Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 : Kebenaran pahit
Liana berjalan cepat menuju luar gedung hotel yang langsung dikejar oleh teman-temannya. Namun Liana tetap tidak peduli sekalipun namanya terus dipanggil berulang-ulang dan mereka jadi perhatian orang sekitar.
"An, tunggu!" Arum adalah orang yang berteriak paling keras sementara dua lainnya mencoba mengejar dengan cepat agar tidak kehilangan jejak Liana.
Liana sudah berdiri di depan gedung hotel dan menunggu jemputannya yang baru saja ia pesan beberapa menit lalu lewat aplikasi.
"Na, bisa gak sih kita bicara baik-baik?" Sasya mencoba untuk memegang tangan Liana. Tapi langsung ditepis.
"Baik-baik? Kalian bertiga sekongkol bohongin aku!" Wanita itu berteriak keras dan menampakkan ekspresi marah.
"Na, sabar, kita lakuin ini demi kebaikan kamu," ujar Vania.
Saat itu mobil yang dipesan Liana sudah datang dan berhenti tepat di depan hotel.
"Mbak Liana??" Ujar si supir saat melihat Liana.
"Iya Pak," jawab Liana mengangguk.
"Sini kopernya saya taruh belakang!" Sang supir turun dari kemudi dan mengambil koper tersebut. Ia lekas menaikkan koper itu ke dalam bagasi mobil.
Sementara Liana langsung membuka pintu mobil depan, ia naik dan masuk ke dalamnya.
Supir itu kemudian menutup bagasi, berlari kecil menuju kursi kemudi dan segera masuk ke dalam.
"Ayo berangkat, Pak!" Kata Liana dengan sedikit tak sabar. Wajahnya tampak kecewa dan kesal. Ia bahkan tidak mau menoleh ke samping melihat ke arah teman-temannya.
Tak lama mobil yang ditumpangi oleh Liana pun melaju dari area hotel tersebut. Membiarkan ketiga wanita di sana terbengong.
"Kacau deh kalau kayak gini," ujar Arum yang menatap kepergian mobil itu dari belakang.
"Kasih tau Yudis dulu gak, sih?" Ucap Sasya yang berinisiatif untuk memberitahukan persoalan ini kepada Yudis.
"Coba deh, lu hubungi Yudis," ujar Arum yang kayaknya sih udah pusing memikirkan masalah ini.
Sementara itu di dalam mobil Liana menangis tak terbendung. Sama sekali gak kepikiran dalam pikirannya kalau ketiga orang teman yang dia percayai juga ikut dalam sandiwaranya Yudis dan Tiara. Secara gak langsung mereka seolah lebih memilih untuk melindungi Tiara dibanding membuka kebenaran untuk dirinya.
"Kita sudah sampai Mbak," ucap sang supir yang berhenti di depan area bandara Gusti Ngurah Rai.
"Oh ya, ini ongkosnya...." Liana segera memberikan uang kepada si pengemudi sesuai dengan aplikasi.
Sang supir kemudian turun dari kemudi dan berjalan ke arah bagasi mobil untuk menurunkan koper milik Liana dari dalam. Sementara Liana sudah turun dari mobil.
"Ini Mbak, kopernya...," ucap lelaki itu sambil memberikan koper tersebut kepada Liana.
"Terimakasih, Pak," balas Liana dengan senyuman kecil dan kemudian ia berbalik, berjalan ke dalam bandara tersebut.
.
.
.
Di dalam Liana segera pergi ke loket pemesanan tiket dan menanyakan soal tiket untuk kembali ke Jakarta.
Dia beruntung karena tiket itu masih ada dengan keberangkatan pesawat sekitar satu jam lagi. Liana gak pakai pikir panjang langsung membeli tiket tersebut.
Wanita itu segera duduk di bangku dan membuka ponsel untuk menghabiskan waktu sampai pesawatnya datang.
Di lain sisi, Sasya yang mencoba untuk menghubungi Yudis atau pun Tiara sama sekali tidak bisa terhubung. Nomor telepon keduanya sama-sekali tidak bisa mereka jangkau.
"Aneh bener, dari tadi gak direspon loh!" Ujar Sasya dengan perasaan kesal.
"Lagi sibuk kali!" Sambar Vania cepat.
"Sibuk ngapain? Sibuk bikin orang repot?" Sembur Sasya meluapkan emosinya yang bercampur aduk dengan cemas.
