Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.
Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.
Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.
Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.
Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan manusia
Tidak ada yang tahu jalan hidup seseorang, dimana dia dilahirkan, kemana saja tempat untuknya pergi, apa yang dia temukan, bagiamana masa-masa hidupnya, dan kapan dia akan kembali.
Tapi di skenario tuhan yang sudah tertulis dalam kitab lauh mahfudz. Terbentang luas di atas langit dan di seluruh bumi, manusia-manusia yang akan terus menjelajahinya, mencari kepingan-kepingan takdir, mengenal berbagai macam kehidupan, merangkai keluarga baru, terus tumbuh dan semakin besar, hingga suatu hari nanti menemukan alasannya, kemana tujuan akhir bagi hidup mereka.
Begitu pun dengan Rea, dia yang selama ini terkurung dalam kehidupan sempit di desa Pakusanga. Terhimpit oleh bukit-bukit, hutan, perkebunan, sawah, sungai dan jalanan berlubang yang tak pernah selesai dikerjakan.
Mendapati dirinya pergi meninggalkan keluarga serta desa Pakusanga tercinta menuju kota. Sebagai sosok wanita dengan status baru yaitu seorang istri.
Meski begitu, dia sudah siap menghadapi segala masalah yang mungkin harus dia hadapi nanti, seperti dikatakan kalau ibu kota lebih kejam dari ibu tiri, termasuk juga ibu mertua. Pasalnya.
Rea lebih sering melihat sinetron dengan cerita ibu mertua jahat, sombong minta ampun, tidak mau kalah, punya ilmu kebal, bisa terbang dan doyan makan beling.
"Rea sebentar lagi kita akan sampai ke rumah, jadi bersiap-siaplah." Suara lelaki yang duduk di samping Rea terdengar jelas dan membuatnya terbangun.
Menempuh jarak yang cukup jauh dari desa Pakusanga menuju kota Jakarta, tanpa Rea sadari, selama perjalanan dia tertidur di atas pangkuan Ryan.
Lekas kembali duduk, sesaat setelah dirinya terkejut melihat Ryan di depan mata. Pipi yang merah merona karena make up tentunya, dan jantung berdetak cepat, bukan karena menunjukkan perasaan gugup, melainkan mabuk perjalanan. Bagaimana pun beralasan, Rea akan selalu menolak percaya, jika dia tersipu malu oleh suaminya.
"Bersiap-siap untuk apa ?, tidak ada barang apa pun yang aku bawa dan kau mengatakan jika kita bisa beli saja." Jawab Rea dengan wajah datar, tanpa berani menatap Ryan secara langsung.
"Ya itu memang benar, setidaknya, kau tidak ingin merapikan rambutmu yang berantakan setelah bangun tidur." Ucap Ryan perlahan membelai kepala Rea.
Setelah melewati gerbang utama. Ryan meminta sopir untuk berhenti, membawa Rea turun dari mobil dan memperlihatkan di kejauhan, jika rumah megah yang berada di tengah-tengah taman luas adalah rumah mereka.
Rea tahu, jika Ryan dan keluarganya adalah orang kaya. Tapi lebih dari apa yang Rea kira. Terlalu mengejutkan, spektakuler, sangat luar biasa, membuat dirinya bingung, lebih dari terkejut, melongo, tanpa sekali pun berkedip, menarik nafas dalam-dalam dan hampir lupa untuk menghembuskan kembali.
Bahkan sejak dia turun dari mobil, dia takjub bukan buatan.
Rea tidak tahu harus berkata apa, dimana saat ini, apa yang dia lihat dari kejauhan adalah rumah empat lantai, bergaya rumah Eropa modern Mediterania perpaduan warna putih serta kuning, dikelilingi halaman luas, taman bunga, lampu-lampu gantung di setiap sudut dan juga kolam renang.
Itu cukup membuat Rea menjadi pusing dengan membayangkan tagihan listrik yang harus di keluarkan untuk semua lampu disana.
Sedangkan di rumahnya, hanya ada tiga lampu, satu radio. Jika pun ayahnya hendak menyalakan setrika yang menjadi barang berharga milik mereka, haruslah semua lampu-lampu di rumah padam.
Kata Samroji ... "Listrik mahal, jangan boros-boros, karena boros itu temannya setan."
Rea ingat setiap ucapan dari ayahnya.
Akses keluar masuk menuju rumah Ryan, harus melewati jalan panjang di antara tengah-tengah luasnya taman bunga dan pepohonan.
Rumah itu memang dikelilingi pohon-pohon palem, kelapa, beringin, mangga, jeruk, sawo, duku, kesemek, durian, hingga pohon cemara, saling tumbuh berbaris dalam jenis kelompok masing-masing.
