NovelToon NovelToon
Surga Yang Terenggut

Surga Yang Terenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Konflik etika / Pelakor / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rini Antika

Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.

Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.

"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"

Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 ( Surga Yang Terenggut )

Sinta saat ini sedang berada di sebuah klub malam bersama dengan Teman-temannya. Dia begitu bahagia setelah berkenalan dengan lelaki tampan yang mengaku sebagai Putra tunggal pemilik perusahaan Bagaskara Grup.

"Sinta, loe beruntung sekali punya gebetan Anak konglomerat," bisik salah satu Teman Sinta yang bernama Siska.

"Gue kan cantik, jadi wajar saja kalau Riko terpesona dengan kecantikan gue," ujar Sinta dengan angkuhnya.

Riko sebenarnya adalah salah satu Supir di keluarga Rendra, tapi dia sering memakai mobil mewah milik Rendra sehingga banyak perempuan yang mengira jika Riko adalah orang kaya.

Riko juga sengaja mengaku sebagai Anak dari pemilik perusahaan Bagaskara Grup supaya dia bisa mendapatkan Anak orang kaya seperti Sinta.

Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan Sinta. Setelah aku berhasil menikahinya, aku tidak harus bekerja menjadi Supir lagi, karena aku akan menjadi orang kaya, batin Riko dengan tersenyum licik.

Riko sengaja mengajak Sinta meminum minuman beralkohol, bahkan diam-diam dia mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman Sinta, karena dengan begitu Sinta pasti akan jatuh ke dalam pelukannya.

"Riko, aku sudah tidak kuat minum lagi," racau Sinta yang sudah mulai mabuk.

"Kalau begitu, sebaiknya aku antar kamu pulang saja," ujar Riko dengan tersenyum penuh arti.

Hampir semua Teman Sinta saat ini sudah dalam keadaan mabuk, jadi mereka tidak menghiraukan Sinta yang dibawa pergi oleh Riko.

Riko membopong tubuh Sinta menuju mobil. Sinta yang sudah setengah sadar pun hanya bisa pasrah pada saat Riko membawanya pergi ke salah satu Hotel yang tidak jauh dari klub malam.

"Kenapa tubuh ku panas sekali?" gumam Sinta pada saat Riko membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Kalau begitu aku akan membantu kamu melepas pakaian," ucap Riko dengan seringai licik.

Sinta yang sudah berada di bawah pengaruh obat perangsang tiba-tiba memeluk serta mencium bibir Riko dengan rakus.

"Riko, aku menginginkan mu," ucap Sinta dengan mata berkabut.

"Aku juga menginginkan mu sayang," ucap Riko dengan menggerayangi tubuh Sinta.

Keduanya saling meraba dan membelai, sampai akhirnya Riko menelusuri setiap jengkal tubuh Sinta.

"Malam ini kita akan bersenang-senang sayang," bisik Riko sebelum melancarkan aksinya.

......................

Dengan tubuh gemetar, Bu Meri mengambil bingkai foto Sinta yang sudah tergeletak di atas lantai.

"Awww," pekik Bu Meri saat tertusuk pecahan kaca.

"Semoga ini bukan pertanda buruk," gumam Bu Meri.

"Mama tidak kenapa-napa kan?" tanya Vania dengan membantu Bu Meri berdiri.

"Vania, sekarang juga kita harus mencari Sinta. Mama takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap dia," ucap Bu Meri dengan menangis.

Vania bingung karena dia tidak tau harus mencari keberadaan Sinta di mana.

"Mama tenang dulu ya, semoga Kak Sinta baik-baik saja. Sebaiknya kita obati tangan Mama dulu," ucap Vania dengan membantu Bu Meri duduk di atas sofa.

"Tidak Vania, Mama tidak akan bisa tenang sebelum Sinta pulang."

