NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Malam itu, Bunga dan Melina mengerjakan laporan seperti biasa. Laporan itu tak begitu banyak seperti disemester dua. Tapi walau sedikit justru lebih membuat kepala Melina pusing.

Setelah selesai membuat laporan praktikum, Melina meringkuk di balik selimut, menatap layar ponsel yang masih menunjukkan status pesan yang terkirim namun tak kunjung mendapatkan balasan dari Erick.

"Tadi kamu kenapa tidak masuk, Erick?" Kalimat sederhana itu terasa seperti harapan. Hingga pagi tiba, tak ada notifikasi, tak ada balasan, bahkan tanda baca pun tak muncul.

Sakit hati Melina perlahan berubah menjadi sakit fisik. Kelelahan emosional selama berhari-hari, ditambah tekanan praktikum Fisiologi Tumbuhan yang menguras tenaga, akhirnya membuat tubuhnya ambruk. Wajahnya pucat, suhu tubuhnya meningkat drastis.

"Mel, kamu pucat banget. Mending hari ini izin aja ya?" tanya Bunga sambil meletakkan telapak tangannya di dahi Melina.

"Ya ampun, kamu panas banget! Udah, kamu istirahat, biar aku yang minta izin ke dosen."

Melina hanya bisa mengangguk lemah. Ia tidak punya tenaga bahkan untuk sekadar membela diri.

Pagi itu, di kelas Biologi, suasana mendadak sunyi saat Erick Frag masuk ke kelas sendirian. Hari ini Ia menggantikan tugas Prof George. Ia mengenakan kemeja biru tua yang disetrika rapi, namun rasa lelah terlihat dimatanya. Hal pertama yang ia lakukan setelah meletakkan tasnya adalah melihat seluruh ruang kelas.

Kursi di sebelah Bunga kosong.

Jantung Erick berdegup tidak keruan. Ia teringat pesan Melina kemarin yang belum sempat ia buka karena ia sedang berada di universitas lain untuk urusan mendadak yang sangat menyita waktu.

Ia segera membuka ponselnya di bawah meja dosen, dan rasa bersalah langsung membuat dadanya sakit saat membaca pesan singkat dari Melina yang menanyakan keberadaannya.

"Pak, Melina izin sakit hari ini. Dia demam tinggi," ucap Bunga saat Erick mulai mengabsen.

Erick terdiam sejenak, tangannya yang memegang pena sedikit gemetar.

"Terima kasih informasinya, Bunga."

Erick melihat gerak-gerik Devano yang duduk disamping Bunga menanyakan bagaimana kondisi Melina.

"Sakit apa dia, Bunga? Sudah minum obat? Perlu aku titip buah atau makanan nanti sore?" tanya Devano bertubi-tubi tanpa peduli bahwa Erick masih berada di depan kelas.

Erick menggenggam tepian meja dosen dengan kuat. Ia melihat betapa tulusnya kekhawatiran di wajah Devano. Ia merasa kalah telak.

Laki-laki itu bisa menunjukkan perhatiannya secara terang-terangan di depan kelas, sementara ia, yang berstatus sebagai kekasih Melina, hanya bisa berdiri kaku di depan kelas seperti orang asing.

"Baik kita mulai perkuliahan hari ini..."

Erick kembali menjelaskan materi secara profesional walau pikirannya masih penuh dengan Melina.

Saat jam istirahat tiba, Erick tidak pergi ke kantin. Ia mengunci diri di ruang kerjanya. Ia tidak bisa lagi menahan kerinduannya dan rasa khawatirnya yang meluap-luap. Ia menekan tombol panggil pada kontak Melina.

Di apartemen, Melina yang sedang memejamkan mata dan kepalanya yang berdenyut, tersentak saat ponselnya bergetar. Nama "Erick" muncul di layar. Dengan tangan lemas, ia mengangkat telepon itu.

"Halo..." suara Melina terdengar serak dan sangat kecil.

"Sayang... kamu sakit?"

Suara rendah dan lembut Erick yang menyebutnya "Sayang" di telepon membuat Melina seolah tersengat listrik.

Air matanya langsung jatuh tanpa bisa ditahan. Selama ini mereka selalu menjaga jarak, namun panggilan sayang itu membuat Melina lemah.

"Kenapa kamu telepon aku sekarang?" isak Melina di balik bantal.

"Kemarin kamu tidak masuk, aku tanya kamu tidak menjawab. Kamu biarkan aku menunggu seperti orang bodoh, Erick."