"Kenapa kau diam saja istriku, apa kau terlalu senang ?." Bertanya Ryan yang menarik tangan Rea.
Tapi ditariknya kembali tangannya, kepala Rea terus menggeleng dan wajah rumit seperti kebingungan.
Rea berkata...."Tidak, tidak, tidak, bagiamana mungkin aku tinggal di rumah seperti ini."
"Memang apa masalahnya ?." Tidak seperti harapan Ryan, karena dia beranggapan Rea akan bahagia untuk tinggal di rumah mewah.
"Apa kau berniat menyiksaku ?, pikirkan kalau aku harus membersihkan setiap bagian di rumah ini. Nyapu lantainya saja tidak akan selesai dari pagi sampai sore." Itu yang Rea bayangkan setelah melihat seberapa besar rumah untuk dia tinggal sekarang.
Tertawa Ryan melihat ekspresi cantik yang kebingungan dari Rea, dia mempermasalahkan tentang kebersihan rumah. Tentu, Ryan benar-benar bahagia, karena Rea memikirkan tanggung jawab untuk memastikan tempat tinggal keluarganya selalu bersih.
"Tidak ada yang ingin menyiksamu, istriku, tentang kebersihan rumah dan masak memasak, serahkan saja kepada, ibu Karti." Jawab Ryan setelah puas tertawa bahagia melihat kepolosan Rea.
"Ibu Karti ? Siapa ?." Binggung Rea dengan nama yang Ryan sebutkan.
"Ibu karti adalah orang yang bertugas mengatur kebersihan seluruh rumah kita."
"Kau bukan manusia !." Berteriak keras Rea yang membuat beberapa tetangga melihat dari balik tembok rumah mereka.
Biar pun setiap orang lain melihat Rea berteriak-teriak tidak jelas, marah-marah dengan hal sepele. Ryan tidak perduli kepada semua komentar para tetangga, secara khusus perhatiannya hanya untuk Rea.
"Eeehhh kenapa ?... Lantas aku ini apa kalau bukan manusia ?." Terkejut dengan ucapan Rea.
"Bagiamana mungkin kau tega membiarkan orang tua seperti Bu Karti itu, berkerja keras membersihkan rumah sebesar ini sendirian. Jelas kau bukan manusia, kau lebih seperti kompeni." Rea mulai memaki-maki.
Tapi Ryan tersenyum sendiri, menarik tangan Rea dengan lembut untuk kembali ke dalam mobil..."Baiklah, baiklah, aku akan jelaskan saat kita sudah sampai di rumah."
Rea mengikuti keinginan Ryan. Mobil berjalan melewati rute penuh kebun-kebun buah dan taman bunga.
Mondar-mandir puluhan tukang kebun dengan seragam kerja biru hijau, sepatu boot, topi sefty dan sarung tangan. Model fashion tukang kebun yang bekerja di rumah Ryan jauh lebih rapi, jika dibandingkan dengan kelompok boy band saat acara Agustusan.
Rea baru sadar, kalau kebun buah dan taman bunga itu dirawat oleh para Gardner, dia merasa malu akibat spekulasi tanpa mendengarkan penjelasan terlebih dahulu.
Rea masih terdiam menyaksikan para tukang kebun bekerja, hingga tanpa Rea sadari, mobil sudah berhenti di depan rumah. Berbaris rapi sepuluh pelayan-pelayan cantik menyambut kedatangan Ryan ketika mereka berdua keluar dari mobil.
Satu sosok wanita paruh baya yang berdiri datang menyambut dengan wajah tersenyum cerah..."Tuan Ryan, Nona Rea selamat atas pernikahan kalian, maaf jika ibu tidak bisa ikut."
"Terimakasih ibu." Balas Ryan dengan jawaban sopan terhadap Wanita paruh baya itu.
"Siapa ibu ini Ryan ?." Bertanya Rea yang ikut memberikan salam.
"Beliau inilah bu Karti, kepala dari semua pelayan yang bertugas untuk mengatur kebersihan rumah kita." Perjelas Ryan dengan tersenyum kepada Rea.
Semua yang Rea bayangkan jauh berbeda dari isi pikirannya, bahwa untuk sekedar mengurus rumah mewah nan besar itu, dirinya tidak perlu repot-repot melakukan sendiri.
Segalanya disediakan oleh Ryan, dari tukang bersih-bersih, tukang kebun, tukang jaga, tukang antar, tukang reparasi, tukang masak, tukang pijat, tukang pukul, tukang cuci, tukang setrika, dan semua tukang yang ada di dalam rumah.
Dan Rea merasa lega, dia hampir memaksa untuk pulang ke kampungnya, karena tidak mau membayangkan, jika harus membersihkan rumah serta halaman seorang diri.
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
mohon untuk up terus Thor...