Novel ini bercerita tentang seorang siswa biasa bernama Reza yang secara mendadak mendapatkan teman-teman baru yang merupakan sekumpulan group Idol kesukannya.
Apa itu idol? idol adalah seseorang atau sekelompok orang yang dicintai dan diidolakan oleh para fansnya karena suatu hal.
Singkat cerita, Reza ingin melindungi senyuman para idol itu dan tidak ingin melihat mereka menangis.
Namun Impiannya punah, dia hanyalah pecundang yang tidak bisa melakukan apapun disaat idolanya membutuhkannya. Alhasil Reza menangis dengan kencang dan tanpa sadar iapun pingsan.
Saat bangun ia terkejut karena waktu terulang kembali ke saat dimana pertama kalinya idol yang ia cintai datang kesekolahnya, dan secara tiba-tiba juga sebuah sistem muncul di hadapannya.
"Sistem Perlindungan Idol"
Akhirnya kisah Seorang Reza sang pemeran utama pun dimulai...
P : Apakah hidup dengan mengidolakan seseorang adalah hal yang salah?
J : Tidak, itu tidak salah, malahan itu hal yang bagus
P : Alasannya?
J : ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rikazum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Perlawanan Di Kereta Bawah Tanah -2-
..."Cahaya kepalsuan di atmosfir kereta penuh anorganik. Bagaikan waktu yang terisolasi"...
^^^-R^^^
Reza akhirnya menyetujui permintaan Leonardo Tanaka ketika dia tidak punya pertanyaan lagi. Mengesampingkan fakta bahwa dia akan dibayar 5 Ribu Dollar untuk transaksi ini, yang lebih penting, keterampilan yang dia peroleh dari sistem – Absolute Shield + Above all, the God of Aikido – tampaknya lebih dari cukup untuk memastikan keamanannya dari Saito Nikaila, setidaknya itu yang ia percaya untuk sekarang.
Apalagi dia telah berjanji pada dirinya sendiri sebelumnya, bukan hanya Saito Nikaila yang akan dia lindungi, tetapi semua personil grub idola Kanashi Tamashi juga akan ia lindungi bahkan jika itu sulit. Dia sudah tidak ingin menjadi terkapar dan membiarkan para idolanya itu Mengalami kejadian yang sama lagi.
Dan selain itu, dia juga butuh uang. Baik itu untuk keluarganya atau karir masa depannya, ember emas pertama ini adalah suatu keberuntungan. Bagaikan sebuah kata pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlewati.
Setelah dia menandatangani kontrak, 5 Ribu Dollar langsung disetorkan ke rekening banknya. Ini adalah pembayaran pertama. Sisanya akan dibayarkan setelah dia menyelesaikan tugas melindungi Hitami tanaka, atau juga yang sering dipanggil Saito Nikaila.
***
"Ah, apa aku bisa berpesan sesuatu padamu?" tanya Pak Leonardo Tanaka sebelum akhirnya masuk kedalam mobilnya untuk pergi dari restoran itu.
"Bisa, tentu saja bisa. Anda ingin memberikan pesan apa" tanya Reza dengan antusias. Kata orang jaman dahulu, pesan dari orang tua adalah pesan berharga karena mereka adalah orang yang telah marasakan asam manis kehidupan, karena itulah Reza menjadi begitu antusias.
Pak. Leonardo lalu membuat kode dengan telapak tangannya untuk mendekatkan telinga Reza dan membisikkan sesuatu.
"Baiklah aku pergi dulu, semoga semester baru berjalan dengan lancar!!" Ucapnya dengan senyum hangat setelah membisikkan sesuatu di telinga Reza tang membuat Reza menjadi muram. Namun itu tidak bertahan lama karena ia memutuskan untuk pergi mengurus urusannya sendiri juga
***
Reza benar-benar merasa sangat puas dan pergi ke bank untuk mentransfer uang sebesar seribu dollar ke rekening ayahnya. Kemudian dia menelepon ke rumah untuk membagikan kabar baik. “Ayah, aku baru saja mentransfer beberapa juta uang ke rekening ayah. Kalau ada waktu Periksalah di Bank. ” ucap Reza setelah mengkonversi uang dollar itu ke Rupiah dan mentransfernya ke rekening ayahnya.
Diujung panggilan telepon tidak ada suara. Dan hanya ada keheningan, hingga akhirnya secara tiba-tiba suara ibunya terdengar.
