Apakah perjalanan kisah Zeva dan Askara kembali berlanjut setelah 6 tahun berpisah. Pertemuan keduanya di rumah sakit yang sama. Zeva yang sudah menjadi Dokter muda beberapa bulan di rumah sakit dan tidak lama Askara yang tiba-tiba bergabung di rumah sakit yang sama sebagai senior.
Kecanggungan pertemuan keduanya. Karena masa lalu yang mereka alami bersama. Kasus kematian model terkenal. Membuat keduanya kembali dekat. Askara yang mengetahui kelemahan Zeva sebagai seorang Dokter yang ternyata memiliki ketakutan dan bukan seperti seorang Dokter pada umumnya. Askara yang tetap mendampingi Zeva sebagai senior dalam profesional pekerjaan.
Namun kedekatan keduanya tidak lepas dari dari rasa sakit hati Zeva yang merasa di permainkan dan tidak ingin terjebak dengan masalah hati dengan pria yang sama untuk kedua kalinya.
Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
Bagaimana Askara yang menyembuhkan luka yang pernah di berikannya pada wanita yang dulu pernah mengisi hari-hari nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Keberanian Zeva pada Askara.
"Zeva!"
"Aku sudah mengatakan cukup. Jangan melakukan sesuatu yang membuatku kembali terjebak. Aku tidak butuh pertolonganmu dalam setiap situasi yang kuhadapi. Selama ini aku juga sendiri mengatasi semuanya dan tanpa ada kamu. Kamu yang baru muncul jangan sok menjadi pahlawan aku tidak butuh," tegas Zeva yang langsung berlalu dari hadapan Askara.
Namun Askara mengehentikan dengan memegang lengan Zeva dengan posisi keduanya yang berdiri bersebelahan dengan arah yang berlawanan.
"Jika masih dalam pekerjaan. Ini tidak ada kaitannya dengan masalah pribadi. Zeva aku adalah Dokter yang membimbing mu dan aku punya kewajiban dan cara sendiri untuk melatih mu tanpa harus mengaitkan dengan urusan pribadi kita. Sebagai seorang Dokter aku hanya profesional dalam melatih junior ku. Jadi aku juga berharap kau bisa profesional, menghargaiku sebagai Dokter bimbingan mu dan kau bisa bersikap seperti ini jika di luar pekerjaan. Karena aku tidak memaksamu untuk hubungan kita," tegas Askara dengan singkat dan padat.
"Masalah pribadi dan pekerjaan siapa yang tidak profesional, kamu?" sahut Zeva.
"Di mana letaknya. Kamu mengatakan aku menjadi sok pahlawan tadi. Aku Dokter seniormu dan tahu bagaimana kamu dan tadi adalah dunia pekerjaan," jawab Askara. Zeva terdiam.
"Aku juga tahu apa yang harus aku lakukan dan aku tidak ingin memaksakan sesuatu," tegas Askara.
Askara melepas tangannya dari lengan Zeva dan Askara langsung pergi dari hadapan Zeva dan sebelumnya Askara meletakkan minuman tersebut di atas kursi. Zeva melihat kepergian Askara yang terkesan sangat dingin dan matanya melihat kearah minuman yang sempat di tolaknya.
"Sekarang seolah aku yang salah," gumamnya.
"Aku tidak bisa membedakannya mana sikap sebenarnya dan mana sikap yang memiliki maksud dan ujung-ujungnya akan seperti apa,"
"Apa tidak bisa membiarkanku, hidup nyaman dan tidak seperti ini terus. Tidak membuatku berada di antara kalian," batin Zeva yang menghela nafas yang terlihat lelah.
Zeva kembali mengusap wajahnya dengan kedua tangannya sampai menyibak rambutnya ke belakang. Zeva yang ingin pergi. Tetapi tidak jadi dan mengambil botol air mineral tersebut dan lalu pergi dari tempat tersebut.
Askara setelah bertemu dengan Zeva mengambil tempat duduk di tempat lain. Askara mengingat kejadian tadi siang. Bagaimana Zeva yang belum bisa mengendalikan dirinya atas kecelakaan pasien
"Apa yang aku lakukan hanya demi kebaikan kamu Zeva. Aku tahu untuk saat ini kamu pasti tidak mudah untuk mengerti dan memahami semuanya. Tetapi percayalah semua yang aku lakukan untuk cita-cita kamu. Karena aku sejak awal tahu apa yang kamu inginkan," batin Askara dengan wajah sendu
"Zeva. Aku sudah mengatakan, aku punya alasan untuk tidak menghentikan kepergian kamu. Tetapi saat ini aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi dan terserah mau sebesar apapun kamu menghindar dariku," Askara yang berbicara sendiri di dalam hatinya dengan nafas berat yang beberapa kali terhembus dari mulutnya.
***********
Rumah sakit Cipta Karya.
Pelatihan untuk Zeva dan anak coas yang lainnya dilakukan seminggu dua kali di desa yang sama. Hari ini Zeva kembali kerumah sakit. Karena sudah bertugas dan akan kembali bertugas Minggu depan di desa Cempaka. Zeva baru saja keluar dari mobilnya.
"Zeva!" langkah Zeva terhenti ketika Inggit memanggilnya dan Inggit yang langsung menghampiri Zeva.
"Bagaimana?" tanya Inggit.
"Bagaimana apanya?" tanya Zeva.
