Menikah Dengan Gadis Desa.

Shaka berbaring dengan posisi miring menatap sang istri yang tengah terlelap akibat kelelahan. Di selipkan anak rambut Lilis yang menutupi wajah cantik gadis itu ke belakang telinganya. Mengingat setiap adegan yang baru saja di lewati bersama sang istri, berhasil menciptakan senyum sempurna di bibir Shaka. "Terima kasih, sayang.." tentu saja ucapan terima kasih tersebut tidak dapat lagi didengar oleh Lilis yang sejak beberapa saat lalu telah terlelap dalam tidurnya. terlelap di bawah selimut putih yang menutupi tu_buh polosnya.

"Ternyata rasanya senik_mat ini." masih dengan posisi yang sama Shaka bermonolog. Bercinta dengan kekasih halal, plus masih tersegel, rasanya tidak bisa diutarakan dengan kata-kata. Meskipun ini untuk pertama kalinya ia mereguk manisnya kenikmatan bercinta tapi Shaka yakin sekali jika bercinta dengan kekasih halal jauh lebih nikmat.

Shaka jadi tersenyum geli mengingat video laknat yang dikirimkan sahabatnya, Rusli. Shaka jadi bingung sendiri apakah dia harus marah atau berterima kasih pada sahabatnya itu, sebab sedikit banyaknya video laknat yang dikirimkan oleh Rusli telah membantu dirinya, yang notabenenya belum berpengalaman.

Pukul setengah lima pagi, Lilis bangun dari tidurnya. dia mendongak menatap Shaka yang masih tidur terlentang, dengan satu tangannya dijadikan Lilis sebagai bantal. membayangkan keperkasaan Shaka semalam hingga membuatnya kelelahan berhasil membuat Lilis bergidik ngeri, apalagi Shaka sampai melakukannya beberapa kali.

Detik selanjutnya, tatapan Lilis berubah nanar. ditatapnya wajah tampan pria yang baru semalam memberinya status mantan pera_wan.Jika dilihat dari wajah, postur serta bentuk tubuh Shaka, tidak heran jika banyak wanita yang tergila-gila pada pria yang telah berstatus suaminya itu. "Jika suatu waktu wanita itu berhasil meluluhkan hati kamu kembali, apakah kamu akan meninggalkan aku begitu saja, mas????." batin Lilis. Jika di tanya seperti apa harapan di hati Lilis, tentu saja ia berharap Shaka bisa jatuh hati padanya, dan pernikahan mereka bisa berjalan bahagia selamanya, hingga maut memisahkan.

Tak ingin terlalu memikirkan sesuatu yang belum terjadi, Lilis memilih memasrahkan semua pada sang pencipta, berharap tuhan menuliskan takdir hidupnya sesuai dengan permintaan dalam doa-doanya. tidak salah bukan, jika kita berhusnudzon pada yang kuasa??

Pergerakan Lilis hendak turun dari tempat tidur berhasil mengusik tidur Shaka sehingga pria itu mulia mengerjap. "Mau kemana??." tanya Shaka dengan suara serak khas bangun tidur.

"Mau pipis sekalian bersih-bersih mas, sudah hampir setengah lima.

Shaka menangkup wajahnya lalu memandang ke arah jam dinding hotel. benar saja waktu telah menunjukkan pukul lima kurang Lima belas menit. "Tunggu!!!." pinta Shaka. Lilis menoleh pada Shaka yang turun dari tempat tidur dan melilitkan selembar handuk pada pinggangnya. Shaka melangkah mengitari tempat tidur. Shaka melipat lutut dihadapan Lilis yang duduk di tepi tempat tidur. "Kata orang setelah melakukan biasanya akan sulit untuk berjalan." entah kata siapa, yang jelas Shaka pernah mendengar kalimat itu.

"Mas gendong saja, ya!!!." tawar Shaka.

Sebenarnya Lilis memang merasakan nyeri pada pangkal pahanya.

Lilis mengangguk malu dan tampak mengemaskan di mata Shaka. pria itu menggendong tubuh sang istri ala bridal style menuju kamar mandi.

Setibanya dikamar mandi, Shaka menurunkan tubuh Lilis di bawah shower. "Mau mas bantu mandiin sekalian, nggak???." kedua bola mata Lilis membulat sempurna. Yang benar saja ia mandi dengan dibantu oleh Shaka. meskipun mereka telah melakukan penyatuan semalam dan Shaka pun telah melihat bahkan menikmati setiap inci tubuhnya, tetap saja Lilis masih merasa malu.

