NovelToon NovelToon
Sensasi Duda Seksi

Sensasi Duda Seksi

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:54.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Seorang wanita mandiri yang baru saja di selingkuhi oleh kekasihnya yang selama ini dia cintai dan satu-satunya orang yang dia andalkan sejak neneknya meninggal, namanya Jade.
Dia memutuskan untuk mencari pria kaya raya yang akan sudah siap untuk menikah, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan tenang. Dan seorang teman nya di bar menjodohkan dia dengan seorang pria yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Tapi dia tidak menolak, dia akan mencoba.
Siapa sangka jika pria itu adalah kakak dari temannya, duda kaya raya tanpa anak. Namun ternyata pria itu bermasalah, dia impoten. Dan Jade harus bisa menyembuhkan nya jika dia ingin menjadi istri pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Rhine turun dari tangga mengenakan kaos abu-abu ketat, tubuhnya tampak sangat bugar. Dia meletakkan jaket kulit di sandaran kursi dan duduk, kami makan bersama. Aku sungguh tak bisa fokus karena penampilan pria itu yang seperti lelaki seusia ku. Aku tidak akan tahu jika dia sudah berumur tiga puluh-an jika tidak mengenalnya. Dia sungguh tampan dan awet muda, memancarkan aura yang menarik hati hingga mengundang gairah diri.

Sensasi itu, perasaan aneh yang kurasakan ketika berciuman dengannya sungguh tak bisa hilang dari benakku. Aku sudah teralihkan sepenuhnya, aku tak bisa fokus menyuap makananku karena tak henti menatapnya. Seakan ada sesuatu dalam dirinya yang menarik ku, semakin dekat. Aku pasti sudah gila karena membayangkan hal-hal panas saat makan.

Kami bergandengan, aku menggandeng Rhine saat keluar dari Villa. Aku memakai blus biru dan rok pendek gelap serta tas kecil berwarna hitam dengan tali rantai emas. Sementara Rhine dengan gagahnya berjalan dengan mengenakan jaket kulit hitam mengkilat menutupi kaos abu-abu ketatnya. Dia juga memakai jeans. Sungguh penampilan baru yang kulihat selama mengenalnya.

Rhine membukakan pintu mobil dan mempersilahkan ku untuk masuk. Mobil baru. Aromanya berbeda, sangat berbeda dari tadi pagi. Warnanya juga berubah, merah. Dia mengganti mobilnya.

"Kau membeli mobil baru?" tanya ku begitu Rhine duduk di sampingku, di kursi kemudi.

"Ya, hadiah untukmu."

"Apa? Untukku? Aku akan sangat-sangat berterimakasih Rhine, tapi sayangnya aku tidak bisa mengemudikannya."

"Tidak apa, aku akan membayar orang untuk mengajarimu. Muach."

Rhine mencium ku saat dia memasangkan sabuk pengaman, dia mengecup bibirku lembut dan tersenyum sebelum menyalakan mesin mobil. Kami berangkat.

"Terimakasih banyak," ucapku pelan tersipu malu. Rhine meraih tanganku dan menggenggamnya sambil tangan satunya mengemudikan mobil.

"Apa kau senang bekerja di Cafe? Kau boleh berhenti jika mau, aku bisa mencukupi mu." Rhine menarik tanganku ke arahnya, dia sedikit menunduk ke samping dan mencium punggung tanganku.

"Jangan begitu, aku tahu kau bisa mencukupi ku. Bahkan lebih dari cukup yang kumau. Tapi aku suka disana, menyenangkan bisa bekerja dengan Hana dan Gea."

"Baguslah, aku tidak akan melarang." suara yang serak terdengar begitu lembut dan menyejukkan hati. Sangat berbeda dari saat kami pertama kali bertemu.

Mungkin, aku sungguh akan jatuh cinta padanya.

Kami menikmati perjalanan malam ini, dia tiba-tiba melepas tanganku dan menyalakan musik. Kami mendengarkan lagu Close to You – Carpenters. Lagu yang menceritakan tentang perasaan seseorang yang sedang berbunga-bunga saat jatuh cinta pada seseorang yang disukainya. Diiringi musik yang sangat sederhana, sehingga enak untuk didengar selama perjalanan.