“Nak, ayahmu ada kerjaan di mebel dan dia tidak membawa ponselnya. Maaf, nak, ibu kurang jelas tadi mendengar suaramu, jadi apa kamu baru saja bilang ingin ditransfer? Butuh Berapa banyak, nak? Tidak biasanya kamu minta duluan, biasanya kan kamu tidak pernah meminta, jadi ada kebutuhan penting apa yang diperlukan di sekolahmu?" Tanyanya.
Reza tidak terkejut. pasalnya, didaerah tempat ayahnya tinggal, hanya ayahnya seorang sajalah yang mempunyai mebel kayu. Dan itu adalah tanggung jawab yang besar dan harus dikelola dengan baik. Menyampingkan hal itu, Reza lebih terkejut mendengar suara ibunya yang terdengar sangat memorable.
Walaupun sebenarnya ia juga kangen dengan ayahnya dan ingin berbicara secara langsung dengannya. Tentu saja, Karena ayahnya sibuk, ia terpaksa menunda rasa kangennya untuk Ayahnya. Sebagai gantinya, ia tertawa dan berkata pada ibunya, “Ibu, aku tidak minta ditransfer, justru sebenarnya Aku malahan yang baru saja mentransfer seribu dollar, ke rekening Ayah, Ibu. Jumlah Rupiahnya sekitar lima belas juta. Kalau ada waktu tolong ibu suruh Ayah mengambilnya di Anjungan Tunai Mandiri saat ia senggang. ” pinta Reza.
“Astaga, nak!? Apa kamu bilang tadi!? Lima belas juta!? Nak, Bagaimana kamu bisa mempunyai uang sebanyak itu!? apa kamu berjualan atau melakukan suatu hal yang ilegal!? ” seru Ibu Reza karena terkejut.
Reza terdiam ditempatnya dan juga dirinya menjadi kehilangan kata-kata. “Apa maksud ibu, aku tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan hal sebodoh itu. Aku baru saja mendapatkan honorku. ” jelas Reza dengan alasan palsu yang sudah dipersiapkannya.
"Honor? Honor apa? Dan juga kamu sepertinya belum pernah membicarakannya dengan Ayah dan ibu." Ucap Ibunya dengan sedikit merasa curiga.
"Ibu, uang yang aku dapatkan sudah pasti bersih dari hal-hal negatif seperti itu. Ibu sendiri sudah tahu kalau aku mengikuti banyak kompetisi. Saat aku mengikuti setiap kompetisi, aku mendapatkan banyak uang dan menggunakannya buat kebutuhan pokokku, Sedangkan uang yang selalu ibu dan ayah kirim lebih sering aku gunakan untuk belajar dan membeli buku, karena itulah aku memutuskan untuk menjadi Guru Les saja. Dan Honor yang aku maksud sebelumnya adalah gajiku dari menjadi guru les selama ini. Nominalnya mungkin banyak, tapi jumlah muridku juga sangat banyak
“ Apa anakku benar-benar menjadi Guru les? Aku tidak sangka anakku bisa mencari uang sendiri... sejak kapan!?” Intonasi suaranya tiba-tiba berubah, dari kecurigaan menjadi kebanggan pada putranya yang sudah dewasa.
“Beberapa bulan yang lalu, ibu . Dan aku menarik beberapa uang hari ini untuk di transfer ke ayah dan ibu. Jadi mulai sekarang ibu dan ayah tak perlu khawatir padaku dan tak perlu mengirim uang kepadaku lagi" ucap Reza dan suaranya benar-benar hangat.
"Oh, iya. Ngomong-ngomong, jangan beritahu ini kepada orang lain yah, bu. Aku dan ibu tidak akan tahu apakah orang lain akan cemburu atau tidak. ”
“Aku tahu, nak . Ibumu ini tidaklah bodoh, kau tahu. Semangat dan kegembiraan terpancar dari kata-katanya, sekaligus terharu dengan anaknya yang akhirnya berpikiran dewasa
“Hiyari, dengan siapa kau berbicara?” Suara berat seorang pria datang dari ujung panggilan telepon.
Hanya dari mendengar saja Reza sudah tahu kalau itu adalah suara ayahnya. Dan jika dia sekarang berada dirumah berarti kemungkinan besar ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di mebel.