"Nggak perlu mas, aku bisa mandi sendiri." jawab Lilis.

"Yakin bisa mandi sendiri, nggak mau dibantuin???." Shaka masih saja menanyakan sesuatu yang membuat wajah istrinya itu kembali merona.

Lilis mengangguk pasti. "Yakin mas, yakin banget malah." jawab gadis itu. "Ya udah, kalau sudah selesai, jangan lupa panggil mas!!!." pesan Shaka sebelum meninggalkan kamar mandi. membiarkan lilis leluasa dengan aktivitas, ia menyadari bahwa istrinya itu masih merasa malu malu.

Setelah kepergian Shaka, Lilis membuka handuk yang menutupi tubuh polosnya. "Oh astaga... Kenapa tubuhku sudah seperti macam tutul begini???." gumam Lilis ketika menyaksikan pantulan tubuhnya di depan cermin besar kamar mandi, begitu banyak hasil karya Shaka yang terukir di sana. Tapi untungnya Shaka menciptakan karya-karyanya di bagian yang tertutup hingga tidak harus membuat Lilis khawatir akan terlihat oleh orang lain.

Mengingat waktu subuh hampir terlewatkan, Shaka memilih masuk begitu saja ke kamar mandi, dan ikut bergabung dibawah shower bersama sang istri.

Lilis terhenyak. "Kamu mau ngapain, mas???." dengan alis saling bertaut Lilis bertanya.

"Habisnya kamu kelamaan sayang, waktu subuh hampir lewat." jawab Shaka dengan entengnya sambil melepas handuk yang menutupi tubuhnya.

Pada akhirnya Lilis pasrah dan mereka pun mandi bersama. Jika tidak mengingat waktu subuh hampir terlewatkan, mungkin Shaka sudah kembali menerkam istrinya itu.

Selesai mandi wajib bersama, Shaka dan Lilis lanjut melaksanakan kewajiban mereka sebagai hamba tuhan. Untuk pertama kalinya mereka beribadah bersama sebagai pasangan suami istri. Shaka semakin terpesona melihat kecantikan sang istri berbalut mukena. "Cantiknya istriku." pujian itu hanya terucap dalam hati Shaka.

Selesai sholat, Lilis mencium punggung tangan Shaka, dan pria itu membalasnya dengan mengecup kening sang istri. selesai sholat, Lilis lanjut membaca ayat suci Alquran dan itu terdengar begitu menyejukkan hati Shaka. dalam hati Shaka berkata, ternyata filing seorang ibu untuk putranya tidak pernah salah. jika ia sampai menikahi Tari, jangankan untuk melihat wanita itu melantunkan ayat suci Alquran, melaksanakan kewajibannya sebagai hamba tuhan pun Tari enggan. Pernah sekali ketika mereka sedang jalan berdua, Shaka mengajaknya mampir ke masjid pada saat waktu telah menunjukkan waktu sholat magrib namun Tari enggan, wanita itu hanya memilih menunggu Shaka di mobil saja.

"Terima kasih tuhan, telah memberikan kesempatan bagi hambamu yang penuh dosa ini mendapatkan calon ibu yang Sholehah untuk anak-anak hamba kelak." batin Shaka.

Pukul tujuh pagi.

"Sebaiknya kita sarapan di kamar saja, nggak papa kan, sayang????." ujar Shaka. dari panjangnya kalimat Shaka yang tertangkap dengan jelas di indera pendengaran Lilis yakni sebutan sayang yang baru saja diucapkan Shaka.

"Mas Shaka manggil aku, sayang???." batin Lilis. gadis itu tertegun dengan panggilan Shaka terhadapnya. hati kecilnya ingin percaya jika Shaka tulus dengan panggilannya itu, tetapi mengingat ucapan Shaka sebelumnya Shaka pernah mengatakan jika ia tidak tertarik sama sekali padanya membuat Lilis menolak kata hatinya. "Nggak mungkin secepat itu mas Shaka berubah sayang sama aku." lanjut batin Lilis.

"Nggak papa kan???." ulang Shaka di saat Lilis masih diam saja.

"Terserah mas saja." jawab Lilis setelah sadar dari lamunannya.

Mendapat persetujuan dari istri tercinta Shaka lantas menghubungi pihak hotel untuk meminta dibawakan sarapan ke kamar.