Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Labrak
"Jika kau menyakiti sahabatku sama saja kau juga telah menyakitiku."
"Kamu harus liat ini," seseorang yang memperlihatkan hpnya hasil potretnya.
Saat melihat foto itu, ia langsung memukul meja dengan keras dan membuat seruangannya terkejut.
Tak...tak
"Dia mau main main sama saya. Tunggu saja aku akan buat kamu tidak nyaman kuliah di sini," ucapnya dengan geram
*** Ruangan Lily***
Pagi yang menjelang siang, semua di dlm ruangan sangat bosan dgn mata kuliah yang dibawakan dosen, ada yang menguap, ada yang memperbaiki dandanannya, yang duduk di bagian belakang pun ada yang tertidur dan hanya orang yang duduknya di depan memperlihatkan dosen.
Begitu pun dengan Lily sangat bosan berada dalam ruangan itu tapi dia tetap memperhatikan dosennya. Ia melirik ke arah Wina dan Hesti, Hesti memperlihatkan dosennya dan sesekali memeriksa ponselnya, sedangkan Wina sedang bercermin membenarkan posisi jilbabnya.
"Husst...husst, Hes...," panggilnya Lily dgn membisik agar dosennya tidak mendengarnya.
"Hmm... kenapa?" Tanya Hesti tanpa menatap Lily.
"Temani aku ke toilet, yuk!" Ajak Lily yg matanya mengawasi gerakan dosennya agar tdk melihatnya.
Hesti hanya mengangguk
Lily pun meminta izin di dosennya dan menuju ke toilet.
"Ke toilet nih?" Tanya Hesti sedikit senyum melihat ke arah Lily.
"Iya, kamu kira aku pura pura minta izin ke toilet?" kembali bertanya sambil menatap dgn lekat.
"Hmm...ya, kamu 'kan sering gitu?" jawabnya Hesti sambil tertawa.
Tidak sadar, mereka sudah sampai di depan toilet. Ia pun masuk Hesti hanya menunggu di depan toilet yang di masuki Lily. Untuk mengurangi kebosanannya menunggu Lily, ia mengeluarkan hpnya di sakunya tidak lama kemudian Lily keluar juga, saat mereka keluar dari toilet, ia berpapasan dgn orang yang tidak asing lagi. Victoria dan sahabatnya.
"Hoo, ternyata ada cewek gatel di sini," Sindirnya Victoria sambil memasang wajah jijik melihat Hesti.
"M-maaf, kak. Maksud kakak apa ya?" Tanyanya Hesti tidak mengerti ucapan Victoria.
"Vic, ternyata dia pintar juga dramanya, nanti kita adakan lagi pentas drama, pasti dia lagi juaranya," tambahnya Siska sambil senyum tidak suka.
"Iya, dia pintar sangat pintar drama, Apa aku perlu perjelas? Pekiknya Victoria sambil melipat tangannya di dada.
"Aku benar benar tidak mengerti kak" jawabnya Hesti sambil menunduk.
"Emng teman saya salah apa sama kakak? Tanyanya Lily tidak terima di bentak dan di fitnah seperti itu karena Lily tau betul sifat Hesti bagaimana.
"Oh temannya belain, kalian tuh sama sama gatel deketin Randy. Randy itu milik aku, enggak ada yg bisa deketin selain aku," pekiknya Victoria menjudge Randy sebagai miliknya.
"Jadi masalah cowok...," ucap Lily menjeda kata katanya dan melirik Hesti yang masih menunduk menahan nangis.
"K-kak Randy cuman bantuin aku, tidak lebih" ucapnya Hesti ketakutan karena dia tidak pernah di bentak sebelumnya.
"Ihh... Kamunya aja yang gatel dan tdk punya malu...," ucapnya Victoria dgn nada mengejek ke arah Hesti.
"Sudah tau Randy ada yang punya masih aja deketin," sambungnya Victoria.
" Emng kakak pacarnya kak Randy? Tanya Lily sambil menaikkan alisnya sebelah.
"Randy itu calon pacar aku, jadi jangan berani berani kalian deketin dia. Kalau aku liat, kalian deketin Randy lagi. Aku buat kalian tidak betah di kampus ini," ucapnya Victoria peringatkan Lily dan Hesti.
"Denger tuh, JAN- GAN DE-KATIN," ejanya Siska dan memperjelas kata Victoria.
"Hahaha... calon pacar? Sadar diri kak, baru juga calon pacar. Jadi, belum jadi pacar," ledeknya Lily menganggap itu lelucon.
Hesti yang melihat Lily tertawa cuman geleng geleng kepala. Dia tidak ada takut takutnya dgn orang seperti Victoria.
"Vic... Dia ketawa loh, masa dia nggak takut sama kita," ucapnya Siska sambil heran melihat Lily tidak ada takut takutnya pada Victoria.
