NovelToon NovelToon
Hati Yang Terluka, Jiwa Yang Kuat

Hati Yang Terluka, Jiwa Yang Kuat

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Slice of Life
Popularitas:17.3k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

"Hati yang Terluka, Jiwa yang Kuat" adalah sebuah kisah mendalam dan emosional tentang kekuatan dan ketahanan di tengah badai kehidupan. Di tengah konflik pernikahan yang menghancurkan, Lula berjuang untuk menemukan kekuatan baru setelah dikhianati oleh suami dan sahabatnya.

Di sisi lain, putrinya, Puja, berhadapan dengan tekanan di sekolah, menghadapi dinamika persahabatan yang rumit, dan berjuang untuk mempertahankan integritasnya dalam dunia yang penuh dengan pengkhianatan. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Lula dan Puja menghadapi tantangan besar, saling mendukung dalam perjalanan mereka menuju penemuan diri dan keadilan.

Temukan kekuatan hati yang tulus dan hubungan yang menginspirasi dalam cerita ini, di mana setiap langkah mereka menuju kebahagiaan dan kebenaran adalah perjuangan yang layak diikuti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Jahat yang Digagalkan, Alvaro

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Pagi harinya, Pratama terbangun dengan perasaan kosong. Ia mengulurkan tangan ke sampingnya, namun tempat tidur di sebelahnya kosong.

Kebingungan dan sedikit panik, ia segera bangkit. "Rina?" panggilnya dengan suara serak. Tidak ada jawaban.

Pratama bergegas keluar kamar dan menemukan sebuah surat di meja samping tempat tidur. Dengan tangan gemetar, ia membuka dan membaca surat itu. Surat tersebut ditulis dengan tangan Rina.

"Pratama, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku merasa harus sendiri untuk beberapa hari ke depan. Harap kau mengerti keputusanku. Aku akan tinggal di rumah Bude. Rina."

Selanjutnya,

Hati Pratama remuk membaca surat itu. Rasa bersalah yang telah menghantuinya semakin menguat.

 "Aku benar-benar telah menyakiti orang yang aku cintai," gumamnya pelan.

Dengan langkah berat, Pratama keluar dari kamar. Ia terkejut melihat meja makan yang penuh dengan hidangan sarapan. Rina telah menyiapkan semuanya sebelum pergi. Piring-piring tertata rapi, dengan makanan hangat yang kini dingin.

Pratama menatap meja makan dengan rasa bersalah yang mendalam.

 "Aku tidak pantas mendapatkan semua ini," katanya sambil duduk di kursi. Ia menunduk, merenungkan setiap kesalahan yang telah ia buat.

Kenangan saat mereka bersama, canda tawa, dan harapan untuk masa depan kini terasa begitu jauh. Pratama tahu, ia harus membenahi semuanya, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Rina yang telah ia sakiti.

Dengan tekad yang baru, Pratama berjanji pada dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan. Namun, ia juga menyadari bahwa proses ini tidak akan mudah dan akan memerlukan waktu serta kesabaran. "Aku harus menjadi suami yang lebih baik dan ayah yang bertanggung jawab," bisiknya pelan.

Hari itu, Pratama memulai dengan membersihkan meja makan, menyimpan makanan yang disiapkan Rina, dan berdoa agar istrinya bisa menemukan kedamaian yang ia cari. Di dalam hatinya, Pratama berharap suatu hari nanti mereka bisa memulai kembali dengan lembaran baru, tanpa kebencian dan penyesalan yang menghantui.

...***...

Siang itu, Rina duduk di dalam mobilnya, mengamati Puja dari kejauhan. Matanya tajam, penuh kebencian yang membara.

"Ini saatnya untuk membalas dendam," pikirnya. Rina telah merencanakan untuk mengganggu Puja, berharap bisa melukai Lula melalui anaknya.

Rina menatap cermin pandang belakang dan melihat kedua pria itu. "Bersiap-siaplah. Kita akan segera mulai," katanya dengan nada tegas.

Anak buahnya mengangguk. "Siap, Bu Rina. Apa yang harus kami lakukan?" tanya salah satu pria dengan suara berat.

Rina mengalihkan pandangannya kembali ke gerbang sekolah, matanya menyipit saat melihat Puja keluar.

 "Lihat itu, Puja sudah keluar. Tunggu sampai dia sedikit jauh dari gerbang, baru kalian bertindak," perintahnya.

Namun, ketika Puja berjalan keluar bersama Tiara dan Pak Rafi, wajah Rina berubah. Ia mengetuk dasbor mobil dengan marah. "Sial! Dia bersama orang lain," katanya dengan frustrasi.

Salah satu anak buahnya, yang duduk di sebelah pengemudi, menoleh. "Apa yang harus kita lakukan, Bu Rina?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada hati-hati.

Rina menggertakkan giginya, matanya penuh dengan kebencian. "Tunda rencana ini. Tunggu sampai dia sendirian. Aku tidak ingin mengambil risiko sekarang," katanya sambil melambaikan tangan dengan gerakan memotong di udara, menandakan mereka harus berhenti.

Anak buahnya mengangguk, memahami perintah itu. "Baik, Bu Rina. Kami akan menunggu kesempatan lain," jawab pria itu sambil melihat kembali ke arah Puja, Tiara, dan Pak Rafi yang berjalan bersama menuju mobil mereka.

Rina memandangi mereka dari jauh, matanya tak lepas dari Puja. "Aku akan menunggumu, Puja. Kesempatan lain pasti akan datang," gumamnya dengan penuh tekad.

Rina mengikuti mereka hingga ke rumah Puja.