“Anak bungsu milik kita!!!. Apa kau tahu, anak kita ternyata sudah menjadi guru les dikota besar sana dan bahkan mempunyai banyak murid. Dan yang lebih hebatnya lagi dia baru saja mentransfer 1000 dolar kepada kita. jadi cepatlah ambil!! pergi ke Anjungan Tunai Mandiri di dekat Supermarket. Kalau kau lama mengambilnya pasti bunganya akan selalu bertambah setiap jamnya, “kata Ibu Reza dangan semangat yang terbakar diiringi dengan kecemasan yang menggelayut di dalam pikirannya.
“Ahh...aku baru saja datang dan kau sudah seheboh ini! Berikan aku telepon itu. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan anakku, Reza... ”
Ibu memberikan telepon kepada Ayah. Suara berat diujung telepon itu berkata, “Anakku, Reza. Apa benar yang dikatakan ibumu? kamu membuka kursus belajar dan menghasilkan uang.
“Ayah, benar apa yang dikatakan ibu. Ayah akan tahu ketika ayah nantinya memeriksa saldo di bank atau di mesin ATM ayah. Reza menjawab gembira.
“Bahkan jika kamu bisa menghasilkan 1000 dollar sekalipun, bukan berarti kau harus mengirimnya kepada kami, jadi kenapa kau mengirimkan uang itu? Apa semua kebutuhanmu sudah terpenuhi?Bukankah ayah sudah mengajarkanmu untuk menyimpan uang untuk masa depan? Pria harus memiliki visi dan misi didalam pikirannya, dan Ayah tidak memintamu untuk bekerja keras di diusiamu yang sekarang. Namun ayah tidak mempersalahkannya, ayah hanya berharap kamu dapat menyelesaikan sekolah kamu dengan baik untuk satu tahun kemudian sebelum kau memutuskan akan kuliah atau kerja.. ”
Hal inilah yang membuat Reza senang berbincang dengan ayahnya, meskipun ayahnya adalah orang yang tegas, Ketegasan itu membuat Reza menjadi orang yang visioner, bekerja keras, dan konsisten pada suatu hal. Bahkan nasehat-nasehat yang ayahnya berikan kepadanya dari kecil hingga dewasa, selalu tertanam di hatinya yang barada dipaling dalam.
“Ayah, aku telah hidup bersama Ayah dan ibu selama bertahun-tahun dan selama itu juga aku melihat kalian berdua bekerja keras sembari membesarkan aku dan kak Anita. Aku juga tahu kalau Ayah berhutang pada bank sebesar 50.000 dolar. Uang ini mungkin blm cukup membayar seluruh hutang ayah, namun setidaknya aku percaya kalau uang yang aku berikan ini dapat membantu meringankan beban Ayah dan ibu. Dan persoalan tentang menabung untuk masa depan, aku bisa melakukannya nanti. Aku ini masih sangatlah muda. Saat aku sudah tamat sekolah, saat itu juga aku akan memikirkan masa depanku" Bujuk Reza.
“Anakku~~~Muachhh!!!! Muachhh!!! Muachhh!!!" Ibu Reza mengambil paksa handphone yang tertempel ditelinga suaminya, dan secara brutal mencium layar handphonenya itu. "apa yang dikatakan anakku itu benar. Disaat anak kita mau berbakti pada Ayah dan ibunya kenapa kau bersikeras menolaknya, lagipula ini juga pertama kalinya dia mentransfer gaji pertamanya kepada kita, sebagai ayahnya kau harusnya bahagia, jadi kenapa kau malah mengkritiknya? Tidak bisakah kau memujinya bahkan sekali saja? ” Kata Ibu untuk membela Reza.
"Ahhh...sepertinya akan ada perang dunia lagi" Keluh Reza saat merasa atmosfer dibalik telepon itu sedang dalam kondisi ekstrem.
