Sandrina nekad tidur dengan pria yang dijodohkan dengan kakaknya, Bastian Helford. Lantaran kakaknya telah tidur dengan tunangannya.
Semua miliknya direnggut, dan Sandrina berjuang untuk mendapatkan kembali yang menjadi miliknya
"Dia satu-satunya milikku yang kurebut kembali"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria itu sempurna
"Kau memihak pada putrimu sekarang?" tuding Meisha yang rasanya ingin Sandrina ketawai. Bagaimana bisa kalimat kejam sang ayah disebut sebagai membela. Semuanya hanya mementingkan dirinya sendiri saja.
"Anak perempuan sialanmu itu, dia sudah merayu Bastian hingga pria itu memilihnya dan meninggalkan Odette kita," lanjut Meisha masih dengan emosi yang berapi-api
"Apa! Apa maksud perkataanmu?"
"Tanya saja sama putri sialanmu itu," jawab Meisha menunjuk pada Sandrina dengan dagunya. Pak Gery segera mendekati sang putri yang masih terduduk lemah lalu dengan kasar menarik Sandrina untuk berdiri
"Sandrina, jawab ayah. Apa kau merayu Bastian, pria kakakmu?" tanya Pak Gery yang sama sekali tidak lembut nada bicaranya
"Dari awal, Bastian tidak bisa disebut sebagai prianya kakak. Bukankah syarat perjodohan ini adalah putri dari ibuku?" jawab Sandrina yang sama sekali tidak gentar walau kerutan kekesalan mulai timbul di wajah sang ayah
"Kau, sudah ku bilang jangan pernah membicarakan hal itu!" sang Ayah berucap dengan telunjuk yang terangkat pada wajah Sandrina. Gadis itu tertawa melihat bagaimana tindakan sang ayah untuk terus menutupi kebenaran dengan kebohongannya. Sandrina merasa perih dalam hatinya. Nyatanya sampai akhir pun dia tidak ada harga dihadapan sang ayah
"Benar. Aku telah tidur dengan Bastian." akhirnya Sandrina berucap tegas setelah menguatkan diri. Dia harus berani melawan walau posisinya saat ini cukup sulit
Mata sang ayah membulat. Wajah terkejut pria paruh baya itu sama sekali tidak pura-pura dan Sandrina cukup puas melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh sang ayah
Plaakk...
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Sandrina yang bahkan masih terasa perih dengan luka yang dibuat Meisha sebelumnya. Dan kini rasa sakitnya dua kali lipat lebih sakit karena yang memukulnya adalah sang ayah, dengan ukuran tangan yang lebih besar dari wanita
"Hah! Dasar anak tidak tau diri! Kau benar-benar gila! Meisha, ambilkan gunting sekarang. Anak ini perlu diberi pelajaran!" perintah sang ayah yang dipenuhi kemarahan, dan Meisha dengan segera menjalani perintah sang suami mengambilkan gunting.
"Katakan yang sebenarnya? Apa kau akan menikah dengan Bastian?" tanya sang ayah dengan gunting ditangan. Dia sedang mengancam Sandrina untuk tidak memilih menikah dengan Bastian, atau pak Gery akan membotakkan kepala Sandrina. Begitulah selama ini dia menghukum Sandrina saat Sandrina mencoba mengatakan kebenaran kepada setiap orang yang ditemuinya. Sang ayah mencincang rambutnya hingga Sandrina tidak berani keluar karena malu
"Apa yang kau lakukan Sandrin? Memohon lah pada ayahmu sekarang, dan katakan padanya bahwa kau tidak akan menikah dengan pria kakakmu!" teriak Meisha memprovokasi saat rambut Sandrina sudah dipegang oleh sang Ayah
"Sandrina! Jawab pertanyaan ayah!" hardik pak gery menarik rambut Sandrina dan memposisikan gunting diantaranya. Siap untuk memotong rambut Sandrina.
Sandrina tidak juga menjawab. Dia hanya menunduk, menahan rasa sakit yang begitu kentara di tubuh dan hatinya. Dengan tatapan menghina yang ibu tirinya tunjukkan dan ekspresi Odette yang seperti biasa saat kemalangan menimpa dirinya. Ekspresi yang mengatakan 'aku menang'
Pemandangan penganiayaan terhadapnya yang sudah biasa, dan berakhir dengan Sandrina yang menyerah seperti biasanya. Kenapa Sandrina harus lemah seperti ini? Kenapa hidup tidak adil padanya.
"Tidak, aku tidak bisa hidup seperti ini!" kilah batinnya yang tidak lagi sanggup menerima semua rasa tidak adil ini
Sandrina memberontak tiba-tiba, mendorong sang ayah keras hingga gunting di tangan pak Gery terlepas .
