NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Arunaya, seorang gadis dari keluarga terpandang yang terpenjara dalam sangkar emas tuntutan sosial, bertemu Adrian, pria sederhana yang hidup mandiri dan tulus. Mereka jatuh cinta, namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ayah Arunaya yang menganggap Adrian tidak sepadan.

Saat dunia mulai menunjukkan taringnya, memihak pada status dan harta, Naya dan Adrian dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memilih: menyerah pada takdir yang memisahkan mereka, atau berjuang bersama melawan arus.

Terinspirasi dari lirik lagu Butterfly yang lagi happening sekarang hehehe....Novel ini adalah kisah tentang dua jiwa yang bertekad melepaskan diri dari kepompong ekspektasi dan rintangan, berani melawan dunia untuk bisa "terbang" bebas, dan memeluk batin satu sama lain dalam sebuah ikatan cinta yang nyata.

Dukung authir dong, like, vote, n komen yaa...
like karya authir juga jangan lupa hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Kemewahan lantai marmer dan lampu kristal di rumah orang tua Naya di jakarta terasa ironis di tengah hati Naya yang hampa. Rumah ini besar, mewah, tapi sangat sunyi tanpa Rian.

Rasa sakit akibat perpisahan kini terasa lebih parah, ia tidak tahu Rian ada di mana. kerinduannya kini diselimuti ketakutan karena ketidakpastian.

Naya tidak tinggal diam. Ia menggunakan koneksi Bi Sumi untuk mencari informasi. Ia mencoba menghubungi nomor lama Rian yang sudah tidak aktif. Setiap malam, ia memandang langit, berharap Rian juga melakukan hal yang sama.

Naya bergulat dengan rasa bersalah karena meninggalkan Rian untuk berjuang sendirian di suatu tempat, entah di belahan bumi mana. Dia bertekad untuk menemukan Rian, di mana pun Rian berada.

..........................

Di London, Rian mulai stabil bekerja di kafe bersama Aris. Dia bekerja keras, menabung, dan belajar bahasa serta seluk beluk London dari Aris.

Setiap akhir pekan, Rian menggunakan waktu luangnya untuk mencari Naya. Dia membawa sketsa wajah Naya (yang ada di buku sketsanya) dan bertanya ke orang-orang di area elit London (Hyde Park, area perbelanjaan mewah), berharap Naya ada di sana.

Dia sering kecewa karena tidak menemukan Naya. Dia tidak tahu Naya sudah kembali ke Jakarta. Aris sering menasihati Rian untuk realistis, tapi Rian menolak menyerah. Tekadnya untuk menemukan Naya semakin kuat setiap harinya.

...................

Waktu berlalu, Naya di Jakarta terus mencari, Rian di London terus bekerja keras. Suatu hari, Naya mendapat kabar dari Bi Sumi yang teringat bahwa Rian pernah menghubungi Bi Sumi saat awal di Jakarta, sebelum Rian ke London. Bi Sumi memberikan nomor ponsel baru Rian yang ada di London.

Jantung Naya berdebar kencang. Ini adalah kesempatan pertamanya untuk menghubungi Rian setelah berbulan-bulan terpisah. Ia segera menghubungi nomor baru Rian.

Di London, Rian sedang sibuk bekerja di kafe. Ponsel barunya berdering. Nomor asing dari Indonesia.

Rian ragu untuk mengangkatnya, tapi entah kenapa, ada dorongan kuat dalam dirinya. Ia mengangkat telepon itu.

"Halo?" suara Rian terdengar lelah, tapi penuh harapan.

"Rian? Ini aku, Naya," balas Naya, suaranya bergetar menahan tangis.

Keheningan melingkupi mereka berdua. Akhirnya, setelah sekian lama, mereka kembali terhubung, meskipun terpisah ribuan kilometer.

Panggilan telepon itu adalah momen mengharukan yang singkat. Naya dan Rian berjanji untuk tetap terhubung dan saling mengabari. Namun, kebahagiaan itu berumur pendek.

Hanya dua hari setelah mereka terhubung, komunikasi mereka terputus lagi. Ayah Naya dan istrinya pulang ke Indonesia, menyusul Naya, ayah Naya yang mulai curiga, menemukan ponsel rahasia Naya dan menyitanya lagi. Di London, ponsel baru Rian juga curi di kafe saat terjadi kericuhan.

Mereka kembali terputus komunikasi. Rian tidak punya cara menghubungi Naya, Naya tidak punya cara menghubungi Rian. Takdir seolah mempermainkan mereka lagi.

Harapan yang baru tumbuh kembali layu. Mereka kembali terpisah, tapi kali ini dengan pengetahuan bahwa mereka masih hidup dan saling merindukan. Kerinduan itu menjadi bahan bakar sekaligus siksaan.

