Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Abiyu dan Dea
“Abisatya?’’
“Ma, please! Jangan lagi mama panggil aku dengan nama itu. Panggil aj biyu.’’ ucap Abiyu memelas.
“Maaf nak.’’ balasnya menunduk.
Jika sudah begini Abiyu jadi merasa bersalah pada sang mama. Bukannya bermaksud marah pada mama nya, hanya saja panggilan Satya itu Papa nya lah yang menyematkan dan Abiyu tak ingin satu pun pemberian papa nya di gunakan termasuk nama.
Begitu dalam luka yang di rasakan pria ini. saat Dia bersekolah di SMA, tiba-tiba saja sang papa membawa perempuan di rumah nya dan mengenalkan sebagai isteri muda. Rna lebih mencengangkan lagi, Wanita itu mantan pacar papa nya dan telah memiliki anak di luar nikah yang seumuran dengannya. Sang papa berharap Abiyu akan menerima dengan laoang dad, ternyata pria ini begitu keras, hingga memutuskan pergi dari rumah dan kembali ke rumah Opa di kota. Di sini lah mereka sekarang, di rumah peninggalan Opa Mahendra.
Nama Abiyu sebenarnya adalah, Abisatya Mahendra atmojo. Karena sakit hati dan marah Abiyu mengubah total nama nya kecuali nama opa nya. Dia mengubah nama menjadi Abiyu Husein Mahendra.
Abiyu sudah lama sang mama untuk berpisah saja dari papa gila serakah nya itu. Sudah menikah lagi dan dengan tak tau malu nya malah membiayai istri muda dan anak nya dari hasil perkebunan opa nya. Makin mendidihlah emosi pria ini.
Kini Dia tak kan tinggal diam lagi. Akan di balas perlakuan papa dan keluarga Ibu tirinya itu. Abiyu sudah menyusun semua rencananya, hanya tinggal menunggu waktu yang pas saja.
🩵
Saat ini Ibu dan anak itu sedang bercengkrama di ruang keluarga. Mama Dian menceritakan tentang anak angkat nya dan Abiyu hanya menyimak saja. Mereka sambil minum dan makan cemilan juga. Mama Dian di rumah tinggal bersama keponakan nya.
“Mama pengen benget kamu menikah nak. Usia kamu juga sudah sangat pas untuk menikah. Lihatlah teman mu yang lain, mereka ada yang sudah punya anak.
“Ma, kenapa selalu bahas itu Mulu sih?! Oh ya ma, kapan kita liburan lagi? Udah lama kek nya nggak liburan.’’ Abiyu mengalihkan pembicaraan.
“Kamu selalu saja begitu. Kalo ngobrol soal menikah kamu pasti langsung mengalihkan topik.’’ mama Dian menepuk bahu anaknya. Abiyu hanya tertawa.
“Oh iya, bagaimana kabar Tiara nak?’’ tanya mama.
“Alhamdulillah ma, anak itu sudah mulai mengerti jika papa nya sudah nggak akan kembali. Aku kasian sekali rasanya ma, anak sekecil itu harus kehilangan papa nya.’’ jawab Abiyu sedih.
“Kamu jangan terlalu memanjakan Dia Bi. Nanti Dia bergantung pada mu, mama nggak mau ya kamu menikah dengan Monica.’’ balas mama Dian serius.
“Mama mikir nya kelewat jauh. Aku sama Monica hanya temanan ma. Kami berteman sudah dari SMA.’’ Abiyu menggeleng kepala akan pikiran mamanya yang malah salah faham.
“Kamu sih iya. Monica nya gimana? Apalagi Dia sekarang janda, tentu kesepian. Mama bukannya membenci Dia, hanya kurang sreg sama sikap nya yang menye-menye itu.’' ucapnya khawatir sekali memang.
“Mama mama, ini nih yang bikin mama anemia. Mama selalu mikirin hal yang tidak penting begini. Ya sudah, Abi ke atas dulu ya.’’ Ujar Abi mencium kening sang mama.
“Hem’'
.
