Diculik Cinta

Happy Reading...

******

"Ayo, ikut!" Alex menarik tangan Aliya menuju panti jompo milik Tuan Edi.

"Iya tunggu sebentar," Aliya berusaha meraih kentang goreng yang masih tersisa di atas meja saat Alex menarik tangannya menuju mobil di depan restoran.

"Aku tadinya berharap kalau kau akan menarik tangan ku, bukan dia..." lirih Ruby menatap Alex dan Aliya yang menjauh pergi seraya membereskan meja tempat Alex tadi.

***

Sesampainya di panti jompo, para lansia sudah berada di halaman sambil mengemasi barang-barang mereka dari dalam. Alex langsung mencari Tuan Edi di kerumunan lansia itu.

Begitu ia menemukannya, Pria paruh baya itu langsung memeluk Alex.

"Maafkan aku Alex, aku tak bisa menjaga wasiat kakekmu," ucapnya sambil menangis.

"Ada apa ini? kenapa mereka sampai mau menghancurkan rumah kakekku?" tanya Alex.

"Kupikir Brian membawa surat rumah ini untuk berjudi dan dia menggadaikannya," tangisnya.

"Brian? kurang ajar kau!" geram Alex sambip mengepal tangannya.

Aliya terlihat berusaha menenangkan para lansia yang menangis di halaman rumah jompo itu.

Alex menemui pihak yang akan menghancurkan rumah tersebut.

"Beri kami waktu satu minggu, aku akan menemui Bos-mu," ucap Alex pada pria berkacamata hitam itu.

"Pemilik rumah ini adalah Nona Marie, dia akan membangun pusat perbelanjaan di sini," ucapnya.

"Nona Marie pemilik SW Skincare itu?"

"Iya anda benar," jawabnya.

"Berikan aku nomor ponselnya!" pinta Alex.

"Maaf aku tak bisa menyerahkan..."

Tiba-tiba ponsel Alex berbunyi. Seorang pria bernama Kalia menghubunginya. Alex ingat pria bertubuh gemulai yang ia temui di tempat audisi tadi bernama Kalia.

"Apa ini nomor Alex?" tanya pria di seberang sana itu.

"Ya, aku sendiri, ada apa ya?"

"Selamat ya kau maju ke tahap akhir, Nona Marie ingin kau mengikuti audisi selanjutnya, besok datanglah pukul sembilan pagi," ucapnya.

"Apa bisa aku menemuinya sekarang?" tanya Alex.

"Tunggu sebentar, aku tanyakan dulu ya..."

"Berikan ponselmu padanya, aku ingin bicara tentang panti jompo milik Tuan Edi!"

"Tapi..."

"Berikan padanya!" seru Alex.

Tak berapa kemudian, Nona Marie menyapa Alex dari seberang sana. Alex menjelaskan mengenai bangunan panti jompo yang hendak diratakan esok hari. Alex meminta tenggat waktu sampai ia bisa melunasi hutang untuk mengembalikan panti jompo ini lagi.

"Hmm... baiklah, besok datanglah kesini, tak ada lagi audisi untukmu langsung saja kau tanda tangani kontrak ekslusif denganku, dan kita bicarakan mengenai kelangsungan hidup para lansia itu," ucap Nona Marie dan Alex menyetujuinya.

"Ini sang Nyonya Besar ingin bicara denganmu," ucap Alex menyerahkan ponselnya pada si pria berkaca mata hitam itu.

Akhirnya para lansia bisa kembali ke dalam rumah lagi untuk sementara ini. Meski kecemasan masih mendera mereka, namun Alex berusaha membuat para lansia itu tertawa lagi dan saling bercanda, bercerita.

Aliya mengamati wajah Alex yang makin terlihat tampan kala senyum tulus penuh keceriaan itu hadir di sana.

"Apa kau pacar Alex?" tanya Tuan Edi mengejutkan Aliya yang sedang membayangkan adegan romantis bersama Alex.

"Astaga, Tuan... kau mengejutkanku," sahut Aliya.

"Kau pacarnya Alex?" tanya Tuan Edi lagi.

"Ummm aku sih maunya jadi pacarnya, tapi... Aku belum tau perasaanya padaku," ucap Aliya.

"Kurasa dia menyukaimu, lihat saja Alex selalu memandang ke arahmu meskipun ia berbicara dengan orang lain," ujarnya.

"Ah, Kakek, kau bisa saja, kau membuatku, malu hihihi..."

"Siapa yang menyuruhmu memanggilku kakek?"

"Oh... maafkan aku," lirih Aliya seraya menundukkan kepalanya.

"Hahahaha... Aku memang sudah kakek." Tuan Edi menepuk bahu Aliya membuat gadis itu meringis sakit.

"Nak, kau jaga Alex untukku, ya. Seperti dia menjaga kami di sini," ucap Tuan Edi.

"Apa kalian membicarakanku?" tanya Alex yang tiba-tiba hadir di belakang Aliya.

"Nah, kalian ku tinggal dulu, ya." Tuan Edi langsung merasa tak enak pada Alex lalu meninggalkannya.

"Apa dia membicarakan tentangku?" tanya Alex menunjuk dirinya sendiri.

"Ih... percaya diri sekali Anda. Eh bagaimana bisa kau meyakinkan pemilik untuk mempertahankan panti jompo ini?" tanya Aliya.

"Ternyata lagi-lagi takdir membawaku berurusan dengan Nona Marie," sahut Alex.

"Apa? Jadi dia pemilik rumah ini sekarang?" pekik Aliya.

"Ih... benar-benar menggemaskan."

"Besok aku harus ke kantornya, dia bilang aku harus menandatangani kontrak ekslusif untuk menjadi modelnya," ucap Alex.

"Wah, bagus kalau begitu, aku sudah tak sabar membayangkan masuk ke kantornya lalu mencari dokumen kepemilikan perusahaan Ayah," Aliya menerawang sambil menatap langit di halaman belakang itu.

"Apa kau mulai menyukai pekerjaanku sebagai pencuri?" tanya Alex seraya menoyor dahi Aliya.

"Hei kau ini sakit tau! Lagipula, bukankah aku sudah belajar menjadi pencuri, ya kan?"

"Maksudmu?" tanya Alex tak mengerti.

"Iya aku sudah belajar menjadi pencuri, pencuri hatimu, eyaaaaaa..." Aliya menertawakan ucapannya sendiri.

Entah kenapa Alex tiba-tiba tersenyum senang mendengar pernyataan Aliya meski ia coba tutupi dengan senyuman sinis.

"Tuh kan, kau menyukaiku, buktinya kau tersenyum," ucap Aliya menunjuk Alex.

"Halah...jangan mimpi!" Alex menepis tangan Aliya.

"Hmmm hati-hati lho dengan ucapanmu, oh iya hatimu yang sudah kucuri, kupastikan tak akan aku kembalikan lagi," ucap Aliya lalu memalingkan wajahnya, meninggalkan Alex, dan bergabung dengan para nenek yang sedang merajut. Sesekali Aliya melirik ke arah Alex. Bahkan gadis itu dengan gemasnya menjulurkan lidahnya mengatai Alex.

"Kenapa gadis idiot itu jadi menggemaskan seperti itu, sih..."

******

To be continue...

See you next chapter.

Jangan lupa vote, like, komen dan rate bintang lima.

Bantu promote ke semua teman-teman kalian semua ya ajak mampir...

Thank you sayang-sayangnya Vie...

Love you all 😘😘😘