Dan benar saja, Nada ayah berubah dari suara sebelumnya, ia bangkit dari duduknya dan merebut telepon dari tangan istrinya. “Kamu seorang wanita. Apa yang kamu tahu selain urusan dapur...? Hiyari, kamu itu berpandangan pendek dan itu akan berdampak buruk kepada anak kita dimasa depan. Apa yang harus disombongkan dari memenangkan kompetisi, apa yang harus dibanggakan dari uang seribu dollar? Tidak perlu menjadi heboh dan sombong hanya karena uang 1000 dolar. Hal buruk seperti itu akan menular pada putra kita, dan dia akan dengan mudah merasa puas. Pria seharusnya tidak merasa puas, dan selalu merasa tidak puas walaupun berada dipuncak tertinggi dari keberhasilan. Tetapi mereka harus serakah seperti serigala. Ketika dia telah memperoleh 100.000, dia harus memiliki keinginan untuk menghasilkan satu juta, dan ketika dia telah menghasilkan satu juta, dia harus ingin menghasilkan 10 juta. Apakah kamu mengerti? ”ucapnya menceramahi ibu.
“Baiklah...baiklah...Aku salah dan kau benar. Semua yang kau bilang barusan benar-benar tepat. Dan aku hanya wanita yang berpandangan pendek. “Ibu berkata dengan ketus, tidak ingin berdebat lagi.
Merasa sedikit canggung, Reza dengan senyum canggung miliknya berkata, “Ayah, aku masih harus belajar buat memasuki semester dua nanti. Ayah dan ibu juga harus jaga kesehatan dan jangan pernah sakit. Aku titip salam pada kakek dan nenek yah...nanti aku telpon kembali."
Dia selesai berbicara dan dengan cepat menutup telepon, dia tidak ingin mendengarkan omelan ayahnya. Ayahnya yang dalam kondisi normal ataupun tegas lebih ia sukai daripada ayahnya yang sedang marah. Itu semua terjadi karena ayahnya akan menceramahinya selama berjam-jam.
Reza berbaring diatas sofa panjang dan menghela napas panjang. Menelepon rumah selalu membuatnya gentar. Dia tidak ingat mendapatkan pujian yang layak dari ayahnya saat tumbuh dewasa. Seperti saat dia berada di antara kuota siswa dengan hasil tertinggi kedua dalam ujian masuk perguruan tinggi. Dan apa reaksi Ayah? “Jangan terlalu mementingkan diri sendiri. Prestasi itu bukan apa-apa. ”
***
Keesokan harinya, Dengan berpakaian seperti seorang Prem---Oh tidak, harus dikatakan bahwa dia berpakaian rapi dengan pakaian sekolahnya yang akhirnya bisa ia pakai lagi. dan terlihat energik. Dia menggendong tas hitamnya di belakang pundaknya dan naik kereta bawah tanah ke Sekolah elit Elyon International School.
Sebenarnya ia bisa saja berjalan ke sekolahnya dengan berjalan kaki karena memang sudah terbiasa berjalan jauh sejak kecil. Namun, dihari ini ia lebih memilih untuk menaiki kereta sebagai simbol kebebasan dirinya dari jeratan yang bernama sekolah. Kini ia tidak perlu ikut ekstrakurikuler atau kompetisi apapun lagi. Ia juga tidak perlu berambisi menjadi murid pintar demi menjamin masa depannya, Karena mulai sekarang, dan mulai detik ini, ia datang bukan sebagai murid yang mendapatkan beasiswa, maupun murid miskin. Ia datang sebagai murid spesial bernama Reza.
Karena dia dipercayakan dengan suatu tugas, dia berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk melakukannya dengan kemampuan terbaiknya. Terlebih lagi, dia dibayar mahal untuk jasanya dan sangat antusias dengan misi ini.
Tentu saja, Pak. Leonardo Tanaka juga menjelaskan bahwa selain dia, ada beberapa pengawal profesional lainnya di kampus yang diam-diam melindungi Hitami tanaka. Mengatur dia untuk pergi ke sekolah hanyalah lapisan keamanan tambahan untuk Hitami Tanaka.
Kereta bawah tanah meluncur dengan kecepatan stabil, membawa Reza dan beberapa penumpang lainnya ke tujuan mereka. Reza, yang seorang diri duduk di pojok kereta, memandang keluar jendela dengan mata yang kosong, menunggu kereta berhenti di depan sekolahnya
GRITTT!!!
Kereta berhenti disebuah stasiun, dan beberapa orang mulai keluar dari kereta dan bertukar dengan orang-orang yang mau pergi ke stasiun berikutnya.
Satu menit setelah kereta berjalan keluar dari stasiun, Tiba-tiba, Suara riuh datang dari gerbong sebelah, dan tak lama kemudian seorang pria dewasa yang memakai kaos oblong dan bercelana loreng seperti seorang tentara dengan wajah kasar dan tato di tangannya masuk ke dalam gerbong tempat Reza berada. bukan sendiri namun beramai-ramai dengan sekitar lima belas orang dibelakangnya dan masing-masing dari mereka memakai seragam tentara dengan sebuah pistol ditangannya.