"Kalau begitu Vania akan mencoba menghubungi Teman-teman Kak Sinta, siapa tau salah satu dari mereka mengetahui keberadaannya. Sebaiknya sekarang Mama istirahat, jangan sampai penyakit darah tinggi Mama kambuh."

......................

Keesokan paginya, Dirga dan Regina pamit kepada Amira setelah keduanya selesai sarapan.

"Sayang, kalau begitu Mas sama Regina berangkat dulu ya. Apa kamu mau ikut juga?" tanya Dirga.

"Aku sudah ada rencana mau pergi ke Bandung sama Rendra, apalagi Ayah katanya sedang tidak enak badan," jawab Amira dengan memasukan makanan ke dalam mulut, karena dia masih belum selesai sarapan.

"Kenapa kamu harus pergi ke sana sama Rendra sih? Kamu bisa kan menunggu Mas pulang dari Dokter kandungan?" ujar Dirga yang merasa tidak rela mendengar Istri pertamanya akan pergi dengan Rendra.

"Mas tenang saja, aku masih bisa menjaga batasan dengan lelaki yang bukan mahram ku, apalagi Vania juga bakalan ikut kami," ujar Amira.

Regina mencoba menenangkan Dirga yang terlihat khawatir. Karena dengan begitu Dirga pasti akan semakin kagum terhadap dirinya.

"Mas tidak perlu khawatir seperti itu. Mas harus percaya sama Mbak Amira, apalagi kita tau sendiri bagaimana sifat Mbak Amira selama ini," ucap Regina dengan berbicara selembut mungkin.

Dengan berat hati akhirnya Dirga memilih melangkahkan kakinya lebih dulu ke luar dari dalam rumah. Dia sangat takut jika Amira akan menyerah dengan pernikahan mereka apabila Dirga terus mengekangnya.

Maaf Mas, aku tidak bermaksud menjadi Istri durhaka, tapi aku tidak mau terlihat lemah lagi di hadapan kalian. Selama ini aku selalu bersabar dan mengalah, tapi yang aku dapat balasannya hanyalah hinaan dan cacian dari keluargamu, ucap Amira dalam hati.

Setelah kepergian Dirga dan Regina, beberapa saat kemudian Rendra datang untuk menjemput Amira.

"Amira, kamu sudah siap kan? Apa kamu sudah sarapan?" tanya Rendra yang terlihat bersemangat.

"Sudah kok, tapi sebelum berangkat ke Bandung, kamu bisa kan mengantar aku ke suatu tempat dulu?" tanya Amira.

"Tentu saja. Apa pun yang mulia Ratu perintahkan, hamba akan selalu melaksanakannya," ucap Rendra dengan membungkukan badannya.

"Kamu ada-ada aja sih," ucap Amira dengan tertawa ketika melihat tingkah Rendra.

Amira sebenarnya merasa bersalah karena dia tidak memberitahu Rendra akan mengajak Vania pergi bersama mereka.

Maaf Rendra, aku tidak memberitahu kamu kalau sebenarnya aku mengajak Vania. Kalian berdua sama-sama orang baik, dan aku berharap kalian berdua bisa dekat, ucap Amira dalam hati.

Pada saat Amira meminta Rendra menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah, Rendra yang merasa penasaran akhirnya bertanya kepada Amira.

"Amira, ini rumah siapa?" tanya Rendra.

"Ini rumah keluarganya Mas Dirga. Kamu tidak keberatan kan kalau aku mengajak Vania pergi bersama kita?" ujar Amira.

"Amira, kenapa kamu_" perkataan Rendra terhenti ketika melihat Vania yang sudah berada di samping mobilnya.

Rendra merasa kesal karena Amira masih saja berusaha menjodohkan dirinya dengan Vania, bahkan Amira sengaja meminta Vania duduk di samping Rendra.

"Vania, sebaiknya kamu saja yang duduk di jok depan, biar Kakak duduk di jok belakang saja," ujar Amira dengan turun dari dalam mobil untuk pindah ke jok belakang.