Ketika Tiara dan Pak Rafi berpamitan dan mulai meninggalkan rumah Puja, Rina yang mengamati dari dalam mobilnya segera memberi isyarat kepada anak buahnya. "Sekarang! Cepat, sebelum ada yang melihat," bisiknya dengan nada mendesak.

Dua pria berwajah seram keluar dari mobil dan dengan sigap mendekati Puja yang sedang membuka pintu rumahnya. Salah satu pria meraih lengan Puja dengan kasar, sementara yang lain menutup mulutnya.

Puja berusaha melawan dan melepaskan diri. "Tolong! Tolong aku! Ada yang menculik aku! Tolong!" teriaknya dengan sekuat tenaga.

Namun, suaranya tertahan oleh tangan kasar yang menutup mulutnya. "Diam! Jangan melawan kalau tidak mau terluka!" geram salah satu pria sambil menyeretnya ke dalam mobil.

Puja terus meronta, mencoba membebaskan diri, tetapi kekuatan dua pria itu terlalu besar. Dengan cepat, mereka membawanya masuk ke dalam mobil dan melaju pergi, meninggalkan rumah Puja yang kini sepi.

...***...

Namun, keberanian Puja tak bisa diremehkan. Di dalam mobil, ia terus memberontak dan berusaha melawan. Akhirnya, dalam perjalanan, Puja berhasil melepaskan diri dan melompat keluar dari mobil yang sedang melaju pelan. Ia berlari secepat mungkin, mencari bantuan.

"Tolong!" Puja yang terus berteriak dan berlari, hingga napas nya tersengal-sengal.

"Tolong!!!" lanjut Puja masih bertahan.

Puja masih berlari sekuat tenaga, napasnya tersengal-sengal. Di belakangnya, sekelompok preman terus mengejar. Saat itu, Alvaro, kakak kelas Puja, kebetulan melintas dengan motor sportnya. Melihat perempuan yang dia kenal, Puja berlari ketakutan dan dikejar oleh preman-preman itu, Alvaro segera menyadari ada yang tidak beres.

Alvaro segera menghentikan motornya dan berlari ke arah Puja. "Puja!"

"Kak Alvaro,"

"Puja! Ada apa? Kenapa mereka mengejarmu?" tanyanya dengan cemas.

Puja terengah-engah. "Tolong, Kak Alvaro! Mereka mau menculikku!" jawabnya panik.

Tanpa ragu, Alvaro menghadap ke arah preman-preman itu. "Hei! Jangan ganggu dia!" serunya dengan tegas.

Salah satu preman maju dengan tatapan garang. "Minggir, bocah! Ini bukan urusanmu!"

Alvaro mengepalkan tangannya, siap bertarung. "Kalau kalian mau menyentuhnya, kalian harus melewati aku dulu!" balasnya dengan berani.

Pertarungan pun dimulai. Alvaro meninju salah satu preman dengan keras. "Bugh!" suara pukulan terdengar.

Preman itu terhuyung ke belakang, tapi segera menyerang balik. Alvaro menangkis serangan itu dan membalas dengan tendangan. "Dush!"

Preman lain mencoba menyerang dari belakang, tapi Alvaro berbalik dan menghantamnya dengan siku. "Duk!" Preman itu jatuh tersungkur.

Puja berdiri terpaku, menyaksikan keberanian Alvaro. Preman-preman yang tersisa saling berpandangan, ragu untuk melanjutkan serangan. "Sial! Ayo, kita pergi!" salah satu dari mereka berteriak, dan mereka pun melarikan diri.

Alvaro, meskipun terluka dan terengah-engah, tersenyum kepada Puja. "Kamu aman sekarang," katanya dengan napas berat.

Puja mendekat. "Terima kasih, Kak Alvaro. Kamu penyelamatku," katanya dengan tulus.

Alvaro tersenyum, meski wajahnya memar. "Ayo, kita pulang. Aku akan mengantarmu," katanya sambil membantu Puja naik ke motor sportnya.

...***...

Alvaro Aditya Wirawan adalah remaja 16 tahun yang tangguh, atletis, dan penuh keberanian.

Dia adalah pemimpin yang alami dengan hati yang besar, selalu siap untuk melindungi dan mendukung orang-orang di sekitarnya.

Di balik penampilan kasualnya yang modis dan sedikit garang, dia adalah sosok yang ramah dan setia, dengan minat yang kuat dalam olahraga, musik, dan motor.

1
Amelia
wuih panas henteu.... haredang.. haredang
Amelia
kejutan.... hahaha
Amelia
ih perempuan egk tahu malu...
Amelia
jangan mau.....
Amelia
puja anak yg hebat, kuat...❤️❤️❤️
Fa🍁: Iya Puja berusaha untuk tetap kuat
total 1 replies
Amelia
ih sirik aja....
Amelia
so sweet...
Amelia
kasian puja.. bagaimana nanti ya .
Adico
😡😡😡😤😤😤rencana yang tak ada habisnya
Adico
semangat thor
Mamah Tati
sedih
Amelia
love love tuh....
Amelia
alex cemburu tuh...
Adico
hai puja... apa kabar pujsan hatiku.
Fa🍁: .... baik baik saja pujaan hati
total 1 replies
Amelia
duh kamu terlalu bodoh Tiara....😔😔
Mamah Tati
i see
Mamah Tati
WTF si Rina balik LG ke cerita?! mau apa LG,,
Mamah Tati
Tiara balik LG ama Rey. Puja jd sama si Varo wadidaw
Mamah Tati
o begini ceritanya y
Mamah Tati
terlalu kbnyk konflik, udh sih akhiri saja kebongkar dh rahasia si queen itu, lama bgt mlh tmbh si Alex psikopat ?!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!