Siapa sangka seorang dokter cantik nan muda bisa menarik perhatian bos gangster dalam pandangan pertama hingga membawanya ke dalam cinta segitiga antara sang dokter, bos gangster dan seorang polisi yang merupakan calon suami dari dokter cantik tersebut.
Di sisi lainnya, sebuah pembunuhan brutal terjadi di kalangan konglomerat hingga menggemparkan berita orang-orang kaya. Tidak diketahui motif sang pembunuh, namun hanya ada satu kemungkinan yaitu balas dendam.
Semua yang terjadi rupanya terhubung satu sama lain. Cinta, pembunuhan, kebohongan dan balas dendam.
(Cerita season 2 dari season 1 berjudul Only 200 Days Mr. Mafia) jika belum membacanya, silahkan baca dulu jika berkenan ^^
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOAM — BAB 22
MABUK
Kedekatan Luca dan Sarah masih belum disadari oleh dia ibu panti yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Jika hai Sarah mulai berdebar-debar karena ketakutannya sendiri, berbeda dengan Luca yang malah menyukai kegugupan tersebut.
“Please... Hentikan— ”Lirih Sarah pelan seolah dia juga menikmatinya. Oh yang benar saja? Apakah Luca sehebat itu dalam menarik lawan jenisnya? Jujur saja, setiap kali Luca mendekatinya, pikiran Sarah seperti kabur dimana-mana, bahkan untuk mengingat Tobias pun sangat sulit. Apakah rasa cintanya kepada sang kekasih juga sudah ikut memudar???
“Tidak.” Sarah menggeleng ketika tangan kanan Luca mulai mengusap lembut lengan jenjangnya yang tertutupi oleh kain baju yang Sarah kenakan. Luca tersenyum nakal saat melihat ekspresi wajah wanita yang masih berada dekat dengannya hingga tangannya mulai menekan tombol off di mesin jus.
“Aku suka ekspresi wajahmu, baby!” bisik Luca menyadarkan kembali Sarah ketika dia mulai meraih gelas yang sudah terisi penuh oleh jus jeruk.
Sambil tersenyum tipis, Luca berjalan mundur tiga langkah seraya memperlihatkan gelas berisi jus ke arah Sarah. “Cis!” ucapnya tanpa dosa setelah apa yang dia perbuat.
Kegugupan di wajah Sarah masih terlihat jelas, dia ibu panti yang berada di sana mulai melihat ke arah dua orang tadi tanpa curiga. Sementara Luca, pria itu meneguk habis jus yang sudah dia buat sendiri hanya dalam satu tegukan saja.
“Lain kali aku ingin membuat jus lagi!” sorot matanya mengarah ke Sarah. pria itu benar-benar terlihat seperti pria bengis hingga Sarah hanya bisa menggerakkan giginya dan kembali memotong kol dengan perasaan kesal.
...***...
Seharian Tobias harus bekerja dengan pria sombong bernama Robbie itu, dia harus menahan rasa kesalnya setiap kali pria itu melontarkan kata-kata. Dan yang membuatnya lelah adalah, ketika mereka datang ke kediaman Benito, namun Pretty Benito tak ada di rumah.
“Hari yang sangat melelahkan. Aku tidak akan berhenti sampai para penjahat itu tertangkap.” Gumam Tobias yang menyandar ke punggung kursi singel nya. Tiba-tiba dia teringat dengan kekasihnya yang berada di rumah panti. perasaan bersalah kembali muncul, Tobias segera menghubungi nya dan akan meminta maaf lagi kepada Sarah.
Sementara itu, di luar jalanan kota Verona. Sebuah pertunjukan besar-besaran tengah berlangsung secara ramai di jantung kota Verona. Meski langit sudah nampak gelap, namun orang-orang di sana masih menikmati pertunjukan tersebut. Tidak lama lagi memasuki hari natal, tak salah jika kota tersebut akhir-akhir ini selalu ramai sekali parodi.
“Ayah lihat itu!!!” girang seorang bocah laki-laki yang berada di gendongan sang ayah. Seorang pria berkacamata berdiri di kerumunan para penonton lainnya di pinggiran jalan bersama sang istri tercinta dan juga anaknya.
“Mereka sangat lucu bukan!!” balas pria itu. Pria bernama Rico Nestore (33th) yang merupakan seorang designer terkenal yang sudah memiliki banyak cabang di mana-mana. Produk yang dia jual tak pernah sepi dan selalu diminati. Kini pria itu tengah menghabiskan waktu bersama dengan keluarga tercintanya sebelum dia pergi untuk berbisnis di luar kota.
Terlihat sekali kebahagiaan keluarga kecil Rico. Tanpa mereka sadari, dia adalah target selanjutnya yang saat ini sedang di pantau oleh Zoe. Wanita cantik berjaket merah dengan tudung di kepalanya. Seperti biasa, wanita itu memperhatikan Rico beserta keluarganya.
Ada rasa cemburu yang ingin sekali Zoe hancurkan dalam sekejap. Penghalang mereka hanyalah pertunjukan yang berlangsung di tengah-tengah jalan. Puas memperhatikan Rico, Zoe pergi dari sana.