AAAAA!!!!!
Para penumpang dengan panik berlari ke arah gerbong sebelah saat melihat senjata yang ditodong para tentara itu.
Pria berbadan besar yang pertama kali masuk ke gerbang ini dengan tatapan tajam melihat ke kiri dan ke kanan, seperti sedang mencari sesuatu, hingga akhirnya tatapannya berhenti pada seorang pria remaja yang melihatnya dengan acuh tak acuh dan tidak lari seperti orang-orang lainnya.
Ia memandang Reza dengan mata yang sinis, lalu mendekatinya.
"Halo baj***an, apa kau tahu siapa aku," kata pria itu dengan suara yang kasar. "Apa kau pikir kau bisa duduk tenang ditempat ini tanpa ada beban satupun?"
Reza hanya tersenyum tipis melihat tingkah preman itu, sembari duduk ditempatnya dengan tenang. Hingga akhirnya sepatah kata terlontar dari mulut Reza. "Apa aku pernah bertemu denganmu? Maaf, aku tidak ingat pernah memberi makan seekor anjing sepertimu, jadi tolong jangan menggonggong yah" ucapnya.
Reza tidak pernah berniat membuat keributan didalam kereta itu, selain itu, ia juga tidak tahu alasan para preman itu mengerumuninya.
Pria itu tertawa dan mendekati Reza. "Aku suka dengan keberanianmu bocah, tapi apa kau pikir kau bisa melawan aku?" katanya. "Aku tidak selemah kakakku, Keryhan. Aku akan menunjukkan kepadamu siapa yang boss di sini."
Reza akhirnya tahu apa masalah sebenarnya yang terjadi disini. Keryhan adalah kakak dari preman dihadapannya ini. Dan kedatangannya ke hadapannya Reza sudah pasti untuk membalas dendam.
"Benarkah!? aku pikir kalian sama saja, sama-sama lemah" ejek Reza.
DLEK!!
Pria berwajah ganas dan para pasukan yang berdiri dibelakang pria besar itu secara bersamaan mengarahkan tembakannya pada Reza setelah berbicara lancang pada pemimpinnya.
"Bahkan dalam kondisi seperti ini kau masih saja berlagak tenang. Aku jadi penasaran bagaimana ekspresimu di alam sana nanti saat aku membunuh dan memperkosa seluruh wanita di keluargamu, Hahahha!!!"
Mendengar perkataan Orang berbadan besar itu membuat Reza tidak bisa menahan diri lagi, matanya melotot dan urat-urat ditangannya menegang. Reza merasa adrenalinnya meningkat didalam jiwanya, dan ia siap untuk melawan. Ia bangun dari duduknya dan mengambil posisi bertahan, dengan kaki yang siap untuk bergerak. Pria itu mengalihkan pistolnya ke tangan kirinya dan dengan tangan kanannya yang kekar, ia meninju tepat ke arah tengah wajah Reza dengan tinju yang kuat, tapi Reza bisa membaca serangannya dan berhasil mengelak lalu membalas dengan tendangan yang kuat.
"Akhhhhh!!!!!"Pria itu berteriak dan meringis saat terlempar ke belakang.
"Apa La--Lagi yang kalian tunggu...bunuh dia... Tembak!!!"
DOR!!! DOR!!! DOR!!!
Serangan dari tembakan para tentara itu menghasilkan lubang, namun bukan ditubuh Reza, melainkan di kaca jendela kereta itu.
Sementara Reza hanya mencoba menghindari serangan itu, bukan karena takut dengan pelurunya, melainkan dia hanya tidak mau menjadi penanggung jawab dari kerusakan yang ada di kereta api itu, karena itulah ia memilih untuk melumpuhkan mereka secara langsung saja.
Bam!!!
Reza memukul tengkuk seorang tentara hingga terbang mundur kebelakang.
Beberapa tentara yang mengerti kalau pistol tidaka akan bisa menghentikannya dengan cerdik menyimpan pistolnya dan menyerang menggunakan tangan kosong saja.
Para tentara itu dengan buku-buku jarinya menyerang tepat di wajah Reza. Namun Reza tidak menghindar, dia diam ditempat dan menerima semua serangan mereka.
