NovelToon NovelToon
Darah Rubah, Nafsu Naga

Darah Rubah, Nafsu Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Spiritual
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.

Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.

Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 — Diburu Para Sekte

​Darah Shuyuan terasa hangat dan asin.

​Lian Yue mencium aroma tembaga kental itu saat ia berlari menembus jalur tersembunyi di belakang rumah mereka. Aroma itu bercampur dengan bau gosong dari sihir api dan energi Qi yang meledak di udara malam. Ayahnya telah menjadi perisai, dan suara pertarungan sengit itu kini memudar di telinganya, digantikan oleh detak jantungnya sendiri yang menggila.

​Ia tidak boleh menoleh. Ayahnya telah melarang.

​Namun, Rubah Ekor Perak di dalam tubuhnya—yang kini sudah sepenuhnya bangkit dan memiliki kesadaran sendiri—menangis histeris. Spirit beast itu merasakan koneksi darah, merasakan bahaya, dan memancarkan gelombang Qi yang tidak stabil.

​Lian Yue terhuyung-huyung keluar dari Lembah Purnama. Ketika ia mencapai puncak bukit kecil, ia akhirnya berani menoleh. Pemandangan itu langsung membuat isi perutnya terasa mual.

​Desa kecil mereka, yang damai dan tertutup, kini diselimuti oleh aura hitam dan putih yang saling bertabrakan. Ia mengenali lambang-lambang itu: elang perak milik Sekte Cahaya Putih, yang terkenal sok suci tapi haus kekuasaan, dan simbol cakar berdarah milik Pemburu Roh independen yang bekerja untuk siapa saja yang membayar paling mahal.

​Mereka datang bukan untuk menangkap. Mereka datang untuk menghancurkan dan mencuri.

​Lian Yue mencengkeram jubahnya erat-erat, air mata mengalir panas. Jiwa rubahnya menuntutnya untuk kembali, untuk mengoyak leher para penyerbu itu, tapi naluri manusianya berteriak untuk bertahan hidup.

​“Lari. Kau harus lari,” ia berbisik pada dirinya sendiri, pada rubah di dalam dirinya.

​Ia kembali berlari, menuruni lereng curam menuju Hutan Roh Kuno. Ini adalah hutan sakral yang memisahkan Lembah Purnama dari dunia luar. Energi spiritual di sini sangat padat, dan Spirit Beast langka berkeliaran di dalamnya—tempat yang sempurna untuk bersembunyi.

​Perjalanan di hutan adalah siksaan.

​Spirit Rubah Ekor Perak (Yueyin, seperti yang ia sebut dalam benaknya) terus menerus memompakan energi ke seluruh pembuluh darah Lian Yue. Itu adalah dorongan yang luar biasa, membuat lari tanpa alas kakinya terasa ringan dan cepat. Tapi energi itu juga membawa efek samping yang mengerikan.

​Tubuhnya terasa sangat sensitif.

​Setiap sentuhan dedaunan, setiap hembusan angin malam yang dingin, setiap tetesan embun yang jatuh ke kulitnya terasa sangat tajam, seolah-olah kulitnya telah dilucuti menjadi lapisan saraf. Lebih buruk lagi, ia merasakan dorongan konstan untuk menyeimbangkan Qi Yin-nya yang membludak dengan Qi Yang yang kuat.

​Dorongan itu adalah hasrat. Hasrat murni, naluriah, dan tanpa malu-malu untuk keintiman.

​“Tahan, Yueyin,” desis Lian Yue, menekan perutnya yang terasa berdenyut. “Kita belum bisa. Kita harus mengendalikan ini.”

​Yueyin, dalam dimensi spiritualnya, hanya menjawab dengan lolongan yang terasa seperti rengekan panjang di hati Lian Yue. ’Pasangan. Aku butuh pasangan. Aku butuh Yang!’

​Lian Yue berusaha mengabaikan sensasi itu, fokus pada gerakan. Ia tahu waktu terus berjalan. Cahaya peraknya tadi pasti sudah menarik perhatian cultivator dalam radius yang sangat luas.

​Ia berlari melewati sungai kecil, membiarkan air dingin membasuh kakinya yang lecet, berharap itu bisa sedikit meredakan panas di jiwanya.

