NovelToon NovelToon
Bayi Satu Milliar Milik CEO

Bayi Satu Milliar Milik CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan?

Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan—dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya.

Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja.

Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rina Sebenarnya Siapa?

Hampir saja tulang punggung Riana remuk setelah tubuhnya terhempas membentur dinding.

Alvian baru saja mendorongnya dengan kasar, tanpa belas kasih. Namun, Riana tak lagi peduli dengan rasa sakit di fisik. Sebab saat ini hatinya tengah berdarah-darah melihat keposesifan Alvian terhadap Ajela.

Dipeluk erat dan dilindungi oleh Alvian seperti sekarang adalah satu dari ribuan impian Riana yang tertunda. Sayangnya, Ajela, adik tiri sialan itu telah berhasil merebut posisi yang ia impikan sejak lama. Posisi yang membuatnya sanggup menghalalkan segala cara.

"Wanita jalang! Apa kamu pikir bisa merebut Alvian dari aku ?" pekik Riana membabi buta.

Melihat betapa lembutnya Alvian membelai punggung Ajela, membuat Riana kehilangan akal sehatnya. Ia bergerak maju dan menjuntaikan tangan demi menjangkau Ajela. Namun, Alvian sangat gesit memasang badan dan menyembunyikan wanita itu ke dalam pelukannya. Menjadikan punggung tegapnya sebagai sasaran empuk Riana.

Sementara Ajela larut dalam kebisuan. Pelukan Alvian yang erat dan ketat membuat tubuhnya tak dapat bergerak sama sekali. Ia merasakan dua sensasi yang berbeda dalam waktu bersamaan.Antara gemetar dan nyaman.

Wajahnya terbenam sempurna di lekukan leher Alvian. Setiap kali lelaki itu bergerak, dari tubuhnya menguar keharuman yang menghanyutkan. Aroma laki-laki yang jantan. Ajela bahkan dapat merasakan embusan napasnya yang hangat.

"Seret wanita gila itu keluar dari sini!" perintah Alvian, ketika beberapa petugas keamanan masuk ke ruangan itu.

Riana menjerit dan memberontak ketika lengannya dicengkram. Ia masih sempat melakukan perlawanan. Sayang, tenaganya kalah jauh dari dua pria berbadan besar itu. Tubuhnya digelandang keluar secara paksa.

Dikejauhan suaranya masih terdengar memekik dan memaki.

"Mati saja kamu Ajela! Dasar pelac*ur, perebut calon suami orang! Lihat saja bagaimana aku akan membalasmu!" Makian itu terlontar berulang-ulang hingga menghilang meninggalkan keheningan.

Ketika situasi mulai kondusif, barulah Alvian melepas pelukan. Tangannya merapikan rambut Ajela yang berantakan akibat dijambak Riana. Ujung jari telunjuknya mengangkat dagu, membuat kepala Ajela sedikit mendongak.

Amarah Alvian pun kembali menukik ketika mendapati bekas cakaran pada kedua sisi pipi Ajela yang meninggalkan garis kemerahan. Sepertinya Alvian akan menegur dengan keras pihak rumah sakit yang dianggapnya cukup lalai menjaga keamanan pasiennya.

"Apa ini perih?" tanyanya, sembari mengusap tanda kemerahan di wajah wanita itu.

Ajela tak menyahut.Kelembutan Alvian membuatnya terpaku. Terlebih posisi mereka sekarang benar-benar tak berjarak. Entah mengapa Ajela merasa tatapan Alvian kali ini sangat berbeda. Tidak lagi dingin, melainkan hangat dan lembut.

Pikiran Ajela pun dipenuhi pertanyaan mengapa Alvian mengusir Riana? Padahal Riana adalah tunangannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Entahlah. Tetapi, untuk saat ini Ajela hanya mengkhawatirkan putranya. Bisa saja Riana nekat dan menyakiti bayi tak berdosa itu.

Dalam hitungan menit, tim dokter ahli yang telah ditunjuk untuk menangani Ajela datang.

