Istri Kejam Bos Mafia

Permainan dimulai. Tamara tidak hanya berencana menjadi boneka. Dia berencana menjadi boneka yang mengendalikan benang-benangnya sendiri.

Reifan Adhitama dan Tamara Adhitama, kini bergandengan tangan, berjalan menuju pusat keramaian. Di setiap langkah, perhatian terfokus pada mereka, dan setiap pasang mata di ruangan itu tahu:

Malam itu, mereka tidak sedang merayakan pertunangan. Mereka sedang menyaksikan negosiasi perdamaian yang hanya bisa berakhir dengan perang.

Reifan membawa Tamara berkeliling, memperkenalkan calon istrinya kepada para petinggi Black Dragon. Setiap perkenalan adalah pertunjukan kekuatan Reifan, sebuah penegasan bahwa wanita ini, betapa pun mencoloknya adalah miliknya.

"Tuan Ganindra, perkenalkan, Tamara. Calon Nyonya Adhitama," ucap Reifan, nadanya tegas, menuntut penghormatan.

Ganindra, seorang pria tua dengan mata yang melihat semuanya, hanya menatap Tamara.

"Sebuah kehormatan. Reifan memilih wanita yang berani," jawab Ganindra, menatap Tamara dengan senyum samar.

"Aku lebih suka menyebutnya wanita yang tidak kenal takut, Tuan Ganindra," ucap Tamara, senyumnya tidak memudar.

Tamara membungkuk sedikit, tetapi tidak sampai menunjukkan ketundukan.

Saat Reifan sibuk dengan Ganindra, Tamara berhasil memindai ruangan. Matanya menemukan Axel, yang kini berdiri di bar, mencoba terlihat santai sambil mengamati setiap interaksinya

Tamara mengiriminya tatapan yang jelas. Aku tahu kau di sana, Kucing Hutan.

Kemudian, Tamara melihat Cindy. Cindy sudah berhasil masuk ke lingkaran istri-istri dan kekasih anggota Black Dragon.

Citra Ratu Sosialita itu memang tidak perlu diragukan lagi, mulut nya benar-benar manis dan sangat terlatih.

Cindy sedang berbicara dengan Nyonya Helena, istri Ketua Divisi Logistik, yang tampak gelisah, dan Nyonya Arga, istri seorang pengusaha mitra yang memiliki reputasi buruk.

"Aku tidak tahu bagaimana Tamara bisa begitu tenang. Dia gila. Dia benar-benar gila!" bisik Cindy, dengan nada khawatir yang meyakinkan.

"Dia bilang padaku, dia sudah mengunduh data keuangan Black Dragon. Dia tahu semua hutang rahasia mereka. Dia bilang dia akan menggunakan informasi itu untuk menguasai mereka satu per satu," lanjut Cindy, semakin memperkuat drama nya.

Seperti yang diharapkan, Nyonya Helena tersentak, saat mendengar perkataan dari Cindy. Hutang judinya adalah rahasia yang sangat dijaga.

"Dia tahu tentang hutang?" bisik Helena panik.

"Semuanya," jawab Cindy, merapatkan tubuhnya, berpura-pura ketakutan.

"Aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Tapi dia bilang, dia ingin mendapatkan pengakuan dari Reifan dengan menjinakkan semua yang Reifan andalkan. Dia bilang dia akan memulai dengan orang-orang yang paling mudah dilumpuhkan secara finansial." lanjut Cindy, terlihat frustasi dan putus asa.

Narasi ini menyebar seperti api, tepat ke telinga yang diinginkan Tamara. Ilusi kekuasaan yang kejam telah tertanam.

Melihat Cindy bergerak bebas, Axel tahu ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan kelemahan emosional yang telah diinstruksikan Tamara.

Dia harus meyakinkan Reifan bahwa Tamara adalah wanita yang bisa ditaklukkan dengan kontrol.

Axel berjalan santai ke arah Cindy saat ia selesai berbicara dengan kelompok wanita itu.

"Kau terlihat sangat sibuk, Ratu Sosialita," sindir Axel, menyeringai.

"Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan oleh seorang sahabat. Aku mencoba menjaga agar Tamara tidak menghancurkan diri sendiri karena obsesi bodohnya terhadap Reifan," jawab Cindy, terdengar lelah.

Kali ini Cindy sudah tidak terpesona lagi dengan playboy cap katak itu, tugas Cindy hanya pura-pura tidak berdaya dan mengikuti permainan Axel, seperti yang Tamara katakan.

"Obsesi? Ceritakan lebih banyak. Aku harus meyakinkan Reifan bahwa ini bukan serangan kekuasaan yang serius," tanya Axel mencondongkan tubuhnya.