​Tiba-tiba, ia berhenti. Ia merasakan kehadiran. Lebih dari satu.

​Di balik bebatuan besar di sisi sungai, tiga sosok berpakaian abu-abu Sekte Cahaya Putih sudah menunggunya. Mereka tidak perlu berteriak; ekspresi wajah mereka sudah cukup bicara. Tamak, jijik (karena Yue dianggap ‘pembawa bencana’), dan dipenuhi ambisi.

​“Gadis kecil yang bodoh,” kata pemimpin kelompok itu, seorang pria muda dengan wajah tirus dan aura kesombongan yang menjijikkan. “Kau pikir kau bisa lolos dari mata-mata Sekte Cahaya Putih? Rubah Ekor Perakmu itu adalah harta nasional. Serahkan dirimu, dan kami akan menjamin ritualmu dilakukan secara ‘benar’—di bawah pengawasan Elder kami.”

​Lian Yue tahu ritual macam apa yang mereka maksud. Ritual pemaksaan. Mereka akan menggunakan tubuhnya sebagai tungku untuk mencuri Warisan Purnama.

​“Tidak akan,” jawab Lian Yue, suaranya tercekat.

​“Jangan melawan,” kata pria itu, mencabut pedang Qi-nya yang memancarkan cahaya putih lembut. “Spirit Beast-mu baru bangkit. Energi Yin-mu sangat tidak stabil. Kau tidak akan bisa melukai kami tanpa membakar dirimu sendiri.”

​Mereka mengepungnya. Lian Yue tahu ia kalah jumlah dan pengalaman. Ia tidak pernah berlatih pertempuran. Yang ia tahu hanyalah meditasi dan cara mengunci energi.

​Dalam keputusasaan, ia mencoba mengaktifkan Giok Jimat dari ayahnya. Tapi jimat itu hanya bersinar redup. Ia butuh lebih banyak waktu.

​Saat pria tirus itu mendekat, menjulurkan tangan untuk meraih bahunya, Rubah Ekor Perak Lian Yue akhirnya mengambil alih kendali.

​Jangan! Jangan disentuh oleh mereka! teriak jiwa rubah itu.

​Dalam sepersekian detik, Lian Yue merasakan tubuhnya bergerak sendiri. Itu bukan dirinya lagi. Itu adalah naluri Spirit Beast kuno yang sangat liar dan putus asa.

​Sebuah gelombang Qi perak meledak keluar dari tubuhnya, kali ini jauh lebih terarah dan intens dari sebelumnya. Qi itu menabrak dada pria tirus itu, bukan dengan kekuatan fisik, melainkan dengan serangan psikis.

​Pria itu terhuyung, menjerit kesakitan, Qi-nya berantakan. Ia terpaksa mundur.

​Namun, serangan itu hampir melumpuhkan Lian Yue. Kekuatan Qi Yin yang berlebihan langsung menyerang kembali sistem meridiannya, menyebabkan rasa sakit yang memuntahkan darah. Ia jatuh berlutut, terbatuk-batuk, tubuhnya bergetar tak terkendali.

​“Lumpuhkan dia!” teriak pria tirus itu. “Dia terlalu berbahaya! Jangan sentuh kulitnya, gunakan jaring Qi!”

​Dua cultivator lainnya segera mengeluarkan jaring yang terbuat dari benang Qi yang bersinar biru. Jaring itu adalah alat penangkap Spirit Beast, dirancang untuk melumpuhkan tanpa melukai.

​Lian Yue menatap jaring itu. Ia tahu jika ia terperangkap, tamatlah riwayatnya.

​Ia memejamkan mata, memanggil kekuatan terakhirnya. Ia mencoba menarik Qi bulan dari atas.

​Seketika, ia merasa seluruh tubuhnya ditarik ke atas oleh energi yang luar biasa, dingin, dan feminin. Ia melihat Rubah Ekor Sembilan-nya melolong ke bulan di alam spiritual, mengabaikan rasa sakit dan hasrat, fokus hanya pada pembebasan.

​Jaring itu terbang mendekat. Waktu terasa melambat.

​BRUUUKH!