"Apa ini!"
"Aduh! Tubuh anak ini sangat keras!'
"Jariku sakit!"
Rintihan para tentara itu sangat keras. Reza dengan tepat sasaran menendang titik vital mereka semua yang membuat mereka pingsan.
Pertarungan itu disaksikan dengan para penumpang dari gerbong lain yang terkejut. tapi Reza tidak peduli. Ia hanya ingin melindungi dirinya dan menunjukkan bahwa ia tidak bisa diintimidasi.
Reza menatap pria berbadan besar yang berbaring dihadapannya dan lalu melompat keatas tubuhnya. Ia menyerang pria itu dengan tinju yang kuat dan berhasil membuat pria itu kehilangan kesadarannya.
Kereta berhenti di depan sekolah, dan Reza keluar dari kereta dengan napas yang berat. Ia merasa lega dan bangga dengan dirinya sendiri karena telah melawan dan melindungi dirinya. Walaupun pertarungan dimalam sebelumnya lebih ekstrem, tetap saja pertarungan di kereta tadi sangat bermakna baginya karena akhirnya ia bisa melindungi keluarganya.
Reza berjalan keluar dari stasiun, merasa lebih percaya diri dan siap untuk menghadapi tantangan lainnya. Ia tahu bahwa kehidupan ini penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, tapi ia siap untuk melawan dan melindungi dirinya sendiri.
Dan setelah semua perkelahian itu, dengan tenang ia berjalan keluar dari area stasiun itu dan akhirnya, dia naik taksi selama lima belas menit lagi sebelum akhirnya tiba di gerbang sekolah lamanya.
Sebagai akademi kelas dunia, bahkan gerbang depan sekolah memberikan suasana keagungan. Berdiri di bawah mereka membuat orang merasa sangat kecil. Dan disaat itu juga kenangan buruk dari beberapa hari yang lalu muncul di kepala Reza saat ia menghajar seorang predator se*.
Reza mengeluarkan ponselnya dan memutar nomor seorang guru tata usaha yang diberikan Leonardo Tanaka padanya.
Tidak lama kemudian, seorang wanita berkacamata untuk pengidap rabun dan yang terlihat sangat familiar keluar. Dia mengenakan gaun off-shoulder pendek berwarna merah muda, Ikat pinggang berwarna hitam diikat di pinggang mungilnya yang sentimental dan imut. Lapisan renda menghiasi gaun indah itu, melengkapi rambut bergelombang yang menutupi bahunya dengan anggun.
Wajahnya terlihat mediocare. Wajahnya selalu bersih dimanapun ia berada, dan ditambah lagi, kacamata bening yang sering dipakainya menambah tingkat kecantikannya menjadi lebih tinggi. Selain itu, fitur wajahnya cukup proporsional dan cantik dan dandanannya juga selalu saja terlihat sempurna.
“Reza? Apa itu kau?” Wanita itu mendekati Reza dan bertanya dengan suara keras yang mengandung ekspresi terkejut.
Reza hanya mengangguk dan tertawa, “Haha, iya bu, ”
“Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, nak. Atasanku berkata akan ada murid baru, sepertinya mereka tidak tahu siapa orang yang mengharumkan nama sekolah ini di kancah nasional" ucap guru itu dengan senyum penuh haru pada Reza yang pernah ia didik
"Halo, Guru Kafirah! lama tidak bertemu, aku sekarang bukan anak bawang lagi, mulai sekarang aku akan bersekolah normal seperti teman-teman yang lain saja" Reza tersenyum sopan.
Seorang guru tata usaha tidak dianggap sebagai guru pada umumnya yang bertugas mengajar para siswa, dia hanya bisa dianggap sebagai seseorang yang mengurus administrasi siswa. Ketika Reza dengan senyum hangatnya memanggilnya dengan panggilan “Guru" setelah sekian lama, senyum Guru Kafirah langsung cerah, dan tanpa basa-basi dia juga menjadi lebih antusias dengan menarik tangan Reza untuk masuk kedalam sekolah. “Ayo pergi . Aku akan mengantarmu sehingga kamu bisa bertemu dengan teman-teman lamamu. Sudah setengah jam sejak mereka, para murid beristirahat. jadi kemungkinan mereka semua sudah berada dikelas masing-masing.
