NovelToon NovelToon
Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:712
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Dari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang memberikan kepercayaan diri untuknya.

Sedangkan Ratu, Ia sosok perempuan sempurna. Ratu terkenal tak mau berkomitmen dan berpacaran, Ia seorang pemain ulung. Hidup Ratu berubah saat Ia dan Syailendra satu team mewakili olimpiade kimia dari sekolahnya. Mereka tak pernah sekelas, dan Ratu bahkan baru mengenalnya. Tapi sosoknya yang misterius merubahnya, Ratu merasakan sesuatu yang berbeda dengan pria itu, membuatnya merasa hangat dan tak mau lepas darinya.

Namun dunia tak mendukung mereka dan mereka harus berpisah, mereka lalu bertemu sepuluh tahun kemudian. Apakah kisah kasih mereka akan tersambung kembali? Atau malah akan semakin asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 - Saat Papa Melihat

Siang harinya mereka berencana untuk pergi ke lokasi ujian olimpiade besok. Yaitu di Jakarta International Expo (JI Expo) Kemayoran. Perjalanan dari hotel sampai ke sana sekitar 1 jam.

"Semua barang yang dibutuhkan sudah di bawa, 'kan? Terus kunci hotelnya jangan sampai hilang karena kalau hilang nanti kita disuruh untuk mengganti," peringat Bu Susan.

Heri yang mendengar itu langsung saja memberikan kunci hotel ke Syailendra. "Ini lo aja yang pegang. Jadi gue nggak ada beban. Kan yang mau gue jaga itu cuma Sasa tersayang gue."

Syailendra yang mendengar itu hanya bisa mendenguskan napas menahan kesal melihat gelagat cowok bucin satu itu. Syailendra sudah paham duo sejoli itu pasti selalu mencari waktu untuk berdua-duaan di mana pun mereka berada. Sefokus apa pun Heri dan Sasa, tetap saja berdua-duaan itu menjadi prioritas mereka. Menyebalkan!

Mereka akhirnya masuk ke dalam bis menuju lokasi olimpiade. Di perjalanan Syailendra memakai earphone untuk bisa menikmati musik yang dia dengarkan sambil melihat keluar jendela. Perjalanan ke lokasi ini begitu lama karena terjebak macet. Apa-apa macet. Mana udaranya panas. Baru sehari ia di sini sudah tidak betah saja. Ya meski pun ada hal lain yang membuatnya terhibur, yaitu pemandangan gedung tinggi dan juga patung pancoran.

Keresahan Syailendra akhirnya terobati begitu sampai di lokasi. Ia tak henti mengulur senyum bangga.

Dari sekian puluh peserta se-Indonesia, aku salah satu dari orang-orang hebat itu. Andai aja Papa sama Mama seperti orang tua temanku yang lain. Pasti mereka akan melihat aku lomba besok, batin Syailendra sedih.

Setelah Bu Susan memperlihatkan kepada security sebuah surat yang menunjukkan bahwa mereka peserta lomba, akhirnya mereka bisa masuk ke dalam.

Syailendra takjub dengan gedung itu. Ah, for you information, olimpiade nasional ini diadakan dalam bentuk babak rebutan soal. Sistemnya dibuat sama seperti cerdas cermat. Jadi, mereka menjawab soal secara langsung dengan mengandalkan juru bicara dari tiap-tiap tim. Dan di gedung inilah lomba tersebut diadakan. Ada 34 tim yang akan berlomba, mewakili provinsi masing-masing. Oleh karena itulah sistem lomba di buat ke dalam tiga babak. Penyisihan, semi final dan final.

"Anak-anak, ayo. Teknikal meetingnya udah mulai."

"Iya, Bu."

Mereka akhirnya menuju ke bangku panjang berjejer yang ada di gedung tersebut. Duduk sesuai sekolah masing-masing. Syailendra tampak gugup di tengah keramaian seperti sekarang. Wajah mereka disorot oleh kamera, dan kabarnya akan ditayangkan di televisi nasional. Bersusah payah Syailendra menyembunyikan wajahnya, yang mana hal tersebut disadari oleh Ratu yang duduk di samping anak itu. Gadis itu seolah paham apa yang tengah Syailendra rasakan.

"Nggak usah takut, Syai. Ada aku," bisik Ratu sambil menggenggam jemari tirus nan panjang tersebut.

Kata-kata Ratu seolah mantra hipnotis yang menumbuhkan kepercayaan diri Syailendra. Cowok itu akhirnya mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Ratu sambil mengulum senyum tipis.

"Makasih, Ratu. Kamu memang paling bisa ngertiin aku."

Pukul 5 sore mereka tiba kembali di hotel. Seharian ini aktifitas mereka cukup melelahkan. Perlombaan pun dimulai besok. Jadi harus mempersiapkan stamina dan energi yang cukup untuk menghadapi lawan yang berat-berat.

"Nanti selesai makan malam kita ketemu di lobi lantai 5 ya. Kita sempatin latihan sebentar," ujar Ratu yang diangguki mereka semua.

Setibanya di lobi, Syailendra dikejutkan dengan sosok lelaki yang mengenakan jas hitam, tampak tengah mengobrol dengan tiga orang pria di sofa lobi. Detik itu juga jantung Syailendra kehilangan fungsinya.

Papa? Sedang apa Papa di sini?!

"Eh, lo tau nggak, itu om yang duduk di sofa sana pemilik hotel mewah ini. Dia pengusaha terkenal di kota Bandung," ujar Heri sambil menujuk ke ayah Syailendra.

Sementara itu, Bu Susan tampak menghampiri Gunawan di sana. Syailendra merasa kakinya gemetaran. Tanpa memedulikan Heri, ia langsung pergi meninggalkan lobi itu dengan tergesa sebelum sang ayah melihatnya. Satu harapan Syailendra. Semoga ... sang ayah tidak menyadari kehadirannya.

Tamat riwayatku kalau Papa tahu aku ada di sini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!