Buku itu, buku yang tidak sengaja ku temukan di sebuah rumah kosong peninggalan nenek ku berhasil membawaku ke dunia asing yang tidak pernah masuk kedalam wish list hidup ku selama ini. Entah apa yang sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa berada di tempat yang ku sebut gila ini. dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ku temui, juga hewan-hewan serupa seperti didunia asliku berasal namun mereka bisa bicara.
siapa dia sebenarnya? kucing putih yang ku beri nama Noir itu? dia sedikit misterius. Namun meski begitu berkatnya aku bisa memahami sedikit demi sedikit mengenai dunia ini.
next story? ikuti cerita ini selanjutnya.
see you next story
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gytftrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 21 : FIONA SYOK
"ah, kau berhasil melukai ku bung. sekarang saat nya aku yang menyerang lebih dulu!"
Brice terlihat mendesis sedangkan Gerald hanya tersenyum tenang. Gerald yang tak mendapat jawaban apa pun mulai terlihat bergumam melafalkan mantera. Kekuatan ini ia dapatkan dari darah penyihir yang mengalir dalam tubuhnya.
Sedetik kemudian bibir nya tampak berhenti merafal, Gerald mengangkat kelima jarinya ke udara kemudian dari dalam jari-jari keluar belati kecil yang terbungkus api siap melukai lawannya.
Gerald berputar, kemudian
'Wuussssshhhh'
ia mengarahkan ke-lima jarinya pada Brice yang terlihat memerhatikan. Seketika Kelima belati itu melesat menuju Brice. Brice yang tak siap langsung terkena kelima belati itu dan meninggalkan bekas luka menganga pada kulitnya.
"arghhh" rintihnya kesakitan
"lemah sekali kau, Glean akan kecewa melihat mu terluka hanya dengan satu serangan ku." ucap Gerald sembari melipat tangannya didepan dada.
Brice berdecih sembari memegangi lukanya yang terlihat sangat parah. "hiyaaaa-" tiba-tiba saja Brice mengeluarkan rantai besi berwarna hitam berlapis petir biru dari arah belakang punggungnya kemudian melesatkan rantai itu kearah Gerald.
Gerald refleks menghalau rantai itu dengan mengeluarkan kekuatan perisai cahaya hitamnya.
BRUKKKK
Brice terpelanting, terkena sabetan besinya sendiri.
"boleh juga." ucap Gerald setelah menerima serangan itu.
Glean bersama antek-anteknya menganga menyaksikan perkelahian itu. Glean mulai terlihat keringatan begitu pula raja-raja yang berani menentangnya juga dan mendukung Glean.
Gerald hanya terkekeh melihat pemandangan dihadapannya. "sepertinya sudah selesai," ucap Gerald mulai berjalan kearah Fiona yang dari tadi menyaksikan perkelahian nya dengan mata yang tertutup.
"baiklah para, aku peringatkan baik-baik-" ucapan Gerald terjeda. Ia meraih tangan Fiona yang terlihat ketakutan. "kembali berada dipihak ku, atau aku akan menghancurkan kerajaan kalian!" ucap Gerald memperingati.
Raja-raja itu terlihat menunduk, keringat dingin berukuran dari dahi nya dan juga tangannya yang gemetaran.
Gerald mengeluarkan sayap hitam raksasa nya dari punggungnya, seluruh mata yang melihat itu terlihat takjub. Gerald membawa Fiona dalam dekapannya kemudian mulai mengepakkan sayapnya dan terbang untuk kembali kekerajaan.
"kau takut?" tanya Gerald kepada Fiona yang sedari tadi tidak mengeluarkan suaranya.
Fiona menggeleng dalam pelukan Gerald, semakin menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Gerald.
"maaf kan aku Queen, sudah membuatmu takut". ucap Gerald ditengah terbangnya.
Tak berselang lama mengudara, Gerald mendarat tepat di balkon istana. Ia menurunkan Fiona dan menyembunyikan sayap hitamnya kembali.
Fiona berlari masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Gerald dibelakang nya. Fiona duduk didepan cermin kemudian menutup wajahnya dengan telapak tangganya. Bahunya terlihat gemetar, siaga Isak tangisnya terdengar.
Gerald yang melihat itu, mendekat pada Fiona. Mengelus tengkuknya yang mulai bergetar. Ia terisak, membuat Gerald sangat merasa bersalah.
"kau pasti terkejut dan sangat ketakutan, Queen. Maaf kan aku." ucap Gerald mengusap kasar wajahnya.
Fiona semakin terisak, bahunya bergetar hebat. bagaimana tidak, ini adalah kali pertamanya menyaksikan hal semengerih kan itu secara langsung. biasanya ia hanya menyaksikan nya di televisi.
Fiona mengangkat wajahnya, menatap Gerald dengan wajah sembabnya. "aku lapar, kau tidak akan memberiku makan?" diluar dugaan, Gerald kira Fiona akan memarahinya atau bahkan mengusirnya. Ah, Queen nya itu memang susah di tebak.
Gerald tertawa geli, ia membawa Fiona dalam menggendong Fiona dengan gaya bridal style. Kemudian berjalan keluar menuju meja makan kerajaan. Melewati para prajurit dn pelayan yang sedang repot didalam istana.
"turun kan aku Gerald, aku bisa berjalan sendiri!" Fiona memukul-mukul pelan dada bidang milik Gerald.
Gerald tidak mendengarkan, ia terus melangkah menuju ruang makan.
"Gerald, aku malu, banyak orang!" ucap Fiona menambahkan.
"mereka tidak akan berani melihat, kalau tidak percaya kau boleh memerhatikan mereka." ucap Gerald enteng.
Fiona mengedarkan pandangannya, benar saja, seluruh prajurit dan pelayan tidak ada yang melihat kearah mereka.
"Berani sekali bermesra-mesraan di istana ku, huh?"
kayak Mak lampir sih Elena. giliran ditinggal malah sad
bener gak nih Thor?
untung gak di kuliti hidup-hidup