Auhh, ahh. uhhh, terus baby. Lebih kencang honey, ah. Auhh. Mereka hanyut dalam gairah seksual yang memuaskan, Erick melumat bibirnya. Dia mempercepat gerakannya membuat Jeane mengerang nikmat.

Aku terkejut, sangat terkejut. Aku dan Rhine saling bertatap canggung sebelum aku menoleh keluar jendela. Aku berusaha untuk pura-pura tidak mendengarnya.

"Maaf, itu bagian dari terapiku. Aku memasukkan memori kartu yang ada di mobilku. Aku belum memuat ulang musiknya." Rhine dengan segera mematikannya.

"Ya, tidak apa." aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Aku memandang lurus ke depan sambil membuang fantasi liar di pikiranku yang baru saja tercipta. Dan untung saja aku melihat Hana yang berdiri di tepi jalan, di depan pagar besi di antara tembok tinggi.

Aku menurunkan kaca jendela, dia pasti sedang menunggu kami. Aku sudah mengirim pesan padanya jika Rhine akan ikut serta, dia mengiyakan. Belum tiba mobil di depannya aku sudah memanggilnya dan melambaikan tangan. Aku sungguh ingin mengubah suasana di dalam mobil itu.

"Hai Jade, hai paman," Hana membalas sapaanku kemudian menyapa Rhine.

"Ya, masuklah," suruh Rhine sambil memiringkan kepalanya ke arah bangku penumpang. Hana masuk dan duduk.

"Tunggu. Tunggu.." aku menghentikan Rhine saat ingin meneruskan perjalanan.

"Ada apa?" tanya Rhine heran.

"Tunggu sebentar," aku membuka pintu mobil dan keluar, aku menutupnya sebelum berjalan mengelilingi belakang mobil dan masuk mobil melalui pintu yang mengarah langsung ke bangku penumpang yang ada di belakang Rhine. "Oke sudah." Aku duduk dengan nyaman di samping Hana. Rhine masih menatapku bingung.

"Aku ingin mengobrol dengan Hana," alasanku membenarkan apa yang baru saja kulakukan. Rhine menyetujui nya.

Setengah jam berlalu, kami sampai di tempat tujuan. Bar Cats, milik Ryan. Aku mengobrol sepanjang jalan dengan Hana dan tak memperdulikan lelaki yang ada di kursi kemudi. Rhine sungguh kami buat seperti seorang supir, dia tak berbicara apapun sedari tadi.

Aku dan Hana turun duluan dari mobil, sementara Rhine sedikit sibuk dengan mobilnya. Dia terlambat beberapa detik dari kami. Tapi tidak, kami harus memasuki bar bersama, aku dan Hana masuk bergandengan sementara Rhine mengikuti kami dari belakang. Aku melihat pemandangan yang berbeda, belum sebulan aku tak kesana tapi tempat itu sudah banyak berubah.

Ada beberapa alasan aku bilang begitu, tempat itu tampak lebih hidup dari sebelumnya. Ryan pasti menambah lampu yang menggantung di langit-langit dan menempel di dinding barnya. Dia juga mengganti hiasan dindingnya. Tempatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya, jauh lebih baik karena kulihat banyak pelanggan yang minum di sana.

Namun satu yang tetap sama, orang-orang yang lalu lalang masuk lorong setelah membayar dan meminta kunci. Pasangan bercinta, kriteria pelanggan yang tak pernah sepi di tempatnya dari awal.

Lagu berjudul Blame it - Jamie Foxx terdengar jelas dari pengeras suara. Aku duduk di tempat yang sudah lama aku tinggal, aku selalu duduk di sana sebelumnya. Hana dan Rhine ikut duduk denganku. Aku di tengah-tengah.