"Terus ini enaknya gimana?" Tanya Arum kepada kedua temannya.
"Gue sih, udah nyerah yah sama urusan mereka." Vania mengangkat kedua tangannya.
"Kok, lu gitu?" Sasya protes dengan jawabannya Vania yang terkesan udah gak mau ikut campur lagi.
"Gue capek ngurusin masalah Liana, Yudis sama Tiara. Itu urusan mereka loh, harusnya Yudis jujur dari awal dan soal Liana..., dia harus bisa terima kenyataan, mau nanti dia marah atau gimana ya itu resiko mereka lah! Mau sampai kapan ditutupi?"
Sasya dan Arum pun terdiam setelah mendengar ucapan Vania. Semua yang dikatakannya memang benar. Semua masalah ini terjadi karena ketidakjujuran dari Yudis serta Tiara yang terus menutupi kebohongan dan melibatkan banyak orang.
"Gue masih mau di Bali, sayang banget duit tiket gue," ujar Vania kemudian, "kalau kalian mau ngejar Liana balik ke Jakarta silahkan, tapi gue udah gak mau ikutan lagi." Setelah itu Vania pun berjalan masuk kembali ke dalam bangunan hotel.
Sasya menghela napas setelah melihat Vania sudah berjalan masuk duluan. Ia pun menoleh ke arah samping dan melihat Arum yang kelihatannya ragu.
"Gimana, Rum?" Tanya Sasya kemudian.
"Lu sendiri gimana?" Balas Arum yang lebih ingin mendengar pendapat Sasya.
"Ya, gue sih kayaknya bakal ikut Vania..., jujur gue juga capek ngurusin masalah yang bukan jadi urusan gue, ditambah harus bohong..., gue mending ikut liburan di sini deh," jawab Sasya mengutarakan pendapatnya. "Tapi terserah elu aja, Rum. Gue ke dalem duluan ya...."
Akhirnya Sasya pun masuk ke dalam bangunan hotel menyusul Vania. Tersisa Arum yang masih berpikir. Dia gak tahu harus tetap tinggal di Bali bersama kedua temannya, atau memilih untuk balik ke Jakarta.
Wanita itu akhirnya menghela napas panjang kemudian berjalan masuk mengikuti kedua temannya tadi.
.
.
Kembali ke Liana yang duduk di bangku sambil membuka media sosial. Dia melihat akun milik Yudis yang ternyata dia berani memamerkan undangan itu pada postingan publik.
Surat undangan hijau dengan renda dan tali emas itu seakan menjadi simbol kebahagiaan bagi Yudis dan Tiara sekaligus simbol keterpurukan Liana.
Hal yang lebih ironis lagi adalah, semua orang, kerabat, kenalan, pekerja di kantor bahkan sampai beberapa keluarga Yudis dan Tiara sendiri mengucapkan selamat.
Hati Liana menjadi semakin panas saja melihat hal itu. Dia gak habis pikir apa yang ada di dalam otak orang-orang itu. Mereka mendukung perselingkuhan? Padahal di sini ada Liana, istri sah dari Yudis yang terluka dan lebih membutuhkan dukungan moral.
"Kamu hebat banget, Ra...," ucap Liana sambil melihat ke arah foto Tiara. "Kamu bisa bikin mereka semua mendukung kamu, tapi liat aja, aku bakal buka topeng kamu di hadapan semua orang!"
Liana menutup media sosial yang dilihatnya karena sudah terlalu geram. Dalam hati dia berjanji bakal mempermalukan Tiara di depan orang-orang. Dia ingin mereka tahu siapa Tiara yang sebenarnya dan apa yang telah dia lakukan pada rumah tangga sahabatnya sendiri.
Sementara itu Tiara dan Yudis terlihat sedang melakukan pemotretan di sebuah studio besar dengan konsep malaikat. Tiara tampil cantik dengan balutan gaun putih ala Romawi, begitu pun Yudis. Mereka berpelukan mesra dan tersenyum bahagia di depan kamera dan semua orang. Sesekali Yudis mengusap perut wanita itu dengan tatapan penuh kasih.
Lalu apakah kebahagiaan mereka dapat bertahan lama sementara ada pihak lain yang tersakiti? Apa yang akan dilakukan oleh Liana setelah kembali ke Jakarta?
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...