Abi masuk kamarnya yang jarang di tempati. Karena memang jarang pulang. Apa lagi terkadang anak angkat mama nya sudah ada menemani jadi nya Dia tenang juga. Lagi pula Dia mengerti jika mama nya seperti mau menjodohkan nya dengan wanita yang di ketahuinya bernama Zahra itu. Dia memang anti dengan perjodohan.
Setelah mengambil Album kesayangan nya, Abi kembali ke bawah dan pamit untuk kembali ke Hotel.
“Loh, kamu nggak nginap nak?’’ tanya mama karena melihat Niko sudah rapi. Biasanya jika dirumah hanya mengenakan pakaian santai.
“Besok malam saja ya ma. Mama jaga diri, bye.’’ Abi mengecup dahi mama nya dan meninggalkan kediaman Mahendra.
.
Saat Mobil nya keluar pagar, taksi berhenti di depan pagar. Abi melihat ke arah spion, terlihat perempuan keluar taxi. Tapi dari arah belakang. Abi hanya mengedikkan bahu acuh.
Dea dan Liza berjalan di halaman. Liza berpuluh kali melongo dan hampir stroke di buat pemandangan di depan mata nya. Baru satu hari di Jakarta Dia sudah beberapa kali hampir jantungan melihat gedung pencakar langit, kini didepannya malah rumah megah dan mewah.
“I-ini rumah atau istana? Astaga aku hampir gila saat sampai di Kota. Apa pemiliknya ini menggunakan pesugihan NYI Blorong kali ya hingga kaya begini?’’ celetuk Liza yang memang tak bisa menutupi keheranannya, hingga tidak menggunakan bahasa jawanya.
“Sekali lagi kalo Lo nggak ISO meneng, langsung ku tusuk mulutmu itu dengan ini!’’ geram Dea, di tangannya terdapat duri kaktus.
“Eh sadis tenan panjenengan Iki. Aku Lo cuma bercanda. Tenanan iki’’ Liza takut juga melihat duri kaktus itu. Membayangkan di menusuk bibirnya pasti akan sudah seperti di filler saking bengkaknya.
“Bagus. Di dalam jangan banyak omong. Di tanya baru di jawab. Satu lagi! Itu mata diam saja, jangan jelalatan seperti monyet.’’ ucap Dea pelan.
“Sendiko dawuh Kanjeng Ratu’’ Liza menyatukan telapak tangannya lalu membungkuk badan.
“Cihhhh!! Dasar edan!’’ balas Dea. Liza hanya tertawa pelan.
“Assalamu'alaikum’’ Dea langsung masuk saja karena sudah biasa. Liza hanya mengikuti dari belakang. Sesekali matanya melirik sedikit keliling rumah. takut juga kembali di ulti sepupunya.
“Wa'akaikum salam, eh anak mama. Baru saja mama omongin tadi. Kamu telat sih! Abiyu baru aja pergi tadi’’ ucapnya memeluk sang anak.
“Oh ya? Hehe, Dea harus membeli kue dulu tadi. Nih kue kesukaan mama.’’ ucapnya.
Dia agak sungkan juga mau protes mama nya nyebut nama pria itu. Bagaimana pun Dea tidak mau lagi di jodohkan. Di kampung saja entah bagaimana sekarang ini.
“Makasih Lo sayang. Oh ya, ini siapa?’’ tanya Dian ke Liza.
“Saya Liza Ndoro, sepupunya Mbak dea.’’ Liza menyalami Dian dengan sopan.
“Ndoro? Hahaha, sudah seperti juragan saja saya. Panggil Tante saja ya.’’ ucap nya. Agak geli juga di panggil begitu.
“Eh iya Tante, maaf. Ini malahan lebih dari juragan. Lihat saja rumah nya ini. Rumah Ndoro Ajeng Ajeng saja kalah iki.’’ balas Liza yang sudah lupa janjinya pada Dea.
Dea langsung mendelik, menatap sengit sepupunya ini. Ada saja memang gebrakannya ini. Tidak bisa mau sedikit saja anggun.
“Kalian sudah makan?’’ tanya nya.
“Sudah ma’’
“Belum!’’
Ucap kedua nya bersamaan, tapi Liza lebih cepat sedikit. Dea langsung menatap tajam, Liza hanya menyengir.
“Ya sudah. Makan dulu sana!’’