Ryan menyambut kami dengan senyuman. Dia tampak sibuk, kami tak ingin mengganggunya dan tidak memesan apapun. Tak lama, Ryan menyuguhkan segelas minuman pada Hana, aku dan kemudian Rhine berurutan. Hana berterimakasih dan menerimanya dengan senang hati, aku juga sama. Tapi Rhine berbeda, dia tampak tak suka melihat mocktail yang ada di hadapanku.

"Kenapa dia minum itu?" tanya Rhine, dia merampas minumanku dan menggesernya kembali pada Ryan. "Ganti. Jade akan minum yang sama denganku." lanjutnya.

"Kau gila?! Dia bisa mati jika aku memberikan alkohol dengan kadar tinggi seperti milikmu," jawab Ryan tegas. Dia mendorong kembali gelas itu padaku.

"Sungguh?" Rhine mengalihkan pandangannya padaku, "Kau tidak bisa minum alkohol?"

"Tidak," aku menggeleng.

"Oke, aku akan mengingatnya." Rhine mengambil gelasnya dan menggoyangkannya hingga membuat Vodka kekuningan yang ada didalamnya terombang ambing.

Aku menoleh pada Hana, dia tampak sudah menikmati minumannya. Seteguk demi seteguk, kurasa minumannya juga berbeda dariku dan Rhine. Aku bertanya, "Apa itu alkohol?"

"Ya, ringan." jawab Ryan sambil membuat minuman.

"Ehhmm, kau ingin mencobanya? Sepertinya akan baik-baik saja mencoba sedikit," Hana menawarkan gelasnya padaku.

"Aku tetap tidak bisa Han," balasku menolak sedih.

"Lebih baik memang tidak Ann, kau tidak akan bisa bicara lagi dengannya selama beberapa hari ke depan jika kau memberinya itu." Ryan tertawa kecil pada Hana.

"Oh, tidak." Hana menariknya kembali dan menjauhkan minuman itu dariku.

...----------------...

1
Isna mansur
ceritanya singkat...tapi keren..../Good//Good//Good/
Lina Yulianti
cerita yg cukup singkat thor. tetap semangat untuk berkarya
julia
Bagus
dita18
yahhh thoorrr kok udh END aja sih😭😭rasanya sebentar bngt cerita kisah cinta mereka thoorrr
gk rela sebenarnya klo hrus pisah sm mereka.. 😢😢
dita18: smngt trusss ya thoorrr,,, ditunggu karya2 othoorrr selanjutnya /Smile/
love: Kita akhiri dulu ya kisah mereka disini.. 🥰
Novel berikutnya akan rilis dengan kisah cinta yang tak kalah menarik hati, di tunggu yaa..
happy reading, thank you 😍❤️‍🔥🌹
total 2 replies
dita18
gk berasa udh gede aja anak nya Rhine&Jad😁
kira2 Ryan&Hana udh ada anak jg blm ya🙈😅
dita18
akhirnya Ryan&Hana sah jg selamat ya😊😊
dita18
kan bener dy ,,,,krn dy gak terima Rhine nikah lagi dg Jade & nolak dy berkali2
dita18
pasti Zarra pelaku nya atas kecelakaan yg di alami Rhine
dita18
penasaran Zarra ini ada hubungan apa dg Rhine & Hana ya?
dita18
ihhh thoorrr kok Rhine gtu sih sm Jade😕 jgn buat Jade sedih & patah hati thoorrr kasian
klo emg Rhine bkn jodoh nya,,, kasih Kade jodoh yg lebih baik lagi thoorrr
dita18
Jade pingsan krn Rhine abis minum alkohol kadar tinggi jd Jade kena efek nya
dita18
Luar biasa
dita18
akhirnya udh sah jg ya Jade😅
dita18
thoorrr knp msh bnyk bngt teka-teki nya🙈aku capek berpikir nya 😂😂
dita18
apakah Ryan pacaran sama Hana?
dita18
adik kakak kyk nya misterius bngt yah..
dita18
sbnrnya crta nya bagus thoorrr😊
dita18
ternyata bener Rhine impoten😅
dita18
ohh ternyata diluar dugaan mereka adik kakak
dita18
jgn bilang Rhine ini impoten ya thoorrr 🙈😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!