Alvian sempat menghunus tatapan mematikan ke arah mereka.

Namun, yang terpenting sekarang adalah keselamatan Ajela. Ia membopong dan membaringkan wanita itu di ranjang pasien.

"Periksa tubuhnya baik-baik!

Pastikan tidak ada luka serius!" perintah Alvian kepada 3 wanita berjas putih yang tengah bersiap untuk memeriksa Ajela.

"Baik, Tuan."

Untuk beberapa saat ketegangan melanda di ruangan itu. Tubuh Ajela diperiksa keseluruhan.

Beruntung semuanya aman. Ia tak mengalami luka selain bekas cakaran pada wajahnya.

**

**

"Lepaskan saya! Lepaskan!" Suara Riana mulai terdengar serak setelah beberapa kali menjerit. Kini ia tak ada ubahnya dengan wanita yang telah kehilangan kewarasan.

"Jangan berani macam-macam! Apalagi membuat keributan di rumah sakit!" bentak seorang petugas keamanan.

"Saya akan membuat kalian menyesal sudah memperlakukan saya seperti ini!"

Namun, segala ancaman Riana tak membuahkan hasil. Ia dipaksa duduk di dalam sebuah ruangan. Ingin melarikan diri, namun tak ada celah. Ruangan berukuran 5 meter persegi tempatnya berada sekarang sudah dikunci. Ada tiga pria berbadan besar dan bertampang menyeramkan yang menjaga.

Wanita itu merasakan lucu sekaligus mengenaskan di saat yang bersamaan. Ia adalah calon istri dari seorang Alvian Setyo Darmawan. Bisa-bisanya mendapat perlakuan memalukan seperti sekarang. Sepanjang melewati koridor rumah sakit tadi, orang-orang menatapnya heran.

"Kalian semua tidak tahu siapa saya! Calon suami saya bisa membuat kalian semua dipecat!"

Apa? Calon suami? Calon suami yang mana?

Riana merasakan dunianya seperti telah runtuh. Semua yang ia perjuangkan selama ini hancur tak bersisa.

Bukan tanpa alasan sehingga ia kehilangan akal dan nekat mendatangi rumah sakit untuk menghabisi Ajela. Beberapa menit lalu indera pendengarannya menangkap kalimat yang begitu menyakitkan keluar dari mulut Mama Veny.

"Saya benar-benar kecewa sama kamu, Riana! Teganya kamu membohongi saya selama ini!"

Riana menjambak rambut, menggigiti kuku-kukunya yang tajam dan terawat. Ia tampak sangat gelisah. Matanya yang merah melelehkan cairan bening.

Ruangan itu mendadak dipenuhi Isak tangis.

**

**

Mama Veny tampak lesu saat memasuki kamar pribadinya.

Tatapannya kosong, tubuhnya bergerak bak robot yang telah terprogram.

Kejadian yang berlangsung kurang dari 2 jam lalu itu seolah sanggup menghilangkan akal sehatnya. Memang benar bahwa dunia adalah ladangnya tipu daya.

Dengan mudahnya ia terperdaya dan memberikan kepercayaan tanpa keraguan sedikit pun.

Berniat melabrak seorang wanita bernama Ajela yang telah berusaha menjebak putranya, ia justru mendapati kenyataan lain yang lebih mengejutkan.

Sepasang matanya terpejam.

Bayangan kejadian tadi masih terekam jelas dalam ingatannya.

Flashback on

"Kenapa wanita itu mirip sekali dengan Jeng Trisha?" gumam Mama Veny, menatap seorang wanita yang tengah berjualan di pasar tradisional.

Intuisi Mama Veny menuntunnya untuk semakin mendekati wanita itu.

Dan benar! Itu memang Jeng Trisha. Wanita yang diakui Riana sebagai ibunya. Meskipun penampilannya sekarang sangat berbeda, namun Mama Veny dapat mengingat dengan jelas wajah wanita itu.