"Maafkan saya, Melina. Maafkan saya. Kemarin ada urusan mendadak di universitas lain yang sangat penting dan saya tidak sempat melihat ponsel," suara Erick terdengar sangat menyesal.

"Saya akan menjemputmu sekarang. Kita ke rumah sakit, suhu tubuhmu pasti sangat tinggi."

"Gak bisa, Erick! Gak bisa!" Melina memprotes keras di antara tangisnya.

"Bunga sebentar lagi pulang. Kalau dia lihat aku gak ada di kamar, dia pasti curiga. Dia akan tanya aku pergi sama siapa ke rumah sakit. Aku tidak mau dia tahu tentang kita!"

Erick terdiam di diruangannya. Keheningan yang menyakitkan terjadi diantara mereka berdua. Ia merasa sangat tidak berdaya sebagai pria dewasa yang tidak bisa melindungi kekasihnya hanya karena status sosial.

"Melina, saya rasa ini semakin susah," ujar Erick dengan nada putus asa.

"Saya terbakar api cemburu setiap detik. Devano... dia selalu mencarimu di kelas. Tadi dia menanyakan kabarmu pada Bunga dengan wajah yang sangat khawatir. Saya ingin sekali berteriak bahwa kamu adalah milik saya, tapi saya tidak bisa."

"Erick, aku tidak peduli pada Devano! Aku tidak peduli dia mau tanya apa!" Melina memotong dengan nada tinggi, meski napasnya sesak karena demam.

"Aku hanya ingin kamu. Aku hanya ingin kamu ada di sini, bukan dia."

Tepat saat Melina mengucapkan kalimat itu, sebuah ketukan keras terdengar di pintu ruang kerja Erick.

Tok! Tok! Tok!

"Pak Erick? Ini Yolan. Bisa saya masuk?"

Erick tersentak. Ia segera mematikan sambungan teleponnya secara sepihak tanpa sempat mengucapkan kata akhir pada Melina. Ia mengatur napasnya, merapikan dasinya, dan berusaha memasang wajah profesionalnya kembali.

"Masuk, Miss Yolan," ujar Erick dengan suara yang sudah kembali dingin.

Miss Yolan masuk dengan membawa tumpukan map yang cukup tebal.

"Ini nilai laporan praktikum Fisiologi Tumbuhan dan hasil tugas kuis dari kelas Biologi. Saya sudah merekapnya. Sebentar lagi UAS dimulai, kita harus segera menyerahkan nilai-nilai ini ke bagian akademik."

Erick menerima map itu. Matanya kembali tertuju pada nama Melina dan Devano yang berada di urutan teratas dengan nilai yang nyaris identik.

Ia melihat kerja keras Melina dalam laporan itu, namun ia juga melihat betapa rapinya Devano membantu dalam analisis data kelompok mereka.

"Pak Erick? Bapak baik-baik saja?" tanya Miss Yolan heran melihat Erick yang melamun menatap daftar nilai.

"Ya, saya baik. Terima kasih, Miss Yolan. Akan saya periksa kembali sebelum UAS dimulai," jawab Erick singkat.

Setelah Miss Yolan keluar, Erick kembali tertunduk lesu di kursinya. Di tangannya ada nilai-nilai mahasiswa, namun di pikirannya hanya ada Melina yang sedang merasakan sakit sendirian.

Ia menyadari bahwa menjelang UAS ini, tekanan bukan hanya datang dari materi kuliah, melainkan dari rahasia yang semakin berat untuk dipikul.

Ia merasa sedang membuat ujian pada dirinya sendiri. Masa depan Melina, dan persahabatan Melina dengan Bunga.

Di sisi lain, Melina di kamarnya melempar ponselnya ke ujung kasur. Ia merasa sangat sedih karena telepon itu terputus begitu saja.

Tetapi, ucapan Erick yang memanggilnya "Sayang" tadi terus terngiang, menjadi kata-kata penenang yang membuatnya semakin terikat pada sang dosen.

1
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kira kira pilih devano atau lak Erick nihh pemirsa wkwkwk
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh siapa ya... penisirin
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
otaknya mulai traveling niih🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
Jan galak galak ah pak ntar cepet tua😭🤣
'*·舞~ł₲₦₳₴₮Ɽ₳ ~舞*
Giliran di tanya melina jawab tidak ada, takut aja tiba - tiba giliran pak erick melemparkan pertanyaan di luar nalar 😭.. biasanya guru suka kyk gitu.
Greta Ela🦋🌺: Hehe engga kok ka😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!