"Semuanya, apakah sangat asyik bisa bergabung dengan Dokter coas dan kamu bisa memberikan ilmu yang banyak kepada mereka?" tanya Inggit.
"Ilmu apanya, mereka jauh lebih baik dariku dan mempunyai kemampuan dan rasa percaya diri yang besar, tidak takut dan tidak lemah seperti ku yang tidak pantas untuk menjadi seorang Dokter," batin Zeva.
Inggit heran dengan temannya yang malam bengong dan tidak menjawab pertanyaannya.
"Zeva!" tegur Inggit dengan melambaikan tangannya di wajah Zeva yang membuat mata Zea bergerak dengan wajah kagetnya.
"Iya kenapa?" tabah Zeva.
"Kamu itu kenapa sekarang punya penyakit melamun?" tanya Inggit.
"Siapa yang melamun," sahut Zeva.
"Ya tadi namanya apa! Jika bukan melamun!" ucap Inggit. Zeva kembali terdiam.
"Lihatlah sekarang malah bengong dan padahal aku menunggu jawaban kamu sejak tadi," sahut Inggit.
"Aku tidak bengong, hanya saja kurang tidur," jawab Zeva.
"Kalau begitu kamu jawab pertanyaanku karena kamu belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana hasil selama 2 hari ini berada di desa orang, bukannya itu seperti Dokter relawan dan pasti sangat menyenangkan?" tanya Inggit yang masih menunggu jawaban dari temannya.
"Semuanya baik-baik saja," jawab Zeva singkat.
"Hanya itu saja jawaban kamu yang sangat simpel," ucap Inggit yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
"Ya sudah ayo masuk! Aku harus buru-buru bertemu dengan Dokter Ardi!" ucap Zeva yang tidak mau membahas masalah pelatihan dirinya. Karena memang tidak ada yang harus dibanggakan.
"Ayo!" ajak Zeva lagi dan langsung memasuki rumah sakit terlebih dahulu.
"Padahal aku ingin mendengar cerita yang panjang dan pengalaman yang didapatkannya. Tetapi malah menjawab dengan seperti itu, bahkan sama sekali itu bukan jawaban," ucap Inggit dengan mengangkat kedua bahunya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
"Zeva belakangan ini memang sangat aneh!" gumamnya yang menyusul Zeva.
*********
Zeva menunggu di depan lift yang menunggu pintu lift terbuka.
Ting.
Pintu lift terbuka. Zeva di kagetkan dengan Laras yang berada di dalam lift dan Zeva diam saja melihat Laras yang juga sama-sama melihat dirinya.
"Aku ingin melihat apa wanita ini berani masuk," batin Laras yang ternyata menantang Zeva.
Zeva menghela nafasnya dan ternyata tidak menghindar dan malah masuk. Hanya Laras dan Zeva yang berada di dalam lift dengan keduanya yang berdiri saling bersebelahan. Pintu lift tertutup dan keduanya berada di dalam lift hanya diam saja dan belum mengeluarkan kata-kata.
"Aku rasa setelah yang aku sampaikan kemarin. Kau bisa menjauhi Askara. Jangan sampai satu rumah sakit tahu, wanita seperti apa dirimu dan aku rasa kamu masih punya harga diri," ucap Laras dengan sinis yang kembali memberikan peringatan kepada Zeva.
"Seharusnya berbicara bukan hanya denganku saja. Kau berbicaralah pada laki-laki namanya yang sebut," jawab Zeva yang kali ini tidak diam saja.
"Apa maksudmu. Apa kau ingin mengatakan. Jika Askara yang mengejarmu?" sahut Laras.
Zeva menghadapkan tubuhnya kepada Laras dengan Zeva yang tersenyum penuh arti melihat wajah Laras yang membuat Laras kebingungan dengan Zeva lebih terlihat menantang dirinya.
"Sejak awal aku tidak pernah mengejar laki-laki yang kau cintai. Aku bukan terlalu percaya diri. Jika dia yang mengajar ku dulu dan juga sampai sekarang. Seharusnya kamu mengerti. Karena apa, kamu bisa melihat sendiri, bagaimana dia yang berusaha menjelaskan kepadaku tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian berdua," jawab Zeva yang membuat Laras terdiam.
"1 lagi, jangan terus mengatakan hubungan ini dan itu, atau mengatakan aku murahan, tidak punya harga diri dan sebagainya. Aku tidak merebut laki-laki lain dari wanita manapun. Aku bukan merebut pacar orang atau suami orang. Karena laki-laki yang terus kau pertahankan itu masih sendiri," tegas Zeva yang membuat Laras benar-benar terdiam dengan tangannya yang terkepal. Laras benar-benar tidak menyangka jika lawannya sekarang sudah berani kepadanya.
Keduanya saling menatap tajam dengan sama-sama penuh kebencian satu sama lain.
Bersambung
happy ending..so sweet ❤️❤️
makasih mak othor,,,,selamat ya askara dan zeva, semangat terus berkarya ya mak othor,,,,
dan askara ma zeva jg akan berpisah,,,wiisss kabeh do pisah, gek bubar,,,wkk
berharapnya bgtu dg askara dan zeva ya mak othor,,,
kalau perlu dia bundir 😝😝
Mau pergi kemanapun
kalau memang udah jodoh
Zeva n Askara akan bertemu lagi👍👍