Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 3: AKAR KEBENCIAN
Lin Muwan merasa lebih baik setelah beristirahat semalaman. Di pagi hari yang cerah, dia bangun dengan keadaan tubuh yang sudah lumayan pulih.
Luka di bahunya hanya tinggal menyisakan sedikit rasa sakit ketika dia bergerak lebih. Tenaganya mulai pulih meski dia merasakan bahwa tubuhnya tidak memiliki tenaga dalam sama sekali.
Mungkin, dia butuh waktu untuk beradaptasi dengan tubuh barunya. Ilmu bela dirinya mungkin saja hilang karena dia menempati tubuh baru. Akan butuh waktu sampai dia memulihkan semua kemampuan bela dirinya yang telah ia latih selama bertahun-tahun.
Lin Muwan benar-benar memahami situasinya sekarang. Lin Muwan punya sedikit ingatan tentang dirinya di sini, tetapi semuanya menjadi samar sejak dia membuka matanya kembali. Dia adalah selir Pangeran Kesembilan yang dibenci hampir semua orang, Lin Muwan.
Pria kasar yang dingin yang semalam membentaknya dengan kasar dan penuh ancaman itu tidak lain dan tidak bukan adalah Pangeran Kesembilan – Murong Changfeng.
Alasan pria itu begitu membencinya adalah karena Lin Muwan adalah putri dari Marquis Yongning, Lin Yunshi yang melakukan kudeta tiga tahun lalu dan membuat ibu dari Murong Changfeng – Selir Kekaisaran Chen mati saat kudeta terjadi.
Ayah Lin Muwan dan seluruh pengikutnya sudah dihukum mati, sementara wanita dan keturunannya diturunkan statusnya sebagai budak. Saat Lin Muwan akan dikirim ke perbatasan, Kaisar tiba-tiba mengirimnya ke sisi Murong Changfeng dan menyuruh Murong Changfeng mengambilnya sebagai selir.
Menikahi putri musuh dan tinggal bersama keturunan yang sudah membuat ibunya mati, bagaimana mungkin kebencian itu tidak ada?
Akar kebencian yang tertanam di hati Murong Changfeng terhadap Lin Muwan sudah tumbuh sangat dalam dan kuat. Hanya karena keberadaan Kaisar, Murong Changfeng tidak membunuh Lin Muwan.
Hanya dari cara bicara dan cara pandangnya semalam, Lin Muwan dapat memahami karakter pria itu. Pria dingin yang memendam kebencian seperti Murong Changfeng cenderung menyimpan isi hatinya.
Dia biasanya berhati kejam dan tidak berperasaan. Orang seperti ini sangat berbahaya.
Murong Changfeng ini adalah pangeran yang cukup gemilang dalam prestasi. Dia adalah salah satu pangeran yang disukai oleh Kaisar.
Rasa hormatnya terhadap sang Kaisar, ayahnya sendiri, membuatnya menjadi seorang pangeran yang diwaspadai banyak orang. Hubungannya dengan Kaisar cukup baik meski Kaisar memaksanya menikahi putri musuhnya.
Pada masa ini, pergolakan politik sedang memanas. Perebutan kursi pewaris takhta sedang berlangsung antara para pangeran. Kaisar punya sebelas putra, tetapi hanya ada tiga pangeran yang berhasil bertahan hidup sampai dewasa.
Mereka adalah Pangeran Kedua – Murong Tianlei, Pangeran Keempat – Murong Zhiyang, dan Pangeran Kesembilan – Murong Changfeng. Pangeran Kedua dan Pangeran Keempat paling menunjukkan minat terhadap takhta dan sudah sering berselisih.
Murong Changfeng tidak menunjukkan minatnya terhadap posisi pewaris takhta, namun tidak dipungkiri jika dia juga menginginkannya.
Orang seperti ini yang biasanya punya ambisi paling besar. Dia bisa saja menyembunyikan niatnya sambil terus menghimpun kekuatannya sendiri.
Lin Muwan bergidik begitu memikirkan dirinya dipaksa terjerumus ke dalam pusaran konflik. Kenyataan bahwa dia sekarang adalah selir Murong Changfeng sudah membuatnya terempas ke dasar jurang yang sangat dalam sekali. Tidak akan mudah baginya melawan Murong Changfeng dalam posisinya yang sekarang.
