Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 . Pasangan Setara
HAPPY READING
.
.
.
Sera keluar dari mobil, diikuti oleh dua pria yang sebelumnya menabrak mobilnya. Begitu berdiri di hadapannya, keduanya langsung menunduk hormat. Aura Sera begitu kuat, cukup untuk mengintimidasi tanpa perlu ancaman.
Sera mengeluarkan dompetnya, lalu menarik segepok uang dan menyerahkannya pada mereka.
“Perbaiki mobil kalian sebelum kalian dimaki habis-habisan oleh bos kalian,” ucapnya tenang. “Pastikan makan yang cukup dan bersenang-senanglah dengan uang ini.”
Dua pria itu tersenyum lebar, jelas tidak menyangka perlakuan tersebut.
“Terima kasih, Queen… terima kasih,” ucap mereka bersamaan, kembali menunduk hormat.
Tak jauh dari sana, Aleric menghentikan mobilnya. Begitu melihat dua pria berwajah sangar berdiri di dekat Sera, ia segera turun dan menghampirinya dengan wajah cemas.
“Sera, ada apa ini?” tanyanya waspada.
Sera menoleh pada dua pria itu.
“Kalian bisa pergi sekarang.”
Keduanya mengangguk cepat lalu berlalu meninggalkan pekarangan kantor.
Aleric memperhatikan mereka hingga menghilang. Pandangannya tertahan pada lambang tato di lengan mereka. Wajahnya seketika membeku.
“Tato itu…” gumamnya pelan.
Bayangan masa lalu yang kelam menyusup ke dalam benaknya.
Saat itu terjadi perebutan wilayah antar dua kelompok gangster. Salah satu pemimpinnya adalah seorang perempuan. Aleric tak sengaja menyaksikan pertarungan brutal itu—dan keterkejutannya berubah menjadi horor saat ia menyadari perempuan yang ia cintai berada di tengah kekacauan tersebut. Wanita itu memukuli seseorang tanpa ampun, darah muncrat, wajahnya basah oleh darah orang yang ia hajar dengan kejam.
“Aleric!”
Suara Sera menariknya kembali ke kenyataan. Tangan Sera memegang lengannya.
“Kamu kenapa menatap mereka seperti itu?” tanya Sera menyelidik. “Apa kamu mengenal mereka?”
Aleric menghela napas.
“Mana mungkin aku mengenal mereka. Justru itu yang ingin kutanyakan padamu. Kenapa mereka bisa bersamamu? Dan kenapa aku melihat kamu memberi mereka uang sebanyak itu? Apa mereka memerasmu?”
“Terjadi kecelakaan kecil saat aku ke sini,” jawab Sera santai sambil menunjuk BMW yang bagian belakangnya penyok. “Soal uang itu, aku memberikannya untuk perbaikan mobil mereka.”
Aleric menatap mobil itu.
“Kenapa bisa sampai seperti ini? Apa kamu tidak bisa berkendara?”
“Bukan tidak bisa,” sahut Sera. “Hanya saja belum terbiasa.”
“Kapan terakhir kali kamu mengendarai mobil?” tanya Aleric lagi.
“Hm… sekitar dua puluh tahun yang lalu,” jawab Sera ringan, lalu melenggang masuk ke dalam kantor dengan semangat karna hari ini adalah hari dimana ia mendapatkan manajer sekaligus penata rias dari Aleric.
“Dua puluh tahun yang lalu?” Aleric tertawa kecil. “Umurnya saja sekarang baru dua puluh lima. Dia mengendarai mobil apa di usia itu? Mobil mainan?”
Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum geli, tak menyadari betapa tidak masuk akalnya perempuan yang kini telah jauh di depannya.
___
Tok… tok… tok.
“Iya, sebentar,” sahut Mama Stevia sambil segera membuka pintu rumahnya.
“Lyra?” ucap Mama Stevia terkejut saat melihat gadis itu berdiri di hadapannya.
Penampilan Lyra jauh dari kata cantik seperti biasanya. Wajahnya sembab akibat tangisan, riasannya hanya seadanya, dan tubuhnya tampak kurus seolah ia tak makan selama beberapa hari.
“Ada apa dengan penampilanmu?” tanya Mama Stevia cemas.
Namun Lyra justru menangis.
“Lyra, ada apa?”
“Hiks… huaaa…”
Tangisnya pecah. Dengan tangan gemetar, Lyra menyerahkan sebuah alat tes kehamilan kepada Mama Stevia.
Mama Stevia menerimanya. Seketika wajahnya memucat saat melihat dua garis jelas di sana.
“Lyra… apa ini? Kamu hamil?” ucapnya syok sambil memegang alat tes itu erat.
“Huaa… hiks…”
“Iya, ini anak Kael, Ma,” ucap Lyra tersedu-sedu sambil memegang perutnya.
“Tidak mungkin,” ucap Mama Stevia lirih sambil memegangi kepalanya.
“Ini sungguh anak Kael, Ma. Aku melakukannya hanya bersama Kael. Mama tahu, bukan, bagaimana hubungan aku dan Kael?”
“Tidak mungkin. Kael selalu berhati-hati soal ini. Tidak mungkin kamu tiba-tiba hamil.”
“Apa yang tidak mungkin, Ma? Kami berdua melakukannya hampir setiap minggu. Kalau Mama ataupun Kael menyangkalnya dan tidak mau bertanggung jawab atas anak ini, aku akan viralkan berita ini,” ancam Lyra.