Dalam pikiran yang dipenuhi tanda tanya, Mama Veny mendekat. Ia dapat melihat ekspresi terkejut yang tergambar jelas di wajah wanita itu kala menyadari keberadaan Mama Veny di sana.

"Bisa jelaskan ke saya apa ini, Jeng Trisha?" Tanpa basa-basi Mama Veny bertanya.

Mami Trisha, pengusaha tambang yang menjelma menjadi penjual arang itu terpaku di tempat. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri. Seperti sedang mencari sebuah jawaban.

"Jeng Trisha ini siapa sebenarnya? Pengusaha tambang atau penjual arang?" tanyanya lagi.

Wanita itu menarik napas dalam. Berusaha untuk bersikap tenang sambil tersenyum getir.

"Ma-maaf, Nyonya ini siapa, ya?" tanya wanita itu, pura-pura tidak kenal.

"Sudah kedapatan, kamu masih mau pura-pura?"

"Maaf, Nyonya. Saya memang tidak kenal dengan Nyonya dan belum pernah bertemu sebelumnya."

Hembusan napas Mama Veny terdengar berat. Kedua tangannya mengepal sempurna. Bibirnya menipis saking geramnya.

"Tidak usah sandiwara lagi! Bicara yang sejujurnya atau saya jebloskan kamu ke penjara!"

Ancaman itu berhasil membuat lawan bicaranya gemetar. Lihatlah, dalam hitungan detik wajah wanita itu sudah pucat seperti mayat hidup. Ia langsung berlutut di hadapan Mama Veny.

"Ma-maafkan saya, Nyonya! Saya tidak berniat menipu Anda."

"Lalu ini apa namanya kalau bukan tindak penipuan! Kamu dan anak kamu, si Riana itu sudah menipu saya mentah-mentah! Penjara memang tempat yang paling layak untuk orang jahat seperti kalian!"

"Saya tidak berniat menipu Anda, Nyonya. Saya hanya diminta teman saya untuk pura-pura menjadi maminya Riana."

Dahi Mama Veny berkerut tipis. Mendapati fakta bahwa ada orang lain lagi yang terlibat dalam kebohongan mereka. Tapi siapa?

Sepertinya ia harus cari tahu lebih jauh.

"Baik, kalau begitu ikut saya sekarang!"

Pengusaha tambang palsu itu membuka mata lebar-lebar.

Kepalanya dipenuhi pertanyaan akan ke manakah Nyonya Veny membawanya.

"Ampun, Nyonya! Tolong jangan laporkan saya ke polisi.

Saya tidak bersalah!"

"Saya tidak akan laporkan kamu ke polisi. Ikut dengan saya saja!"

"Ba-baik, Nyonya. Saya akan mengatakan yang sejujurnya, tapi tolong jangan jebloskan saya ke penjara."

Akhirnya, sebuah kafe tak jauh dari pasar tradisional itu menjadi pilihan Mama Veny untuk mengungkap segalanya. Ia sudah duduk berhadapan dengan wanita penipu itu.

"Siapa yang menyuruh kamu melakukan semua ini?"

Wanita itu masih menunduk.Tak berani mengangkat kepala. " Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau tindakan saya sudah merugikan Nyonya. Nama saya Sumarni, dan yang menyuruh saya menyamar adalah ibunya Riana, namanya Nana."

Detik itu juga jantung Mama Veny seperti akan berhenti berdetak. Seluruh tubuhnya terasa panas. Memikirkan kebohongan Riana selama ini. Riana ternyata hanyalah anak pembantu yang bekerja di rumahnya.

Mama Veny baru sadar, ternyata selama ini dirinya telah ditipu mentah-mentah dengan modal kepercayaan.

Ia cepat-cepat menghubungi Riana dan meminta untuk bertemu di tempat itu. Riana yang masih dalam perjalanan ke kantor itu langsung putar arah. Mengikuti keinginan sang calon mertua meskipun sedikit bertanya-tanya, karena mereka baru saja bertemu.

