Sinopsis Singkat "Cinta yang Terlambat"
Maya, seorang wanita karier dari masa depan, terbangun di tubuh Riani, seorang wanita yang dijodohkan dengan Dimas, pria dingin dari tahun 1970-an. Dengan pengetahuan modern yang dimilikinya, Maya berusaha mengubah hidupnya dan memperbaiki pernikahan yang penuh tekanan ini. Sementara itu, Dimas yang awalnya menolak perubahan, perlahan mulai tertarik pada keberanian dan kecerdasan Maya. Namun, mereka harus menghadapi konflik keluarga dan perbedaan budaya yang menguji hubungan mereka. Dalam perjalanan ini, Maya harus memilih antara kembali ke dunianya atau membangun masa depan bersama Dimas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon carat18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 – Langkah Kecil, Harapan Besar
selamat membaca guys ❤️ 🐸 ❤️ ❤️ ❤️
*****
Udara pagi masih terasa dingin ketika Riani bangun. Hawa sejuk menusuk kulit nya, tapi hati nya justru di penuhi kehangatan oleh semangat yang membara. Setelah keberhasilan nya menjual habis roti kukus kemarin, ia merasa seperti menemukan jalan baru.
Aku bisa menghasilkan uang sendiri. Aku tidak perlu terus bergantung pada Dimas atau keluarga ini.
Dengan hati penuh tekad, Riani bangkit dari tikar tempat tidur nya, lalu merapikan rambut yang masih berantakan. Hari ini, ia ingin membuat lebih banyak roti kukus dan menjual nya di pasar.
Saat melangkah keluar kamar, ia melihat Dimas sudah duduk di beranda, menyeruput kopi hitam. Mata pria itu langsung tertuju pada nya, seakan menilai sesuatu yang berbeda dari Riani.
“Kau sudah bangun pagi-pagi sekali lagi,” komentar Dimas, suara nya terdengar setengah mengantuk.
Riani tersenyum kecil. “Aku harus menyiapkan dagangan ku.”
Dimas menatap nya beberapa detik sebelum kembali fokus pada kopi nya. “Jangan terlalu berharap banyak,” gumam nya pelan.
Riani menghela napas, menahan diri untuk tidak membalas perkataan itu. Aku tidak butuh pengakuan dari nya sekarang. Aku hanya butuh bukti bahwa aku bisa melakukan nya.
Tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah menuju dapur, tempat Bu Lastri sudah sibuk menyiapkan sarapan. Wanita paruh baya itu menoleh ketika melihat Riani masuk.
“Kau mau membuat roti lagi?” tanya nya.
Riani mengangguk. “Kemarin laku semua, Bu. Hari ini aku ingin membuat lebih banyak.”
Bu Lastri mengamati Riani sejenak, lalu menghela napas panjang. “Baiklah, tapi jangan sampai mengganggu pekerjaan lain. Ingat, kau tetap harus membantu urusan rumah.”
“Aku mengerti bu,” jawab Riani.
Dengan cekatan, ia mulai menguleni adonan. Tangan nya kini lebih terbiasa, lebih lincah di banding kan kemarin. Ia membentuk bulatan-bulatan roti dengan ukuran lebih besar, lalu membungkus nya dengan daun pisang sebelum memasukkan nya ke dalam kukusan.
Saat uap panas mulai memenuhi dapur, aroma harum kelapa dan gula merah kembali menyeruak. Hati nya di penuhi rasa bangga. Aku mulai terbiasa dengan ini.
Ketika roti-roti nya mulai matang, Riani mencicipi satu. Rasa nya lebih enak di banding kemarin—tekstur nya lebih lembut dan manis nya lebih pas.
Ia menatap kukusan yang masih mengepul dan tersenyum. Aku akan menjual semua nya hari ini.
Saat matahari mulai naik, Riani melangkah menuju pasar dengan keranjang berisi roti kukus. Kali ini, ia lebih percaya diri. Ia sudah merasakan bagaimana respon para pembeli kemarin, dan itu memberi nya harapan besar.
Di sepanjang jalan, beberapa orang menatap nya dengan rasa penasaran. Riani menyadari bahwa nama nya mulai di kenal di desa ini, terutama setelah ia mulai berjualan di pasar.
Saat tiba di pasar, ia langsung mencari tempat kosong dan mulai menawarkan dagangan nya.
Tak butuh waktu lama, seorang ibu-ibu yang kemarin membeli roti nya datang menghampiri. “Nak, kau membawa roti lagi?” tanya nya dengan antusias.
Riani mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Bu. Hari ini lebih banyak.”
Ibu itu langsung membeli tiga potong. Lalu datang lagi seorang lelaki tua yang membawa cucu nya. “Cucu ku suka sekali roti mu. Beri aku lima potong.”
Riani hampir tidak percaya. Dalam waktu singkat, jualan nya kembali laris.
Tak jauh dari sana, seorang perempuan yang lebih muda—sekitar sebaya dengan Riani—mengamati dengan tatapan tidak suka. Itu Sari, salah satu pedagang kue tradisional di pasar.
Ia melangkah mendekati Riani, menyilangkan tangan di depan dada. “Kau menjual apa?” tanya nya dengan nada kurang ramah.
“Roti kukus,” jawab Riani tetap sopan.
Sari mengambil satu dan menggigit nya. Ia mengunyah pelan, lalu mencibir. “Tekstur nya terlalu kenyal. Orang-orang di sini lebih suka yang lembut.”
Riani hanya tersenyum tipis. “Tapi bukti nya, mereka suka.”
Sari mendengus dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Riani tahu, usaha nya mungkin akan menimbulkan iri dari beberapa orang. Tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin membuktikan bahwa ia bisa mandiri.
Saat hari menjelang siang, roti nya kembali habis terjual. Riani menghela napas panjang, merasa puas. Ini baru permulaan, tapi ia sudah merasa jauh lebih baik dibanding hari pertama.
Ia pulang dengan langkah ringan, siap untuk terus berjuang.
Saat Riani tiba di rumah, Dimas sedang duduk di halaman rumah, kali ini dengan selembar koran di tangan nya. Ia melirik sekilas ke arah Riani, lalu kembali membaca tanpa berkata apa-apa.
Namun, saat Riani hendak masuk ke rumah, Dimas akhir nya bersuara.
“Bagaimana jualan mu hari ini?” tanya nya tanpa menoleh.
Riani tersenyum kecil. “Habis terjual.”
Dimas tidak langsung bereaksi, tapi ada sedikit ketertarikan di mata nya. “Kau benar-benar serius dengan ini?”
“Tentu saja,” jawab Riani mantap.
“Aku ingin punya usaha sendiri.”
Dimas terdiam beberapa saat sebelum akhir nya berkata, “Jangan sampai terlalu lelah.”
Meskipun itu hanya kalimat singkat, Riani bisa merasakan bahwa itu adalah bentuk perhatian kecil dari Dimas.
Ia mengangguk. “Aku akan mengatur semua nya.”
Tanpa berkata apa-apa lagi, Riani masuk ke dalam rumah.
Hari ini, ia kembali membuktikan bahwa diri nya bisa lebih dari sekadar ‘istri dari Dimas.’ Ia punya impian, dan ia akan terus berjuang untuk mewujudkan nya.
ini fotonya
Hari ini adalah langkah kecil. Tapi suatu hari nanti, aku akan membuat sesuatu yang lebih besar.
*****
Terima kasih sudah membaca guys ❤️🐸❤️❤️❤️❤️