Di London, Rian kembali terpuruk. Tanpa ponsel, dia tidak bisa menghubungi Naya. Dia kembali bekerja keras di kafe, menabung untuk membeli ponsel baru, tapi semangatnya mulai memudar. Rasa putus asa mulai menggerogoti hatinya.

Aris, teman baiknya, melihat kondisi Rian yang semakin memburuk. Rian mulai sering melamun, bekerja tanpa fokus, dan kehilangan nafsu makan.

"Rian, kamu harus kuat," hibur Aris. "Naya pasti sedang berjuang di sana."

"Aku sudah coba, Aris," balas Rian, suaranya lemah. "Tapi rasanya sia-sia. Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan lebih lama lagi."

Rian mulai berpikir untuk menyerah, untuk kembali ke Indonesia dan melupakan Naya. Pikirannya dipenuhi keraguan.

Di Jakarta, Naya juga mengalami hal yang sama. Ponselnya disita, dan ia kembali dikurung di rumahnya. Ibu nya dan Bi Sumi diam-diam memberikan kabar, tapi tidak ada informasi tentang Rian. Naya mulai berpikir Rian telah menyerah dan melupakannya.

Air mata Naya kembali mengalir setiap malam. Ia merasa dikhianati oleh takdir.

"Butterfly terbang lah tinggi, setinggi anganku untuk meraih mu," Naya merintih dalam hati, tapi sayapnya terasa lumpuh. Ia mulai berpikir untuk menerima nasibnya, menikah dengan Andika, dan melupakan Rian selamanya.

...........

Di titik terendah mereka, sebuah keajaiban kecil terjadi.

Di London, Rian sedang berjalan pulang dari kafe, saat ia melewati sebuah toko musik kecil yang unik, spesialisasi musik indie dan world music (musik dunia). Dari dalam, ia mendengar melodi lagu "Butterfly" yang diputar—lagu Indonesia.

Rian tertegun. Ia masuk ke dalam toko itu. Ia melihat seorang staf toko sedang mengganti piringan hitam.

"Maaf, ini lagu dari Indonesia?" tanya Rian penasaran.

Staf toko itu tersenyum. "Ya, kami baru saja mendapat kiriman album kompilasi indie dari Asia Tenggara. Lagu ini cukup populer di sana katanya."

Rian tersenyum. Lagu itu, lagu kesukaan mereka, lagu yang menjadi janji mereka, kembali terngiang. Kenangan manis Rian dan Naya di taman rahasia mereka kembali muncul. Senyum Naya, tawa Naya, kata-kata Naya: "Aku mau terbang, bersamamu."

Air mata Rian menetes. Ia tidak bisa menyerah. Ia tidak akan pernah mengkhianati janji mereka. Lagu itu menjadi penguat semangatnya. Ia kembali ke kafe, semangatnya membara, siap berjuang lagi.

Di Jakarta, Naya juga mendengar lagu "Butterfly" secara kebetulan dari radio mobil yang lewat saat ia dibawa ayahnya ke acara sosial. Kenangan manis mereka kembali muncul, janji mereka, tekad mereka. Air mata Naya mengalir, tapi kali ini air mata harapan. Ia tahu Rian tidak akan menyerah, dan ia juga tidak akan menyerah.

Mereka kembali berjuang, terpisah benua, tapi disatukan oleh melodi kenangan dan janji yang tak terucap.

...----------------...

Di Jakarta, Naya memutuskan sudah waktunya berhenti menangis dan mulai bertindak cerdas. Ia harus mengecoh Ayahnya, Hardi.

Naya menemui ayahnya di ruang kerja, yang kini lebih sering dihabiskan Hardi di rumah sejak kesehatan mentalnya terganggu oleh drama kepergian Naya.

"Ayah," sapa Naya, suaranya terdengar netral, tanpa emosi yang mengkhawatirkan.

Hardi menatap putrinya curiga. "Ada apa? Mau kabur lagi?"

"Tidak, Ayah," Naya menggeleng lembut. "Naya sadar, Ayah benar. Dunia ini keras. Naya tidak bisa selamanya lari dari tanggung jawab. Naya ingin bekerja di perusahaan, belajar bisnis dari Ayah."

Hardi tertegun. Ini adalah putrinya yang dulu memberontak, kini berbicara dengan kepala dingin. "Benarkah? Kamu serius?"

"Serius, Ayah. Naya sudah lelah bersedih. Naya mau jadi wanita kuat seperti Ibu."

Hardi tersenyum puas. Ia merasa rencananya berhasil. "Bagus. Besok pagi, kamu mulai masuk. Andika akan jadi mentor kamu di sana."

Naya menelan ludah. Andika. Calon tunangan yang dulu ia tolak. "Baik, Ayah."

Naya mulai bekerja, menunjukkan kinerja yang baik, fokus, dan profesional. Ia jarang berbicara tentang Rian, dan bersikap seolah-olah perlahan mulai move on. Ibunya lega, Ayahnya, Hardi pun santai.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!