“Lyra… Lyra, jangan seperti itu,” suara Mama Stevia bergetar. “Mama akan panggilkan Kael lebih dulu. Tunggu di sini!”
Tanpa menunggu jawaban, Mama Stevia berlari menaiki tangga dengan langkah tergesa.
Lyra melangkah masuk ke dalam rumah, menyeka air matanya. Tangis di wajahnya perlahan memudar saat ia melihat Mama Stevia syok sekaligus panik—tepat seperti yang ia rencanakan.
“Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja, Kael. Mau bagaimanapun, kamu harus terikat denganku. Kamu harus menepati janjimu untuk menikahiku. Apa pun caranya, aku akan melakukannya. Aku harus menjadi nyonya dan menguasai hartamu, Kael,” batin Lyra sambil menatap ke arah lantai atas, tempat Mama Stevia kini masuk ke dalam kamar Kael.
____
Di dalam kamar Kael, Mama Stevia berusaha membangunkan putranya dengan susah payah.
“Kael, cepat bangun.”
“Hm…” Kael menggeliat malas. “Apa sih, Ma… aku masih mengantuk.”
“Kamu harus bangun, Kael. Lyra ada di bawah sekarang!”
Kael menyipitkan matanya, masih setengah terlelap.
“Lyra?” gumamnya lirih. “Akh… biarkan saja perempuan itu. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa pun lagi.”
“Tapi dia bilang dia hamil anak kamu, Kael,” ucap Mama Stevia dengan suara lantang.
Sontak Kael langsung terbangun. Tubuhnya refleks bangkit dari kasur, matanya melotot seketika.
“Apa?” Kael menarik napas dalam-dalam. “Mama bilang apa?”
“Lyra mengaku hamil anak kamu, Kael. Jika kamu tidak mau mengakui dan mempertanggungjawabkannya, Lyra akan memviralkannya,” ucap Mama Stevia cepat.
Tanpa berkata apa pun lagi, Kael langsung berdiri dan berlari turun.
Tap… tap… tap… tap.
“Lyra!” suara Kael terengah saat tiba di hadapannya. “Apa maksudmu bilang kamu hamil anakku?”
Tanpa sepatah kata pun, Lyra mengangkat kembali alat tes kehamilan itu.
“Apa ini cukup untuk membuatmu mengerti maksudku, Kael?” ucapnya pelan namun menusuk.
Lyra melangkah mendekat, menekan alat tes itu ke dada bidang Kael yang tak berlapis kain.
Tangan Kael gemetar saat meraihnya. Matanya terpaku pada dua garis itu.
“Tidak mungkin,” ucapnya terguncang. “Aku selalu menggunakan pengaman saat bersamamu. Itu pasti bukan anakku.”
“Kamu ingin menyangkalnya?” Lyra menatapnya tajam. “Aku hanya melakukannya denganmu, Kael. Bagaimana mungkin ini anak orang lain?”
“Mungkin saja,” balas Kael keras. “Aku tidak tahu dengan siapa saja kamu tidur.”
Par!
“Jaga ucapanmu, Kael!” bentak Lyra. “Jika kamu tidak ingin mengakui anak ini, aku yang akan mengakuinya di publik dan mengatakan apa yang baru saja kamu ucapkan kepadaku.”
“Berani-beraninya kamu mengancamku!” teriak Kael. “Lagipula, kamu pikir hanya dengan pengakuan orang-orang akan percaya?”
Kael melempar alat tes kehamilan itu ke lantai di depan Lyra. Tatapannya tajam, penuh kemarahan.
“Kamu tidak punya bukti, Lyra. Kamu tidak bisa mengklaim seenaknya kalau itu anakku. Aku bisa menuntutmu.”
Namun Lyra justru tersenyum sinis.
“Tentu saja aku punya, Kael. Semua perbuatanmu terekam jelas di apartemenku. Aku bahkan bisa menjadikannya sebagai tuduhan pemerkosaan.”
Wajah Kael menegang seketika. Napasnya tertahan.
“Persiapkan pernikahan kita jika kamu ingin tetap aman, Kael,” lanjut Lyra tenang. “Lagipula, kamu bilang kamu butuh topik artikel untuk menutupi permasalahanmu, kan? Berita pernikahan kita akan jadi trending topic untuk menutupi semua itu.”
Lyra berbalik, lalu membungkuk mengambil kembali alat tes kehamilan dari lantai.
“Pastikan pesta pernikahan ini sesuai dengan keinginanku. Kamu masih ingat, kan, Kael?” ucapnya sambil tersenyum tipis.
Kael diam. Rahangnya mengeras, matanya memerah menahan amarah.
“Kalau begitu, aku pergi dulu,” ucap Lyra ringan sebelum melangkah menuju pintu utama.
Sesaat sebelum keluar, Lyra menoleh sekilas. Tatapannya jatuh pada Kael yang berdiri kaku, wajahnya merah menahan murka.
“Lihat, Kael. Kamu tidak akan bisa lepas dariku, kecuali aku yang melepaskanmu ,seperti aku mencampakkan Aleric demi kamu,” batin Lyra sambil berjalan lurus menuju mobilnya.
.
.
.
💐💐💐Bersambung💐💐💐
Gimana Kael syoknya ? jantung amankah?. puas banget ngetawain kael, Coba aja duku nggak bertingkah sama Sera pasti nggak akan nih dapet Calon istri modelan begini. Tapi kalian cocok kok sama-sama Stres.
Bentar aku mau kasih tau Sera dulu🤭
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤
Nantikan update setiap jam 13.00 dan 19.00 guys ☺☺