“Ceritakan padaku terkait hubungan dia dengan Sheng Jiayin!”
Lin Muwan meminta seorang pelayan untuk bercerita tentang kisah lain yang mungkin dilupakan Lin Muwan. Jika tidak salah, gadis yang semalam dibawa kembali oleh Murong Changfeng adalah kekasih masa kecilnya, satu-satunya wanita yang bertakhta di hati pria itu. Sayang sekali ingatan Lin Muwan tidak memberi tahu dengan jelas mengenai kisah kedua orang itu.
Si pelayan baik hati menggangguk antusias. Kisah cinta antara Pangeran Kesembilan dengan kecantikan nomor satu di ibukota sudah jadi rahasia umum.
“Nona Sheng adalah putri tunggal Tuan Sheng Lingwen, Menteri Pertahanan. Dia dibesarkan seperti permata yang berharga. Kecantikannya nomor satu dan karakternya sangat baik. Nona Sheng dan Pangeran Kesembilan pernah belajar bersama di Akademi Kekaisaran selama empat tahun saat remaja. Mungkin sejak saat itulah Pangeran Kesembilan menaruh hati kepada Nona Sheng.”
“Lalu mengapa Sheng Jiayin tidak menikah dengannya?”
“Pernikahan para pangeran dan putri ditentukan oleh Kaisar. Meskipun mereka saling mencintai, mereka harus memiliki izin dan restu Kaisar agar bisa menikah.”
“Apa yang membuat Kaisar tidak memberikan izin menikah untuk mereka?”
Si pelayan menggelengkan kepala. Seharusnya Lin Muwan mengerti alasannya. Seorang pangeran yang menikah dengan seorang putri menteri seringkali diwaspadai.
Ayah Sheng Jiayin adalah Menteri Pertahanan, seorang pejabat militer yang berkuasa. Bagaimana Kaisar bisa tidur dengan nyenyak di malam hari jika salah satu putranya mendapat dukungan militer dari salah satu pejabatnya?
Selain itu, jika Kaisar memberikan dekrit pernikahan untuk Murong Changfeng dan Sheng Jiayin, bukankah dia akan terkesan pilih kasih?
Setiap tindakan Kaisar mencerminkan keinginan hatinya. Orang-orang akan berpikir Kaisar telah memilih Murong Changfeng sebagai pewarisnya dan mengabaikan dua putranya yang lain, yang sebenarnya sama-sama punya jasa besar di pemerintahan.
Sudut mulut Lin Muwan melengkung membentuk sebuah senyuman. Pria kasar yang dingin itu setiap hari hidup dalam kebencian karena harus menikahi putri musuhnya.
Di satu sisi, dia juga harus menahan perasaan cintanya kepada wanita yang ia cintai tanpa tahu kapan mereka akan bersatu. Perasaan ingin memiliki namun tidak berdaya itu sungguh membuat Lin Muwan bahagia hanya dalam memikirkannya saja.
Sheng Jiayin si cantik nomor satu di ibukota itu semalam dibawa kembali oleh Murong Changfeng dari dalam hutan. Usut punya usut, seseorang mengadu domba Sheng Jiayin dan Lin Muwan, memancing mereka ke dalam hutan di tengah perburuan di hutan kekaisaran. Seseorang menuduh Lin Muwan iri pada Sheng Jiayin dan ingin mencelakainya.
Mungkin pada saat itulah Lin Muwan dipanah dan pelayannya terbunuh. Memikirkan tentang kenyataan dan kejadian yang menimpanya semalam membuat Lin Muwan membunyikan tawa kecutnya. Dia benar-benar perempuan sial yang tertimpa nasib buruk menjadi selir seorang pangeran yang tidak berperasaan!
“Lebih memedulikan wanita lain dibanding selirnya sendiri, haha, ironis sekali!”
Si pelayan tidak tahu apakah Lin Muwan sedang menertawakan diri sendiri atau Pangeran Kesembilan. Dia sendiri sudah dibuat bingung atas permintaan Lin Muwan yang tiba-tiba ingin diceritakan tentang kisah dirinya, Pangeran Kesembilan, dan juga Sheng Jiayin. Si pelayan menatap Lin Muwan dengan tatapan takut dan penuh keraguan.