Tak sampai 15 menit, Riana sudah tiba. Awalnya ia melangkah dengan penuh percaya diri.

Senyum mengembang sempurna di bibirnya.

"Ada apa, Mah?" Alisnya sempat berkerut menatap seorang wanita yang tengah duduk dalam posisi membelakanginya.

"Mulai detik ini saya tidak mau mendengar kamu memanggil saya mama!"

Bukannya menyambut dengan hangat seperti biasa, Mama Veny malah menyambut Riana dengan bentakan. Wanita itu sempat terdiam selama beberapa detik.

"Ma-maksudnya, apa, Mah?"

"Jelaskan ke saya siapa wanita ini!"

Kala wanita bernama Sumarni itu menolehkan kepala, bola mata Riana membeliak seketika. Riana menunjukkan reaksi terkejut yang sama.

"Jawab! Kenapa kamu diam saja! Kamu pasti tidak menyangka bagaimana mami palsu kamu ini bisa ada bersama saya, kan?" Bentak Mama Veny.

Kedua tangan Riana saling meremas. Terlihat jelas takut dan gugup. Ia bahkan tak berani lagi mengangkat kepala untuk menatap Mama Veny. Tamat sudah semua sandiwara yang dimainkan dengan baik selama ini.

"Tega ya, kamu membohongi saya selama ini. Mengaku sebagai anak pengusaha tambang, nyatanya mami palsu kamu ini seorang pedagang arang! Dan bagaimana bisa kamu mengakui ibu kandung kamu sendiri sebagai bekas pembantu di rumah kamu?" Tanpa ragu Mama Veny membongkar semua tipuan Riana tepat di hadapan wanita itu.

Semakin pucat saja wajah Riana. Mama Veny dapat melihat betapa wanita itu tengah ketakutan.

Mama Veny menarik napas dalam demi mengurai amarah yang menguasai hati dan pikirannya. "Mulai sekarang lupakan niat saya untuk menjodohkan Alvian dengan kamu! Saya tidak sudi punya menantu pembohong dan penipu seperti kamu!"

Bersambung ~

1
tina
lanjut kak
aRwanA
qsi ajela parnuan dah seharusny bawa ke psikiater thor kekny si ajela traumA,ni juga ngapain si riana malah di buay dekt sma ajela ,awas dia bis celakai ajela kapan2
tina
lanjut kak
Lina
aaaa Thor kurang ,gak kerasa saking seru nya
S.gultom: sabar ya kak, saya usahakan dauble update 🙏🙏
total 1 replies
Mitha Ali
baguuuussss
aRwanA
waw bNyak thor bBya bacanya jadi seneng
S.gultom: semangat bacanya ya💚💚
total 1 replies
aRwanA
ayo alvian cepat ketemukan tu dah ada laki2 yang ngincer loh wkwk,kli gak gercep kau bakal kehilangan tu anak sma ajela,syukurin tu mamaya terlalu sombong pang ih
Novansyah
lanjut kk kalau update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab
S.gultom: sabar ya kak🙏🙏, saya akan mencoba update Sampai 4 bab ya kak🙏, makasih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
aRwanA
mamamu tu egois walupun ankmu nnti juga di pandang drajat lagi mana mau ngaku wkwk,,kecuali si ajela anak orng kaya yakin dah diterima sma mMami🤣🤣🤣
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Rini Kuswanti
crita nya bagus JD sy baca LG meski prnah baca di novel sebelah
aRwanA
bagus lebih baik ajela pergi roh mamanya alviab juga gak setuju dia teelalu memandang deajat seseorng biarkan ajela memulai usaha biar meeeka menyesal
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Nira Sakharina
bagus sih alur ceritanya
S.gultom: makasih kak, jangan lupa dukung novel ini ya kak💚, agar author selalu semangat ❤️❤️
total 1 replies
tina
lanjut
Lina
lanjut ceritanya bagus
Lia puspita sari
Luar biasa
Warsini Sini
bagus dan bikin gemes
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!