukkan kepala. Kedua tangannya yang gemetar menyentuh perutnya sendiri.
Perut bagian bawah, di mana ada janin sedang bertumbuh di sana. Air mata langsung merebak, perasaannya diselimuti rasa hangat, saat menyadari bahwa ia hamil.
Hamil anak dari pria itu. Menarik dan membuang napas, akhirnya Ziya pun berbalik dan di hadapannya sudah ada pelayan menunggu, di dekat pintu yang sudah terbuka lebar. Dari mulai saat ini, ia sudah tidak bertemu lagi dengan pria itu.
.*.*.*
Satu minggu pun berlalu dan satu minggu itu pula, Darren tidak menginjakkan kakinya ke Mansion. Itu berat dan sulit baginya, untuk menahan gejolak nafsu duniawi yang terus menggedor pertahanan diri.
Pagi ini, seperti biasa anggota keluarga berkumpul untuk sarapan bersama. Tuan Besar Ryzadrd, duduk di kursi utama dengan Darren dan Naraya , duduk saling berhadapan.
Tidak ada yang berbicara, hanya dentingan peralatan makan yang terdengar.
"Bagaimana kamu bisa hamil, jika kalian terus tidur di kamar terpisah dan dari laporan para pelayan, kalian bahkan tidak mengunjungi kamar satu sama lain," ujar Tuan Besar Ryzadrd dengan oktaf suara yang begitu dingin memecahkan kesunyian.
Naraya semakin menggenggam kuat, sendok makan yang berada di tangannya. Hubungan gelapnya dengan Ferry, membuat Naraya semakin percaya diri.
Biasanya, ia hanya akan diam jika disalahkan. Namun, tidak untuk hari ini. Dengan anggun Naraya meletakkan sendok makan yang terbuat dari perak dan menatap ke arah ayah mertuanya itu seraya berkata.
"Apakah Ayah lupa, aku tidak memiliki hak untuk mendatangi kamar suamiku. Jadi, jika ingin menyalahkan, maka salahkan suamiku saja." Baik Darren dan Tuan Besar Ryzadrd tercengang, saat mendengar ucapan Naraya .
Tuan Besar Ryzadrd lupa akan hal tersebut dan saat diingatkan oleh menantunya itu, ia langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Darren .
"Mengapa kamu tidak melakukan kewajibanmu?" tanya Tuan Besar Ryzadrd. Darren yang kembali berkutat dengan sarapannya pun menjawab dengan santai.
"Aku sudah melakukan kewajibanku."
"Kapan?" tandas Naraya spontan. Walaupun hubungan nya dengan sang pengawal begitu panas membara, tapi bagaimanapun ia lebih mengharapkan kehangatan dari sang suami.
Darren mengangkat wajah dan menatap ke arah sang istri, seraya berkata.
"Dia sudah hamil. Penerus Keluarga Ryzadrd akan dilahirkan ke dunia ini, sembilan bulan lagi." Wajah Naraya , langsung merona karena marah.
"Segeralah bawa bayi sial itu ke hadapanku. Bayi itu akan menjadi objek untuk melampiaskan kekesalan mu selama ini." batin Naraya terucap .
"Aku tidak sabar," ujar Naraya pelan, berusaha untuk tersenyum. Ia tidak sabar untuk menghancurkan hidup anak haram itu.
Tuan Besar Ryzadrd tidak lagi berbicara dan melanjutkan menyantap sarapannya, begitu juga dengan Darren.
Sedangkan Naraya, memilih berdiri dari duduknya seraya berkata, "Aku permisi terlebih dahulu. Aku memiliki janji untuk perawatan tubuh." Tanpa menunggu tanggapan, Naraya pun berderap pergi, meninggalkan ruang makan, meninggalkan kediaman Ryzadrd.
"Minggu depan, kita pergi ke Mansion. Dokter akan datang untuk memastikan kehamilan itu tumbuh dengan sempurna," ujar Tuan Besar Ryzadrd, dengan masih menyantap sarapannya.
Darren tidak menjawab. Hanya dengan mengingat akan gadis itu, membuat hasratnya meronta-ronta. Ia bukan tipe putra yang patuh terhadap perintah sang ayah, tapi selain karena gengsi, ia juga tahu bercinta diawal kehamilan akan beresiko keguguran.
Darren tentu tidak ingin hal tersebut terjadi, bagaimanapun ia harus ingat akan tujuan awalnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan, bukan seorang gadis .
Hari itu, sebelum berangkat ke perusahaan, Darren singgah ke klub agar ia kembali dipuaskan secara oral. Setidaknya, pikirannya dapat jernih untuk beberapa hari ke depan.
Tidak jauh dari kediaman Ryzadrd, mobil hitam terparkir di sisi badan jalan. Kaca mobil hitam legam, tidak memungkinkan orang-orang dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam.
Naraya duduk berhadapan di pangkuan Ferry , di kursi kemudi. Bagian bawah tubuh mereka bersenggama dan payudara Naraya yang terpampang jelas, menjadi sasaran pelampiasan dahaga Ferry .
Bibir Ferry , menarik-narik puting coklat kemerahan itu, sesekali rongga mulutnya akan melahap separuh payudara putih itu dengan ganas serta menyesap.
Terasa sakit, tapi nikmat apalagi saat Ferry memompa ke atas semakin kuat dan kasar. Liang kewanitaan yang dibombardir seperti itu, terasa perih tapi juga nikmat.
Naraya melengkungkan tubuh, kedua tangannya memeluk kepala Ferry dan semakin menekan ke arah payudaranya. Setelah berani membalas ucapan sang ayah mertua, ada kepuasan tersendiri yang dirasakan dan membuatnya terangsang.
Ini adalah idenya, bercinta di dalam mobil.
Darren mengerang nikmat saat menumpahkan inti tubuhnya kedalam rahim sang Nyonya. Sudah puluhan kali mereka bercinta tapi rasanya tetap begitu memabukkan.
Tubuh Naraya pun terkulai dan bersandar di pundak Ferry yang bidang. Seandainya, pria ini adalah salah seorang dari kalangan mereka, maka la akan dengan senang hati bercerai.
Namun, sialnya pria ini adalah pria miskin yang tidak dapat melakukan apapun untuknya, selain bercinta. Naraya yang kembali berhasrat, mulai mengelus paha yang putih dan mulus.
Merayap naik dan jemarinya menyusup ke belahan kewanitaan, yang begitu lengket. Ia tidak merasa jijik, karena itu adalah miliknya yang menetes keluar.
Awalnya usapan lembut pada bagian bibir kewanitaan, tapi makin lama makin menyusup ke dalam dan dalam.