Jangan-jangan, selir Pangeran Kesembilan ini sudah kehilangan kewarasannya?
“Kau tidak pantas membandingkan dirimu dengannya!”
Murong Changfeng masuk ke dalam tenda secara tiba-tiba. Langkahnya tegas, matanya dipenuhi kebencian dan kemarahan.
Aura membunuh yang begitu pekat membuat si pelayan langsung mundur dan menjauh. Di dalam tenda yang luas itu, hanya tersisa Lin Muwan dan Murong Changfeng yang saling menatap dengan tajam.
Lin Muwan membuang mukanya ke samping. Sudut mulut Murong Changfeng berkedut. Pria itu mencengkram bahu Lin Muwan, menekan lukanya hingga berdarah lagi.
Darah merah merembes membasahi gaun hijau muda yang dikenakan wanita itu. Rasa sakitnya menjalar kembali ke seluruh tubuh, tapi Lin Muwan menolak untuk kalah.
Dia hanya meringis pelan dan menatap Murong Changfeng penuh ejekan. Mendapat tatapan tidak menyenangkan dari wanita yang sangat dibencinya, amarah Murong Changfeng kian membara. Semakin kuat dia mencengkram bahu Lin Muwan, semakin kuat pula tatapan mengejek dari wanita itu.
“Kau membuatnya terluka dan kau akan membayarnya!”
Murong Changfeng mendesis marah. Setiap kata-kata yang ditujukan kepada Lin Muwan berasal dari lubuk hatinya yang dipenuhi dengan kebencian.
Bayangan akan ibunya yang sekarat bersimbah darah tiga tahun lalu, dan juga bayangan akan sosok ayah Lin Muwan yang dengan dingin dan kejam menusuk dada ibunya di istana kembali datang.
Lin Muwan tidak peduli sebesar apa dendam yang dimiliki oleh pria ini. Saat ini, pria ini hanyalah seseorang yang belum bisa diprovokasi secara besar-besaran olehnya. Mengejeknya seperti ini hanyalah sebuah permulaan.
Murong Changfeng tidak akan membunuhnya untuk saat ini, sehingga Lin Muwan menggunakan kesempatan ini untuk membalaskan kemarahannya atas kata-kata kasar penuh ancaman yang dilontarkan Murong Changfeng kepadanya.
Dia adalah perampok makam unggulan dengan tingkatan teratas dalam segala aspeknya, dia benci seseorang menginjak-injak harga dirinya!
Jika saja ilmu bela dirinya pulih dan tubuhnya tidak lemah, Murong Changfeng ini sudah ia buat menjadi kepala babi!
“Apakah kau mendadak bisu?”
Tapi, Murong Changfeng tidak mendapat jawaban sepatah kata pun. Lin Muwan mengunci mulutnya rapat-rapat dan hanya menatapnya dengan penuh ejekan seperti di awal.
Murong Changfeng semakin berang dan marah. Ditekannya luka di bahu Lin Muwan hingga luka tersebut robek lagi, kemudian dihempaskannya tubuh lemah Lin Muwan hingga punggungnya membentur kepala tempat tidur.
Lalu, Murong Changfeng pergi begitu saja. Lin Muwan baru mengubah ekspresinya. Tangan kirinya dengan lemah menyentuh bahu yang terluka.
Darah merah merembes lagi bersama rasa sakit yang sangat luar biasa. Bersikap tegar di hadapan Murong Changfeng cukup sulit, usahanya hampir tidak berhasil jika Murong Changfeng tidak terpancing.
Tepat ketika dia hendak bangkit untuk memanggil tabib, sebuah benda tiba-tiba terjatuh dari bajunya. Sebuah kotak kayu persegi kecil jatuh di lantai dalam posisi terbuka.
Isi kotak kayu berupa liontin giok putih tergeletak di lantai. Lin Muwan mengambilnya, seketika perasaan akrab menghampirinya.
Ukiran liontin giok putih ini… mengapa rasanya tidak asing?
pengen getok aja tu kepala si changfeng
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama