Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Bude merasa tidak puas karna ia tidak bisa merayu Mia untuk mengusir Ira secepatnya dari sana. Entah dendam apa yang ia punya sehingga begitu bencinya terhadap Ira.
"Gimana kalu aku telpon aja abang - abang Mia, biasanya mereka mendapatkan omongan aku." ide gila kembali muncul di kepalanya. Tanganya dengan lincah mencari kontak keponakan lelakinya dan langsung menghubunginya.
Dering pertama tidak ada yang angkat, bude kesal karan telponnya ga di angkat. Ia terus menelpon hingga sering ke lima batu telponnya di angkat.
"Assalamualaikum, bude?"
"Waalaikumsalam, kamu sibuk ga Fan?" tanya Bude saat sambungan telpon tersambung.
"Ga sih bude, ada apa, bude?" tanya Fandi. Bud2 muali bercerita tentang rencananya Mia pada Fandi. Bude berpikir karna Fandi anak tertua tentu kalau bisa di pengaruhi bude maka rencananya pasti berjalan lancar.
"Maaf bude kalau untuk itu saya juga kurang setuju bude. Rumah itu sudah teruntuk buat Ira, sedangkan Mia juga sudah di beri sawah. Saya selaku yang tertua harus menjalankan amanat dari ibu kami." jawaban Fandi membuat bude kecewa, padahal ia yakin Fandi akan mendengar perkataannya.
"Bukan begitu Fan, sayang kalau rumah itu di biarkan jelek kaya gitu. Mumpung Mia lagi ada rezeki ga ada salahnya ia bangun." Bude masih berusaha merayu Fandi agar mengabulkan permintaannya.
"Se bagian kan sudah di bangun Ira bude, cuma bagian depan aja belum kok, biarkan saja. Kalau mereka ada rezeki pasti juga bakal di perbaiki semuanya."
Karan merasa tidak mendapat dukungan bude memutuskan komunikasi secara sepihak. Fandi terkejut karna tidak biasanya budenya ngotot kaya gini.
"Ada apa sebenarnya ini, kenapa bude sepertinya ngotot banget ya. Apa sebaiknya aku telpon Ira saja ya." Fandi mencari kontak adik bungsunya itu dan langsung menghubunginya.
"Assalamualaikum, dek. Apa kabar?"
"Waalaikumsalam, alhamdulillah mas sehat. Mas apa kabar?" jawab Ira lembut sepeti biasanya.
"Alhamdulillah, gimana suami kamu dan anak - anak?" tanya Fandi.
"Mas Haris masih narik ma, anak - anak lagi ngaji bang. "
"Mas mau tanya sesuatu boleh, kamu harus jawab yang jujur."
"Mau tanya apa, mas?"
"Apa betul Mia mau merenov rumah yang kamu tempati?"
"Mas dapat info dari mana?" Ira memastikan siapa gerangan yang memberitahu Fandi.
"Tadi bude telpon mas, makanya mas langsung hubungi kamu untuk konfirmasi."
"Betul mas, kak Mia ngotot menyuruh kami dalam waktu satu minggu kedepan harus mengosongkan rumah ini. Mas Kan tau kondisi rumah seperti apa, hanya bagian depannya saja yang belum di renov. Kak Mia hubungi mas juga ya?" tanya Ira.
"Ga, Mia sama sekali ga telpon mas. Udah kamu tenang aja tingal disana. Mas akan menelpon Mia dan memarahinya. Salam buat suami dan anak - anak ya. Mas matiin dulu ya, nanti mas hubungi lagi."
"Baik, mas. Makasih." komunikasi terputus. Ira merasa lega mengetahui bahwa Fandi memihak pada dirinya dan menentang keinginan Mia. Tadinya ia takut Fandi akan berpihak pada Mia dan Bude dan mengusir dirinya. Jika ia di usir dari rumah ini, ia tidak tau mesti pergi kemana. Hanya rumah ini satu - satunya tempat ia berteduh dan keluarganya.
...****************...
Assalamualaikum kk, di bantu like dan komennya kk dan vote yang banyak ya Biar thor makin semangat melanjutkan bab berikutnya😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik