NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Tidak Akan Mencari

Malam hari, Revan dan keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga. Suasana tampak tenang sampai salah seorang pelayan datang dengan sopan.

“Maaf, Tuan, Nyonya. Di luar ada orang tua Nona Celin,” ucap pelayan itu hormat.

“Suruh mereka masuk,” jawab Miranda singkat.

Revan yang tadinya ingin membicarakan rencananya kepada orang tuanya, bahwa besok malam ia berharap mereka datang ke rumah keluarga Eliana untuk melamar gadis itu mengurungkan niatnya. Revan ingin tau lebih dulu maksud kedatangan orang tua Celin.

Tak lama kemudian, sepasang suami istri memasuki ruangan. Miranda menyambut dengan ramah, berbeda dengan suami dan ibunya yang hanya menatap tanpa ekspresi.

“Silakan duduk, Dian, Johan,” ucap Miranda dengan nada lembut.

Revan hanya menampilkan wajah datar, tanpa senyum. Suasana ruang keluarga mendadak hening.

Beberapa saat kemudian, ayah Celin membuka suara. “Kedatangan kami ke sini ingin meminta maaf atas apa yang telah putri kami lakukan. Kami sudah berusaha mencari Celin, tapi sampai sekarang belum menemukan keberadaannya.”

Revan hanya mengangguk kecil, tanpa banyak reaksi.

Kini giliran Dian yang bicara dengan nada memohon. “Nak Re, apa kamu sudah mencoba mencari Celin? Tante pikir kalau kamu yang mencari, pasti dia akan ditemukan. Anak buahmu kan banyak, mereka pasti bisa melacaknya.”

Revan menatapnya tenang. “Maaf, Tante. Kepergian Celin adalah keputusannya sendiri. Apa pun alasannya, saya tidak akan mencarinya.”

Dian menatap Revan tak percaya. “Lalu bagaimana dengan pertunangan kalian? Apa sebaiknya diundur sampai Celin kembali?”

Revan menarik napas pelan. Ia tahu, inilah saat yang tepat untuk mengutarakan keputusan yang sudah ia ambil.

“Soal pertunangan itu, tidak perlu Tante pikirkan. Karena pertunangan tetap akan berlangsung,” ucap Revan mantap.

Miranda menatap tajam, suaranya meninggi. “Maksudmu apa, Revan?”

“Seperti  yang Mama dengar,” jawab Revan tenang. “Pertunangan akan tetap diadakan. Besok malam, Revan mohon Papa, Mama, dan Nenek datang ke rumah calon tunangan Revan untuk melamarnya secara resmi. Setelah itu, acara pertunangan akan dilangsungkan sesuai rencana.”

Johan langsung menatap tajam. “Secepat itu kamu menemukan pengganti Celin? Jangan-jangan kepergian Celin karena kamu berselingkuh!”

Revan tersenyum tipis. “Terserah Om mau berpikir apa. Tapi saya tidak pernah melakukan hal yang Om tuduhkan. Kali ini, saya hanya mengikuti kata hati saya.”

Ia kemudian menoleh pada ayah dan neneknya. “Bagaimana, Pa, Nek?”

Surya, menatap anaknya lekat-lekat sebelum akhirnya berbicara. “Kalau kamu sudah yakin dengan pilihanmu, Papa akan mendukung. Besok malam, Papa akan ikut melamar wanita pilihanmu.”

Sonya ikut menimpali dengan senyum tipis. “Nenek juga akan ikut. Nenek ingin melihat langsung siapa wanita yang berhasil membuat cucu Nenek yakin seperti ini.”

Mendengar itu, wajah Johan dan Dian langsung berubah. Ada rasa kecewa sekaligus marah yang mereka tahan. Pertunangan yang seharusnya menjadi ikatan antara keluarga Wijaya dan keluarga mereka kini batal begitu saja, dan lebih menyakitkan lagi, posisi putri mereka seolah digantikan dengan mudah.

Melihat raut kesal di wajah mereka, Surya angkat bicara. “Maaf, Johan, Dian. Kali ini kami tidak bisa memaksa Revan. Dia sudah punya pilihannya sendiri.”

Belum sempat keduanya menjawab, Sonya menimpali cepat, “Dan lagipula, kenapa anak kalian harus kabur segala?”

Suasana kembali tegang. Miranda hanya diam. Ia tahu keputusan suami dan ibunya sudah bulat mendukung Revan, tapi diamnya bukan berarti setuju. Di dalam hatinya, ia masih belum bisa menerima pilihan anaknya yang tiba-tiba.

Tak lama kemudian, Johan dan Dian berdiri. Tanpa banyak bicara lagi, mereka berpamitan dengan wajah kecewa dan langkah berat.

Miranda yang sedari tadi hanya diam akhirnya tak mampu lagi menahan diri. Suaranya terdengar tegas namun juga sarat emosi.

“Apa kamu benar-benar yakin dengan pilihanmu, Re? Apa kamu tahu siapa wanita itu dan bagaimana keluarganya?”

Revan menatap lembut ke arah ibunya, namun nada suaranya terdengar tegas.

“Mama tidak perlu khawatir. InshaAllah, pilihan Revan kali ini jauh lebih baik daripada pilihan Mama.”

Jawaban itu membuat Miranda terdiam beberapa saat. Ia menarik napas panjang, berusaha menahan gejolak dalam dadanya.

“Mama hanya ingin yang terbaik untukmu, Re. Kamu harus memiliki pasangan yang sepadan dengan keluarga kita. Dan Celin… dia jauh lebih pantas.”

Sebelum Miranda melanjutkan, Surya segera bertanya pada Revan agar Miranda tidak lagi membahas masalah Celin.

“Re, bagaimana dengan seserahan untuk besok? Apakah semuanya sudah disiapkan?”

Revan menoleh ke arah ayahnya dan menjawab dengan tenang.

“Sudah, Pa. Revan sudah meminta Dion untuk mengurus semuanya.”

Ia sempat berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada serius.

“Dan ada satu hal lagi yang ingin Revan sampaikan. Revan berencana memberikan separuh dari saham perusahaan Revan kepada calon istri Revan nanti.”

Ucapan itu sontak membuat Miranda membelalakkan mata. Suaranya meninggi, penuh amarah dan ketidakpercayaan.

“Yang benar saja kamu, Revan! Baru saja mengenal wanita itu, sekarang kamu sudah mau memberikan separuh sahammu? Sudah jelas, dia pasti hanya menginginkan hartamu!”

“Mama, dengarkan dulu penjelasan Revan.” sela Surya cepat.

Namun Miranda memotong dengan tajam.

“Penjelasan apa lagi? Mama tidak setuju! Wanita itu pasti sudah merencanakan semuanya. Belum menikah saja sudah berani menerima sahammu!”

Revan menatap ibunya dalam-dalam. Nada suaranya kali ini lembut, tapi penuh keyakinan.

“Ma, tolong dengarkan Revan. Soal saham ini murni keinginan Revan sendiri. Tidak ada paksaan dari siapa pun. Revan hanya ingin memberikan sesuatu sebagai bentuk tanggung jawab dan keseriusan. Untuk kali ini, biarkan Revan mengambil keputusan sendiri.”

Surya kemudian berbicara lebih tegas.

“Putra kita sudah dewasa, Mira. Selama ini dia selalu menuruti keinginanmu. Tapi sekarang, biarlah dia menentukan arah hidupnya sendiri.”

“Tapi Pa...”

“Tidak ada tapi-tapian!” potong Surya cepat. “Besok kita akan pergi melamar wanita pilihan Revan. Sudah cukup, Mira. Kamu terlalu sering mencampuri urusan yang seharusnya menjadi keputusannya sendiri. Jangan hanya karena kamu menuruti egomu, kamu menutup mata terhadap apa yang dilakukan wanita pilihan mu. Dan mengorbankan perasaan anak mu sendiri.”

Miranda terdiam. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras menahan perasaan campur aduk antara marah, kecewa, dan tidak rela. Revan memandangi ayah dan neneknya dengan rasa lega. Akhirnya, sebagian besar keluarganya mendukung. Ia tahu, perjalanan untuk membuat ibunya menerima Eliana masih panjang.

“Terima kasih, Papa, Nenek... Kalau begitu, Revan mau ke kamar dulu. Revan ingin istirahat,” ucapnya sopan sebelum berlalu.

Nenek Sonya hanya mengangguk lembut.

“Baik, Revan. Istirahatlah. Besok hari besar untukmu.”

“Iya, Re, Papa juga mau ke kamar. Kita lanjutkan pembicaraan besok,” timpal Surya.

Setelah semuanya masuk ke kamar masing-masing, kini hanya Miranda yang tertinggal sendirian di ruang keluarga. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar detak jam dinding dan desahan napasnya sendiri.

Ia menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup Revan. Senyum sinis perlahan muncul di bibirnya.

“Baiklah... kali ini aku akan diam dan mengikuti kehendak kalian” gumamnya pelan. “Tapi lihat saja nanti... aku akan pastikan wanita itu pergi dengan sendirinya.”

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!