"Biar aja dia ketawa sepuasnya, nanti juga dia juga memohon mohon sama kita," ucap Victoria sambil sedikit tersenyum.
"Males ladenin kalian berdua, cuman buang buang waktu," ucapnya Lily yang acuh dgn tingkah Victoria.
"Yuk! Hes... kita ke kelas aja," ucapnya Lily sambil meraih tangan Hesti dan meninggalkan Victoria, Hesti hanya mengikuti Lily di belakang tanpa mengucap satu kata pun.
Lily dan Hesti menuju ke ruangannya kembali dan mendapatkan dosennya mau pamit untuk keluar karena materi yang disampaikan sudah selesai. Jadi, Lily dan Hesti langsung masuk di dalam ruangan.
" Wina yang melihat mereka datang dan heran karena mereka lama ke toiletnya.
"Hey... Sini kalian berdua," panggilnya Wina dgn nada yg lumayan tinggi karena suaranya menggema di sudut-sudut ruangan.
"Kalian ke toilet atau ke Madinah sih? Lama amat," tanyanya Wina dgn heran melihat Lily dan Hesti bergantian.
"Ke toilet lah, emng kenapa? Tanyanya Lily mengerutkan dahinya.
"Dosen yang tadi nanyain kalian berdua gara gara kalian lama amat ke toilet," ucapnya Wina.
"Tadi pas mau ke sini, Ehh... Ketemu sama nenek lampir," jelasnya Lily yang memperhatikan Hesti yang melamun di luar jendela ruangan.
"NENEK LAMPIR? Nenek lampir siapa?" ucapnya Wina heran mendengar kata nenek lampir.
"Kamu ingat 'kan waktu di cafe yang marah marah sama pelayan," jelasnya Lily yang mengingatkan Wina waktu itu.
"Oh iya, aku ingat... Aku ingat," ucapnya Wina memangguk anggukan kepalanya.
"Emang dia kenapa lagi? dia gangguin kamu? Tanyanya kembali Wina yg penasaran dan khawatir.
"Hmm.. Dia tadi marah marah dan memperingangatkan ke kita kalau kita jauhin kak Randy," jelasnya Lily kembali.
"Katarak tuh mata nenek lampir, kita 'kan nggak deketin kak Randy," Belanya Wina yang tidak merasa deketin kak Randy.
Lily melihat ke arah Hesti yang sedang melamun,
"Hes... Kamu nggak papa kan?" sapanya Lily ke Hesti yang masih tetep melamun tapi Hesti tdk merespon sapaan dari Lily.
"Hes...hes," sapanya kembali sambil menghampiri Hesti dan memutar posisi duduknya ke dekat Hesti.
"Ha? Kenapa?" ucapnya dgn kaget, seketika lamunannya terhenti beralih menatap Lily dgn kosong.
"Mikirin yang tadi ya?" Tanyanya Lily sambil memegang pundak Hesti.
"Iya, emang aku serendah itu ya? Padahal aku cuma minta bantuan sama kak Randy," tanyanya dengan sendu tanpa menatap Lily.
"Hesti kenapa Li?" Tiba-tiba Wina bertanya karena melihat beda hari ini semenjak dari toilet.
"Gara gara nenek lampir yang tadi," ucapnya Lily singkat.
"Kita samperin nenek lampir sekarang, saya tidak terima kalau sahabat saya di sakitin," ucapnya Wina dengan wajah serius, Wina tidak menerima kalau itu berhubungan dengan sahabatnya.
"Santai, Win. Aku nggak papa kok," ucapnya Hesti yang berusaha menutupi kesedihannya.
"Yakin nggak apa apa kan? Tanyanya kembali Wina.
"iya," jawabnya singkat dan tersenyum walau senyuman itu terlihat terpaksa.
"Udah dong lamunannya, jangan sedih lagi," ucapnya Wina yang bermaksud menghibur Hesti.
"Nih nggak sedih lagi," ucapnya Hesti sambil tersenyum.
"Bagaimana kalau kita ke kantin, atau kita nge- mall aja? Mumpung mata kuliah hari ini nggak ada," ajaknya Wina.
"Emang di traktir? Tanyanya Lily sambil melirik ke Wina.
"Bayar sendiri. Aku aja belum ada yang nafkahin. Nanti kalau ada nafkahin baru aku traktir krupuk yang di jual di kantin," kekehnya Wina dan diikuti dgn Lily dan Hesti.
"Sama aja Bambank!" ucapnya Lily sambil tertawa.
"Nah gitu dong ketawa," kata Wina yang tersenyum melihat sahabatnya tersenyum lagi.
"Makasih ya kalian selalu ada di samping aku kalau aku dlm masalah," ucapnya Hesti dengan mata membengkak.
"Itu lah artinya sahabat," kata Lily yang bahagia sambil memeluk Hesti.
"Kok aku nggak di ajak pelukan," irinya Wina cemberut.
"Udah sini aja," ucapnya Lily