​Jaring itu mendarat, bukan di tubuh Lian Yue, tetapi di atas batu tempat ia bersandar tadi.

​Lian Yue terkejut. Ia tidak berhasil melompat. Ia baru saja tersandung ke samping. Tapi ia tidak tersandung sendiri.

​Sebuah tangan kuat—sangat kuat—telah mencengkeram pinggangnya, menariknya ke samping dengan kecepatan yang mustahil.

​Lian Yue merasakan tubuhnya menabrak sesuatu yang keras, padat, dan sangat panas. Panas Yang yang begitu murni sehingga langsung menetralkan Qi Yin yang kelebihan di dalam dirinya.

​Sensasi itu luar biasa. Itu adalah kelegaan yang tiba-tiba, diikuti oleh gelombang euforia yang memabukkan. Insting rubahnya langsung merespons sentuhan itu, melingkarkan dirinya pada sumber Qi Yang.

​Ia mendongak, matanya yang berkaca-kaca bertemu dengan sepasang mata keemasan yang dingin dan tajam.

​Shen Ryuko.

​Ketegangan itu begitu kental, hampir mencekik.

​Ketiga cultivator dari Sekte Cahaya Putih yang tadinya sombong kini gemetar ketakutan. Mereka mengenali sosok di depan mereka—bukan hanya dari jubah hitamnya yang pekat, tapi dari aura Naga yang menguar, dingin seperti kematian, tapi membara seperti magma.

​“Pewaris Shen Ryuko!” pekik pria tirus itu. “Ini bukan urusan Sekte Naga Hitam! Gadis ini membawa Warisan Purnama, dia adalah buronan yang dicari Kekaisaran! Serahkan dia pada kami!”

​Ryuko tidak bergerak. Tubuhnya yang tinggi dan berotot menaungi Lian Yue, yang kini menyandar tak berdaya di dadanya. Tangan Ryuko, yang mencengkeram pinggang Lian Yue, terasa panas—bukan panas api, tapi panas spiritual.

​Lian Yue, setengah sadar, merasakan kehangatan itu. Ia tidak lagi merasakan sakit atau hasrat liar. Ia hanya merasakan kedamaian yang mendalam, sebuah keseimbangan yang selama ini ia cari. Ia menarik napas dalam-dalam, tanpa sadar menghirup aroma Ryuko—bau dingin hutan, sedikit tembaga, dan Qi Naga yang pekat.

​Ryuko menoleh, melirik ke bawah pada Lian Yue. Gadis itu tampak hampir pingsan, wajahnya memerah, tapi ekspresi penderitaannya mereda total sejak ia menyentuhnya.

​Mata emas Ryuko menyipit. Ia merasakan Qi Rubah Ekor Perak gadis itu—Qi Yin yang melimpah—mengalir liar dan mencari stabilitas. Dan ia merasakan Qi Yin itu langsung, tanpa hambatan, menyedot Qi Yang miliknya.

​Ryuko, yang biasanya merasa energik dan bahkan terkadang terlalu panas karena Qi Naga-nya yang berlebihan, kini merasakan keseimbangan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

​Sebuah kilatan muncul di benaknya: Pasangan.

​Ia ingat cerita-cerita kuno di Sekte Naga Hitam. Hanya pasangan ritual yang ditakdirkan yang bisa berbagi Qi secepat dan sealamiah ini. Tidak butuh waktu, tidak butuh mantra, hanya sentuhan.

​Ia mendengus, tawa yang bukan tawa, hanya napas yang dingin.

​“Kalian berani meminta milikku?” Ryuko akhirnya bicara, suaranya lebih tajam dari bilah pedang.

​“Mi… milikmu?” pria tirus itu kebingungan. “Apa maksudmu?”

​Ryuko tidak menjawab. Ia hanya melirik tangan kanannya, yang masih mencengkeram pinggang Lian Yue. Ia merasakan sensasi geli, dan ia tahu, persis di titik sentuh itu, sebuah segel tak terlihat telah terbentuk.

​Lian Yue terhuyung, tubuhnya semakin lemas. Meskipun sentuhan Ryuko menstabilkan Qi-nya, energi yang terkuras akibat melawan para pemburu tadi terlalu banyak. Matanya mulai berkunang-kunang.