"Tapi Kak_" ucap Vania yang merasa tidak enak, apalagi ketika melihat wajah Rendra yang cemberut.

"Udah gak apa-apa. Rendra gak bakalan gigit kok," ujar Amira dengan tertawa.

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, hanya Amira dan Vania yang terus berbincang, sedangkan Rendra memilih diam sehingga membuat Amira merasa bersalah, apalagi Amira sudah bisa menebak jika Rendra pasti tengah marah terhadap dirinya.

"Vania, kamu masuk duluan ya, ada sesuatu yang mau Kakak bicarakan dulu sama Rendra," ucap Amira ketika ketiganya sampai di halaman rumah Pak Adnan.

Setelah Vania terlihat masuk ke dalam rumah, Amira akhirnya membuka obrolan.

"Rendra, apa kamu marah sama aku karena mengajak Vania?" tanya Amira.

"Kalau iya memangnya kenapa?" jawab Rendra dengan ketus.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku janji tidak akan melakukan sesuatu tanpa meminta ijin terlebih dahulu sama kamu. Kamu jangan marah lagi ya," ucap Amira dengan wajah memelas sehingga membuat Rendra merasa tidak tega.

"Aku tidak akan marah lagi, tapi nanti saat kita pulang ke Jakarta, kamu harus duduk di jok depan," ucap Rendra.

"Oke siap Bos," jawab Amira dengan tersenyum manis sehingga membuat hati Rendra berbunga-bunga.

"Ya sudah, kalau begitu sebaiknya kamu masuk duluan gih, aku mau ngambil oleh-oleh buat Ayah dulu," ujar Rendra yang terlihat salah tingkah.

Mohon dukungannya dengan menekan tombol like dan subscribe supaya Author semangat lanjutin ceritanya.

Terimakasih banyak sudah berkenan membaca karya receh saya. Bacanya jangan lompat-lompat ya, 🤭 sehat dan sukses selalu untuk semuanya 🤲

*

*

Bersambung

1
Abu Yub
Ngak apa apa, aku tak butuh jadi luar biasa.
Abu Yub
Biar aku ucapkan saja, jangan marah iya
Abu Yub
Itu cuma katamu mas,
Abu Yub
Yang lalu tidak sama dengan sekarang mas
Abu Yub
Biar aku katakan saja, habis aku saksinya
Abu Yub
Eh ternyata cuma bulannya kelewati
Abu Yub
Itulah hebatnya angin malam bisa membuat ngak selera dan membuat kurus
Abu Yub
Biasa buk, kenak angin malam
Abu Yub
Pasti ada virus tuh di dalamnya
Abu Yub
Itu cuma perkataan mu saja, bagai dengan perkataan dia, dia dia..
Abu Yub
Kalau udah tau jangan nanyak lagi
Abu Yub
Maaf, aku akan cari tukang lain untuk.memperbaikinya
Abu Yub
Kalau sengaja ngak usahlah
Abu Yub
Kamu cuma diam saja, dia yang kata. Ayo katakan. Biar jelas segalanya.
Abu Yub
Kamu tidak perlu tau
Abu Yub
Katan apa benar itu kamu?
Abu Yub
Aku sungguh kecewa, aku kecewa berat
Sunshine
ngarep ya? kasihan....
Rini Antika: iya 🤣🤣
total 1 replies
Sunshine
Anak yang kamu bangga banggakan sebentar lagi akan mencoreng nama baik kamu Merong
Rini Antika: yups betul bgt
total 1 replies
Sunshine
rasain km mertua durhaka, meski pun Amira tidak membalasnya, tapi sekarang kamu dapat karma dari Anak kesayangan kamu sendiri 🤣🤣
Rini Antika: 😂😂 iya bener
Sunshine: gak bakalan dosa kalau ngetawain org jahat mah 🤣
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!