Nilam rela meninggalkan panggung hiburan demi Indra, suaminya yang seorang manager di sebuah pusat perbelanjaan terkenal. Sayangnya, memasuki usia dua tahun pernikahan, sang suami berulah dengan berselingkuh. Suaminya punya kekasih!
Nilam yang kecewa kepada suaminya memutuskan untuk kembali lagi ke panggung hiburan yang membesarkan namanya dulu. Namun, dia belum mampu melepaskan Indra. Di tengah badai rumah tangga itu, datang lelaki tampan misterius bernama Tommy Orlando. Terbesit untuk balas dendam dengan memanfaatkan Tommy agar membuat Indra cemburu.
Siapa yang menyangka bahwa lelaki itu adalah seorang pengusaha sukses dengan masalalu kelam, mantan pemakai narkoba. Mampukah Tommy meraih hati Nilam yang terlanjur sakit hati dengan lelaki dan bisakah Nilam membuat Tommy percaya bahwa masih ada cinta yang tulus di dunia ini untuk lelaki dengan masa lalu kelam seperti dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Struk Belanja Lingerie
"Ayo, Mbak."
Yuki menoleh, menemukan Nilam sudah dekat dengannya. Mereka keluar lagi dari kantor Indra bekerja. Yuki bisa melihat wajah Nilam yang masih tampak memerah.
"Tenangkan dirimu, Lam."
"Aku gak pernah ngerasa seperti ini, Mbak. Mbak lihat tidak perempuan yang jalan duluan dariku tadi? Yang rambut pirang pakai rok mini?"
Yuki tampak mengenang-ngenang. Tapi kemudian dia mengangguk. Sekilas Yuki memang sempat melihatnya.
"Maksudmu, perempuan itu yang kau lihat bersama suamimu tadi?"
Nilam mengangguk. "Aku yakin gak salah lihat, Mbak. Aku tahu betul suamiku, perawakannya aku hafal."
"Berarti di dalam ruangan tadi memang kau melihat Indra dengan perempuan itu?"
Kali ini, Nilam tak langsung menjawab. Dia menggeleng.
"Nah loh?" Yuki jadi bingung.
"Di ruangannya Indra tadi memang gak ada perempuan itu, tapi aku yakin kok kalau yang aku lihat sebelumnya memang mereka. Indra dan perempuan itu."
Yuki terdengar menarik nafas mendengar penuturan Nilam. Dia kemudian menggamit lengan Nilam, menenangkan perempuan itu lalu mengajaknya ke mobil.
"Kau gak bawa mobil kan?"
"Aku mana punya mobil lagi, Mbak. Mobilku udah dijual buat bantu Indra beli rumah kami. Lagi pula, Indra gak suka aku kemana-mana, makanya dia gak membelikanku mobil baru."
Yuki geleng-geleng kepala. Dia memang tahu betul bahwa Indra adalah suami yang cukup posesif dan kalau betul posesif berarti dia sayang sekali kepada Nilam, jadi buat apa selingkuh?
"Ya sudah, kau mau kemana lagi? Hari ini kita jalan-jalan saja, aku tahu ku suntuk di rumah."
"Ya, Mbak. Kalau bisa kita pulang malam saja."
"Ngaco kau, Lam. Nanti aku juga yang dimarahi Indra."
"Dia lagi sibuk sama gundiknya, Mbak. Gak akan peduli aku mau ke planet mars sekalipun."
Yuki hanya bisa geleng-geleng sambil tertawa miris. Kasihan sebenarnya dia kepada Nilam. Dan jika benar keyakinan Nilam bahwa suaminya betulan selingkuh, pasti Indra akan sangat menyesal karena Yuki yakin, Nilam akan kembali lagi ke panggung hiburan jika kecurigaan Nilam itu betulan nyata.
"Sudah, Lam, jangan berpikiran jelek terus. Kita jalan-jalan saja, aku temani sampai kau bosan."
Nilam menoleh lalu mengangguk.
Di sepanjang perjalanan, Nilam masih memikirkan siapa perempuan tadi. Dia yakin betul matanya tak salah melihat. Hanya saja dia sedikit lambat jadi tak bisa memergoki suaminya.
Awas kau, Ndra!
Nilam masih mengumpat dalam hati. Amarahnya memang tertahan dan serasa mau meledak. Tetapi benar apa yang Yuki katakan, bahwa dia harus bersabar dan tenang.
"Lam, kalau pun betul dugaanmu itu, kau mesti pintar. Jangan gegabah seperti tadi. Kalau memang betul Indra main serong, kau musti menyelidikinya diam-diam. Karena semakin kau menunjukkan kecurigaanmu, maka semakin pula dia pandai menyembunyikannya."
Mendengar itu, Nilam jadi menoleh. Apa yang dikatakan oleh Yuki sebenarnya benar, dia terlalu gegabah sehingga secara tak sengaja membuat Indra lebih hati-hati lagi menyembunyikan perselingkuhannya.
"Aku terbawa emosi, Mbak."
Nilam kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sesegukan menangis, hal itu membuat Yuki jadi iba.
"Sabar ya, Lam. Lepaskan saja beban di dadamu. Setelah ini, carilah petunjuk dengan lebih hati-hati. Kalau suamimu licik, maka kau juga harus bisa main cantik."
Nilam membuka wajahnya, lalu mengangguk. Yuki segera memberikan tisu untuk Nilam. Jadi rencananya, seharian ini, Nilam ingin menenangkan diri. Dia berpikir, suaminya juga pasti akan pulang larut lagi. Tak ada salahnya menghabiskan waktu bersenang-senang dahulu agar hati ikut tenang.
***
Nilam pulang tepat pukul sembilan malam. Di luar dugaannya, ternyata Indra sudah pulang karena Nilam melihat mobil suaminya itu terparkir di halaman. Dia masuk dengan perlahan, tapi baru menjejakkan kaki, suara dehaman Indra terdengar.
"Dari mana?" tanya suaminya penuh selidik.
Nilam melengos, tak berniat menjawab. Sebaliknya, ia malah bertolak ke menuju ke tangga. Namun, Indra sigap mencegat langkahnya. Tangannya terasa dicengkeram oleh lelaki itu.
"Aku tanya kau dari mana?" ulang Indra penuh penekanan.
"Apa sih, Ndra? Aku dari luar bersama mbak Yuki! Kenapa? Kau tak suka?"
"Tentu aku tak suka. Kan sudah kubilang aku tak suka kau keluyuran. Kau itu istri orang, bukan gadis lagi."
"Loh-loh, kau tak suka aku keluyuran tapi kau sendiri malah asyik menghabiskan waktu dengan perempuan lain!"
"Jangan asal tuduh, Lam! Aku ini kerja, cari duit biar kau hidup enak."
"Enak? Gajimu saja hanya berapa kau beri kepadaku beberapa bulan terakhir ini!"
"Kan sudah kubilang, aku mesti bagi ke ibuku juga."
"Oh ya? Dengar, aku gak pernah melarangmu untuk memberi uang ke ibu, tapi aku curiga justru uang itu memang tak sampai ke tangan ibumu! Kau pasti memberinya kepada orang lain!"
"Kau!"
Tangan Indra hampir saja melayang. Refleks, Nilam membuat gerakan hendak menghindar dengan menahan wajahnya dengan telapak tangan juga.
"Aku tak asal tuduh, Ndra. Sejak kapan ibumu membeli lingerie?"
Kali ini, Indra yang diam. Dan Nilam berlalu, hal lain yang membuatnya curiga adalah sebuah struk belanja yang terjatuh begitu saja tak jauh dari ban mobil Indra di luar tadi.