CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perangkap di Balik Kepercayaan
Mengetahui bahwa Reza adalah mata-mata Klan Jin memberikan pukulan telak pada Risa. Ia telah memercayai Reza, memujinya di depan Ardan, dan memberinya akses ke data sensitif Divisi CSR. Namun, rasa sakit karena dikhianati segera digantikan oleh kemarahan dan tekad untuk membalas.
Risa dan Ardan menghabiskan malam itu merancang rencana yang rumit. Mereka harus memastikan Klan Jin yakin akan informasi yang mereka terima, sementara Ardan diam-diam memajukan rencana kesepakatan energi bersihnya dengan pihak lain.
"Kita akan memberinya data yang tampaknya krusial tentang biaya proyek solar kita," jelas Ardan. "Data itu akan menunjukkan bahwa biaya kita jauh lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Ini akan membuat Klan Jin berpikir mereka memiliki margin untuk menawar lebih rendah."
"Tapi jika mereka menawar lebih rendah, mereka akan memenangkan kesepakatan," Risa menyela.
"Tepat," kata Ardan, tersenyum licik. "Namun, aku sudah tahu penawar terendah akan didiskualifikasi karena masalah pendanaan. Kita ingin Klan Jin percaya diri dan mengajukan tawaran yang mustahil. Mereka akan jatuh ke dalam jebakan pendanaan itu, sementara kita yang mengajukan penawaran yang kuat dan masuk akal di menit-menit terakhir."
Menggunakan Kepercayaan
Tugas terberat ada pada Risa: ia harus bertindak seolah-olah tidak ada yang berubah. Ia harus mempertahankan kepercayaan Reza dan memberinya "informasi rahasia" secara tidak sengaja.
Keesokan harinya di kantor, Risa memainkan perannya dengan sempurna. Ia memanggil Reza dan pura-pura mengalami hari yang penuh tekanan.
"Reza, saya sedang stres," kata Risa, menghela napas dramatis. "Anggaran ini. Biaya konstruksi solar kita tampaknya jauh lebih tinggi dari perkiraan awal. Bisakah Anda melihatnya sebentar? Saya harus menghadiri pertemuan dengan dewan."
Risa menyerahkan flash drive yang berisi data yang dimanipulasi oleh tim keamanan Ardan. Flash drive itu sengaja tidak terlindungi, membuatnya terlihat seperti kecerobohan yang wajar dari seorang Direktur Eksekutif yang sedang tertekan.
Reza mengambil flash drive itu dengan tangan yang tampak membantu, tetapi matanya bersinar dengan kepuasan yang tersembunyi.
"Tentu saja, Nyonya Hidayat. Biar saya lihat. Saya akan membantunya secepat mungkin," kata Reza, nadanya penuh simpati palsu.
Risa berbalik, meninggalkan kantornya, dan merasakan mual karena harus bersandiwara lagi. Kali ini, sandiwara itu dilakukan untuk melindungi keluarganya.
Titik Balik
Beberapa jam kemudian, Risa dan Ardan bertemu di restoran pribadi mereka. Risa harus melaporkan kemajuan misinya.
"Dia mengambilnya. Saya bisa melihat di matanya bahwa dia tahu itu adalah informasi berharga," kata Risa, menyesap anggurnya.
"Bagus," kata Ardan, matanya menilai. "Kau kembali menjadi mata-mata yang hebat, Risa. Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak ingin kau melakukan ini lagi. Aku tidak suka melihatmu bekerja terlalu dekat dengan bahaya."
"Ini diperlukan," Risa bersikeras. "Saya yang membawanya masuk. Saya yang harus mengeluarkannya. Lagi pula, dia bukan bahaya fisik. Dia hanya seorang pria dengan flash drive."
Namun, saat mereka berbicara, Ardan tiba-tiba meraih pergelangan tangan Risa dan menariknya ke bawah meja.
"Jangan bergerak," bisik Ardan, matanya tertuju ke pintu restoran.
Risa melihat ke arah pintu. Masuklah dua pria bertubuh besar, mengenakan jas mahal, yang tampak seperti pengawal. Di belakang mereka, berjalan seorang wanita paruh baya yang sangat anggun dan berwibawa, mengenakan perhiasan yang mencolok dan memiliki aura kekuasaan yang mengerikan.
"Itu Nyonya Jin," bisik Ardan. "Istri dari pemilik Klan Jin. Dia tidak pernah melakukan perjalanan ke Indonesia untuk urusan bisnis. Ini berarti mereka sudah memiliki data dari Reza dan siap menyerang."
Risa merasakan adrenalin memompa. Ini bukan lagi perang kertas; ini adalah perang terbuka, dan musuh berada tepat di ruangan yang sama. Risa dan Ardan, bersembunyi di bawah meja, harus memutuskan langkah selanjutnya. Jika Nyonya Jin ada di sini, itu berarti mereka siap membuat penawaran yang menghancurkan.
Ardan menatap Risa, senyum strategis kembali di bibirnya. "Rencana kita berjalan lebih cepat dari perkiraan. Sekarang, kita harus memajukan serangan balik kita. Aku harus meyakinkan dewan bahwa Klan Jin akan mengajukan penawaran yang terlalu rendah dan tidak dapat diandalkan, dan kita harus membuat penawaran kejutan kita besok pagi."
"Bagaimana dengan Reza?" tanya Risa.
"Kita akan biarkan dia mengirimkan laporan kemenangan palsunya malam ini. Besok pagi, dia akan bangun dengan dua kabar buruk: Klan Jin telah dipermalukan, dan dia dipecat dan ditahan," jawab Ardan.
Risa mengangguk. Dia dan Ardan keluar dari bawah meja seolah-olah tidak terjadi apa-apa, melewati Nyonya Jin tanpa menunjukkan pengakuan. Mereka meninggalkan restoran dengan misi baru: memenangkan perang ini sebelum Klan Jin sempat merayakannya.