[“Ready.”] Ucap Zoe kepada Grey yang berada tak jauh dari sana. Setelah mengatakan kata-kata singkat tadi, Zoe membuang Earpiece nya dan menginjaknya hingga hancur berkeping-keping.
...***...
[“Aku juga mencintaimu!”] Sarah mematikan panggilan teleponnya, memandangi ponselnya setelah perbincangan ringannya dengan Tobias. Betapa baik dan sabarnya pria itu, namun yang membuat Sarah kecewa hanyalah sikap egois Tobias. Jika mereka bertengkar.
Sarah tersenyum tipis, memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Kini ia tengah duduk di kursi panjang warna putih yang terbuat dari besi. Sarah berada di luar halaman rumah panti, langit nampak gelap gulita dan hanya diterangi oleh beberapa lampu saja.
“Mau ku temani?” tiba-tiba tanpa undangan, Luca datang menghampirinya.
“Tidak, terima kasih.” Jawab Sarah langsung tanpa basa-basi. Bukannya mendengarkan, Luca malah duduk di samping Sarah. Tak cuman duduk saja, wanita itu juga menikmati minuman botol berisi wiski, minuman beralkohol dari Jepang.
Tak ada komentar dari Sarah ketika Luca duduk di sampingnya. Mungkin karena pengaruh dari minuman tersebut hingga Sarah tak ingin marah-marah karena tubuhnya mulai lelah.
“Apa menurutmu, menikah itu menyenangkan?” tanya Sarah yang hampir membuat pria di sampingnya itu tak percaya bahwa sang dokter bertanya kepadanya.
Pandangan Sarah yang masih lurus ke depan sementara Luca yang tengah memperhatikannya tanpa senyuman di bibirnya, pria itu ikut melihat ke arah lurus.
“Jika menikah dengan seseorang yang sama-sama mencintai, maka akan menyenangkan! Aku tidak pandai dalam hal cinta, lebih baik jangan tanyakan hak seperti itu padaku.” Jelas Luca tersenyum miring.
“Lalu kenapa kau bersikeras mendapatkan ku?” pertanyaan jebakan. Kini wajah Luca terlihat serius ketika dua pasang mata saling beradu pandang.
Pria berkaos hitam itu hanya diam, dia juga baru menyadarinya, alasannya selain ingin mendapatkan Sarah? Luca yang kini menatap ke tanah dengan kerutan di alisnya, pria itu juga memikirkan alasannya sendiri.
“Kau tidak bisa menjawabnya? Semua pria sama saja. Mereka egois bukan, sampai kapan aku harus terus mengalah???” kini suara Sarah bertambah tinggi dengan kekecewaan besar di wajahnya.
Wanita itu meneguk sebotol wiski lagi dengan wajah sedih. “Aku mencintainya!! Tapi semua ini sangat sulit...”
Luca hanya memperhatikannya, lalu tersenyum tipis meraih botol wiski yang ada di tangan Sarah. “Hey, itu punyaku.” Kesal Sarah yang terlihat seperti orang mabuk.
Tanpa menjawabnya, Luca meneguknya hingga habis. Yup! Untuk pertama kalinya dia mencoba minuman tersebut dan rasanya sangat diluar nalar. Sarah yang masih berdiri sambil berkacak pinggang, menatap marah dan tak terima.
Wajah cantiknya yang kini memerah, mencibirkan bibirnya seperti kerucut. “Dasar pria miskin, membeli wiski saja tidak bisa.” Ketus Sarah.
Luca mengusap bibirnya dan mulai berdiri menarik tengkuk Sarah dan langsung meraup bibir wanita itu dengan gerakan cepat. Pria itu menggerakkan bibirnya, melumat keseluruhan bibir peach Sarah dengan sedikit kasar.
Brugg!! Sarah mendorong hingga memukul dada pria itu yang akhirnya mau tak mau harus melepaskannya. Kini keduanya kembali ada jarak.
Sambil mengusap bibirnya, Sarah benar-benar ingin mengutuk pria di depannya saat itu juga. “Kau pria kurang ajar. Aku sudah mengatakannya, sebentar lagi aku akan menikah dengan kekasihku... Ya— my boyfriend!! Kami sudah membeli cincin dan kau.... kau malah mencuri ciuman di bibirku. Apa kau tidak punya wanita lain hahhhh...” racau Sarah dengan suara melambat, mata sendu hingga cegukan.
Wanita itu berkacak pinggang dengan pipi merahnya. Melihat hal itu Luca malah tersenyum gemas.
“Aku suka merebut kekasih orang!” balas Luca membuat Sarah membuka lebar kedua matanya juga mulutnya yang menganga hingga membentuk huruf O besar. Dia sangat syok mendengar pengakuan Luca, padahal pria itu hanya mengerjainya.
“Kau pria yang— ” Brugg! Tubuh Sarah terhuyung ke belakang dan jatuh pingsan di atas tanah.