“Terima kasih atas bantuan ibu!” Reza tersenyum ringan pada guru itu.
Dia mengikuti guru Kafirah saat mereka berjalan di jalan utama yang panjang. Mereka melewati danau buatan yang indah sebelum melewati bebatuan dan akhirnya sebuah blok pengajaran. Kebetulan bel berbunyi, menandakan akhir kelas. Para siswa yang penuh dengan energi dan vitalitas berjalan masuk kedalam kelas dalam bentuk berkelompok. Seluruh kelas-kelas yang ada digedung menjadi berisik.
“Tunggu disini, aku tidak lama. Kamu bisa masuk saat aku memanggilmu! “
Guru Nafira memberitahu kepada Reza dan kemudian memasuki ruang kelas di depan mereka.
Dia bertepuk tangan beberapa kaliuntuk memberi isyarat kepada siswa kelas 12-A kala itu yang bersiap untuk mulai belajar tetapi tak jadi akhirnya karena seorang guru yang menyuruhnya untuk duduk lagi, “Buat para siswa dan juga siswi, jangan pergi dulu. Ibu akan memperkenalkan teman sekelas baru kalian. ”
"Benarkah!? Apakah dia salah seorang artis" tanya salah seorang murid dengan bersemangat diikuti dengan teman-temannya yang juga penasaran.
"Tidak, dia hanya seorang murid biasa" jawabnya dan seketika wajah mereka menyusut.
“Teman sekelas baru? bu guru, apakah Anda yakin berbicara dengan benar? Ini adalah sekolah elit, bukan sekolah menengah biasa. Bagaimana bisa seorang siswa pindahan datang di pertengahan semester, bukankah kita mempunyai aturan nilai? ”
Murid itu menjadi berpaling dari yang tadinya penasaran menjadi kecewa ketika mengetahui status murid itu.
“Apa yang sebenarnya kalian pelajari selama ini" Ucap guru kafirah sembari memijat kepalanya yang pusing mendengar keluhan murid itu", kamu tidak mengerti. Memang benar Jika nilai mata pelajaran seseorang di tahun sebelumnya sangat kurang, seorang siswa harus mengulang satu tahun. Ini tidak hanya mencakup siswa pindahan yang kamu sebutkan. ”jelas Kafirah mengkonfirmasi pernyataan murid itu. “Namun, ada juga situasi lain di mana ini berlaku: mereka yang sedari awal sudah mempunyai catatan trade record yang tinggi!”
“Baiklah. Dari pada banyak berbicara Lebih baik membiarkan siswa itu memperkenalkan dirinya sendiri. ”
Setelah berbicara, dia menatap Reza, yang berada di luar pintu kelas.
Setelah mendapatkan sinyal, Reza menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk. Ketika dia berdiri di depan kelas dan melihat ke depan, dia tertegun. Sekolah ini di bagi menjadi lima ruangan di setiap kelasnya karena banyaknya jumlah siswa, karena itulah kelas dibagi dari urutan A hingga E. Dengan sistem seperti itu membuat seseorang yang sudah berteman baik bisa menjadi hancur karena pemilihan kelas yang diundi secara acak. Namun disini ada yang aneh, Reza melihat sebuah kelompok yang sama sekali tidak terpecah belah, mereka adalah kelompok Grup idol Kanashi Tamashi. Saijo Narumi yang duduk di bangku barisan ke tiga berjejeran dengan teman-temanya yang lain di sisi kiri terlihat sangat terharu menatap Reza yang sedang berdiri sekarang. Dan itu membuat Reza bertambah malu lagi.
Ada satu hal lagi yang lebih membuatnya kaget, pria gendut dengan kepala seperti jamur menyapanya dari bangku paling belakang di sebelah kiri salah satu temannya, Aikalin berdiri dari duduknya dan menyapa Reza dengan mengayunkan tangannya seperti orang bodoh yang membuat Reza memalingkan wajahnya dan berpura-pura tidak mengenalinya.
Beberapa murid yang lain juga terkejut karena penampilan Reza sekarang sedikit berbeda dari yang dlu, Rambutnya yang telah dicukur sehingga tidak menutup setengah wajahnya lagi, badannya yang menjadi lebih berotot setelah mendapatkan berkah dari system, kulitnya yang menjadi lebih bersih, dan yang terakhir, penampilan Reza sekarang lebih menarik.