Hah....

Cindy menghela napas panjang, memasang ekspresi sangat ragu dan berjuang dengan keputusannya untuk membocorkan rahasia.

"Aku sudah bilang padamu, dia rapuh. Dia ingin Reifan mencintainya dan melindunginya, tapi ada satu hal. Sesuatu yang hanya diketahui olehku dan dia," bisik Cindy, benar-benar merendahkan suaranya, seolah ini adalah rahasia terbesar di dunia.

"Apa itu?" desak Axel, wajahnya serius.

"Itu adalah, Kalung Mutiara Hitam yang diberikan oleh mendiang Ibunya. Itu adalah satu-satunya anchor emosionalnya," jawab Cindy, menjeda ucapan nya.

Tamara selalu menyimpannya di brankas pribadinya di hotel. Setiap kali dia berada di bawah tekanan, dia akan memegangnya. Dan jika kalung itu hilang, Tamara akan kembali menjadi Tamara yang lama, yang hancur dan histeris. Dia menjadi tidak rasional," lanjut Cindy, memberikan detail yang terlalu spesifik untuk kebohongan.

Axel menyeringai lebar. Bingo. Informasi pribadi, sesuatu yang bisa digunakan Reifan untuk menekan secara emosional.

"Brankas di hotel?" tanya Axel, mengurangi.

"Iya"

Jawab Cindy mengangguk kan kepala nya.

"Terima kasih, Cindy. Kau baru saja memberiku yang kucari," ucap Axel, tersenyum lebar, berpikir telah mendapatkan kelemahan Tamara.

"Aku hanya ingin semuanya selesai. Aku tidak ingin melihat sahabatku hancur. Tolong, Axel. Yakinkan Reifan bahwa dia harus bersikap lembut," jawab Cindy tersenyum lega, dengan wajah sendunya.

Padahal dalam hati Ratu Sosialita itu, sedang tertawa terbahak-bahak, karena berhasil memberikan informasi palsu pada Axel.

Axel mengangguk. Dia segera mencari Reifan, meninggalkan Cindy di antara kerumunan.

"Hahahaha....Aku tidak sabar melihat reaksi mereka saat mengetahui semua informasi yang aku katakan itu hanyalah kebohongan, yang sudah Tamara rencanakan," batin Cindy, tertawa puas.

Di Sisi Reifan, memutuskan Serangan Balik

Axel berhasil menyelinap di antara kerumunan dan menarik Reifan menjauh dari Ganindra.

"Tuan! Aku berhasil mendapatkan kelemahan emosional Tamara yang paling sensitif," ucap Axel, melapor, matanya bersinar penuh kemenangan.

"Bicara!" perintah Reifan, tegas.

Axel menceritakan tentang Kalung Mutiara Hitam dan bagaimana kalung itu adalah anchor emosional Tamara, yang disimpan di brankas hotel.

"Jika dia kehilangan kalung itu, dia akan hancur dan menjadi tidak rasional. Itu adalah Nona Tamara yang lama, yang manja dan histeris, yang akan Anda lihat," tutup Axel, puas.

Reifan menatap Axel sejenak, wajahnya tidak menunjukkan emosi. Kemudian, ia menyeringai.

"Menarik. Dia memberikan kelemahan yang sempurna, dengan detail yang sangat meyakinkan," ucap Reifan, tersenyum miring.

"Damian, atur Robert. Aku ingin kalung itu ada di tanganku sebelum tengah malam. Aku akan menyajikannya di atas piring saat aku memberinya peraturan rumah," lanjut Reifan, merasa sudah berada di atas awan.

Reifan kembali menatap Tamara, yang kini sedang berbicara dengan istri Ganindra.

"Dia ingin diakui, aku akan memberinya pengakuan, aku akan memberinya kalung keluarga Adhitama yang lama, dan menukar kalungnya yang emosional dengan kalung yang menunjukkan kepemilikan," ucap Reifan, suaranya dingin.

"Dia pikir dia akan menghancurkanku dengan anak-anakku. Aku akan menghancurkannya dengan menguasai emosinya. Malam ini, aku akan membuktikan kepada semua orang, bahwa Ratu ini berada di bawah kendaliku," gumam Reifan, menyeringai.

Axel membungkuk, bangga karena telah menebus kegagalannya, mereka tidak menyadari, bahwa Kalung Mutiara Hitam itu adalah umpan terakhir Tamara, yang memastikan Reifan akan menyerang kelemahan yang salah.

Permainan sudah mencapai titik puncaknya. Reifan sekarang percaya dia memegang hati dan pikiran Ratu.