"Akh.." pekik sang ayah saat tubuhnya terhuyung ke belakang dan berakhir terjatuh bersamaan dengan terlepasnya Sandrina.
"Ya ampun, sayang! Sandrina berhenti kamu!" pekik Meisha berteriak
Setelah terlepas, segera Sandrina melarikan diri keluar dari rumah itu. Tidak lagi peduli dengan teriakan orang- orang sialan itu yang memanggilnya. Kakinya terus berlari tanpa ada alas yang melapisi. Hingga akhirnya dia terhenti ketika sudah sedikit jauh dari rumahnya
Air mata yang sedari tadi ditahannya di hadapan para pemain sandiwara kini luruh berderai. Siapa yang tidak akan menangis dengan rasa sakit yang dirasanya. Sandrina memegang kepalanya yang terasa begitu sakit akibat benturan yang terjadi sebelumnya dan kemudian terkena tamparan keras sang ayah lagi.
"Eugh..." lenguhnya dalam rasa sakit ditubuhnya. Gadis itu menyentuh lengannya dimana memar pasti akan mencuat begitu dia membuka bajunya.
Sandrina tertatih ketika tetesan air langit mulai turun. Alam pun seakan merasakan sakit yang dideritanya
"Ah, kenapa harus hujan?" ucapnya lirih sembari menengadah menatap pada awan mendung, dimana didalamnya membawa air yang saat ini menetes dan mengenai wajah Sandrina
Oh Tuhan, Sandrina sudah menyerah. Dia benar-benar dihalau ke ujung jurang dan sekarang dia tidak lagi tahu kemana dia bisa melangkah jika tidak ingin terjatuh ke dalam jurang keputus asaan itu.
Air hujan yang membasahi wajahnya cukup membantu menyamarkan air mata yang tadinya berderai. Dan akhirnya Sandrina memilih duduk meringkuk di tepi jalan dibawah hujan yang mulai menderas. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Semuanya telah kacau.
Ditengah rasa sedih dan putus asanya. Sepasang kaki berdiri dihadapan Sandrina yang meringkuk tertunduk. Sandrina mendongak dan matanya membulat terkejut pada si pemilik kaki
"Ba-bastian," cicitnya pelan dengan keterkejutan yang sama sekali tidak dapat ditutupinya
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya pria itu. Sandrina tidak menjawab. Gadis itu malah semakin menunduk merasa situasinya saat ini adalah yang terburuk. Sandrina tidak mau Bastian melihatnya dalam tampilan yang mengenaskan seperti sekarang tapi apalah daya, takdir sedang bermain-main dengan nasibnya.
"Aku akan bertanggung jawab." kata Bastian kemudian sembari melepas jasnya dan menyampirkannya pada Sandrina yang terlihat kedinginan
"Apa?" sambut Sandrina dengan kebingungan tentang apa yang Bastian maksud
"Karena aku yang telah membuatmu jadi seperti ini," lanjut pria itu menjelaskan. Iya, ini semua berawal dari Bastian yang berkata ingin menikahinya alih alih Odette hingga membuat keluarga setan di rumahnya marah besar. Sandrina tercengang dengan apa yang didengarnya lalu mulai bertanya
"Bagaimana kau bisa ada disini?" tanya Sandrina yang jelas masih bingung dengan keberadaan Bastian di sini sekarang. Sedang apa pria itu di daerah sekitar rumahnya
"Aku sudah berpikir kalau akhirnya akan begini" jawab pria itu yang seakan tahu apa yang sedang terjadi dalam keluarganya
Mendengar perkataan Bastian entah kenapa membuat Sandrina merasa ingin menangis terharu. Karena Bastian lah orang pertama yang tidak meninggalkannya sendirian pada saat seperti ini setelah ibunya meninggal.
"Bastian, kau tahu? Kau benar-benar gila." ujar Sandrina lebih kepada ketidak percayaannya akan tindakan yang pria itu tunjukkan.
"Tidak buruk, mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu." itulah tanggapan yang Bastian berikan tanpa sedikitpun nada keberatan didalamnya.
Bahkan jika apa yang pria itu tunjukkan hanyalah rasa kasihan dan simpati. Dan Sandrina harus bertaruh dengan pernikahan. Pria didepannya ini sempurna untuk Sandrina.
.
.
.
untung ada si basbas yg masih peduli sama sandrina
kamu terima aja pernikahan sama basbas pasti kamu akan jauh lebih baik nanti
dan buat hancur keluarga setan itu
tdk sabar pen lihat kehancuran si tua bangka dan kluarga setan@
good bg babas👍