​Ryuko merasakan tubuh Lian Yue memberat di lengannya. Ia menoleh, melihat mata Lian Yue yang mulai tertutup. Gadis itu tidak sadarkan diri.

​Dan saat itu terjadi, Spirit Rubah Perak itu bereaksi. Qi perak yang liar di tubuh Lian Yue tidak lagi mencari stabilitas; kini ia mencari perlindungan dari satu-satunya sumber Yang yang ia percayai.

​Spirit Qi Rubah itu melompat dari tubuh Lian Yue dan langsung menyatu dengan Spirit Qi Naga Hitam milik Ryuko, tanpa meminta izin. Itu adalah percampuran spiritual yang spontan dan tak terkendali.

​Ryuko merasakan gelombang dingin Rubah membanjiri meridiannya, dan dalam sekejap, tanda di punggung tangannya—tanda Naga dan Rubah yang baru muncul—bersinar dengan cahaya perak dan emas.

​Itu adalah Ikatan Qi yang tak terduga. Sebuah fenomena langka yang jauh lebih dalam daripada sentuhan fisik. Mereka telah terikat, secara spiritual, tanpa Ritual Ikatan Tubuh yang formal.

​Ryuko mencengkeram Lian Yue erat-erat, matanya yang keemasan kini menyala-nyala karena amarah. Amarah karena ada orang lain yang berani menyentuh apa yang kini menjadi takdirnya.

​“Kalian telah mengganggunya,” desis Ryuko, auranya meledak.

​Ketiga cultivator Sekte Cahaya Putih itu terlempar ke belakang hanya karena Qi Ryuko yang dilepaskan. Mereka roboh ke tanah, mencengkeram dada mereka, Qi mereka sudah kacau balau.

​“Tolong… kami tidak tahu…” erang pria tirus itu, darah menetes dari bibirnya.

​“Pergi,” perintah Ryuko. “Katakan pada Sekte Cahaya Putih. Gadis ini, Spirit Beast ini, dan Warisan Purnama ini… sekarang berada di bawah perlindungan Sekte Naga Hitam.”

​Ia tahu ini adalah deklarasi perang, atau setidaknya deklarasi hak milik. Tapi ia tidak peduli. Insting Naganya, yang selalu dingin dan logis, kini didominasi oleh naluri posesif yang primitif. Pasangan yang ditakdirkan. Miliknya.

​Ryuko melompat. Dengan Lian Yue di pelukannya, ia melonjak tinggi ke udara, Spirit Naga Hitam-nya mengepakkan sayap tak kasat mata, meluncur pergi dari Lembah Purnama, meninggalkan tiga cultivator yang ketakutan dan Desa Lian Shuyuan yang kini hanya tinggal puing-puing.

​Ia terbang dengan kecepatan penuh menuju puncak gunung hitam, menuju Sekte Naga Hitam. Ia perlu tempat yang aman, tempat di mana ia bisa mengunci Lian Yue, menyembunyikannya dari dunia, dan…

​Ryuko menunduk, menatap wajah polos Lian Yue yang terlelap. Ia merasakan sensasi menggoda dari Qi rubah yang menempel pada Qi-nya.

​Ia perlu tempat di mana ia bisa mengklaim apa yang telah ditakdirkan alam.

​Penerbangannya cepat, dingin, dan penuh perhitungan. Shen Ryuko, pria yang tidak pernah peduli pada siapapun selain dirinya sendiri dan Sektenya, kini memiliki satu fokus: gadis rubah yang lemah di lengannya. Ia akan melindunginya dengan kejam, tapi ia juga tidak akan pernah melepaskannya. Takdir telah mengikat.

​Hutan Roh Kuno menghilang di bawah mereka, digantikan oleh pemandangan jurang terjal dan puncak gunung yang menusuk langit. Jantung Ryuko berdebar—sebuah emosi langka yang hampir tidak pernah ia rasakan. Bukan karena ketakutan, tapi karena gairah yang terpendam.

​Rubah ini milikku. Dan Ritual Ikatan Tubuh itu, cepat atau lambat, akan terlaksana.

1
Noveni Lawasti Munte
ko makin berbelit2 ya..itu2 muli konflikny
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!