NovelToon NovelToon
Anak Kuntilanak Dan Teror Di Hutan Tua

Anak Kuntilanak Dan Teror Di Hutan Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:155k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Di desa Harapan Kahuripan, ada dua hal yang tidak boleh dilakukan oleh anak-anak.

Pertama, jangan main dengan Muhammad Syukur. Karena selain bocah berusia lima tahun itu sangat nakal, Syukur lahir dari wanita mati tidak wajar yang sempat menjadi kuntilanak. Ditakutkan, mama dari Syukur datang menuntut balas jika anaknya diusik.

Sementara larangan yang kedua, jangan pernah main ke Hutan Tua karena bocah mana pun yang main ke sana pasti tidak pernah selamat!

Namun di suatu sore menjelang petang, Syukur dan keenam temannya nekat memasuki Hutan Tua. Kejadian mencekam diwarnai pertumpahan darah benar-benar terjadi. Satu persatu dari mereka ditemukan mati. Hanya ada dua anak yang selamat. Anak pertama adalah Ibrahim dan terkenal sangat alim. Sementara satunya lagi merupakan Syukur!

Sebenarnya, apa yang terjadi? Karena semenjak itu juga, Ibrahim jadi sakti dan bisa menyembuhkan banyak penyakit dengan cara di luar nalar!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lembaran Baru

Di Jakarta, Syukur mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak. Rain dan Hasna sampai turut andil mengatur penampilan maupun pola hidup Syukur.

“Pakai baju, biar tambah ganteng, ya. Tuh lihat, mas Athan juga pakai baju rapi,” lembut Hasna dengan sabar memakaikan baju ke Syukur.

Mungkin karena sudah terbiasa hanya memakai kaus dalam, saat di Jakarta pun, Syukur tetap tidak bisa memakai baju. Padahal, Athan sudah menjadi contoh baik untuk bocah itu.

“Hallo kesayangankuuuuh? Opa Ojan datang dan siap antar kalian ke sekul alias sekulah!” ucap pria tua yang memakai pakaian serba panjang warna pink.

Opa Ojan yang merupakan ayah dari Rain, datang tak hanya dengan tangan kosong. Karena pria itu juga membawa banyak tote bag berisi makanan, mainan, maupun pakaian anak laki-laki dan tentu saja untuk Athan.

“Papa sudah pulang?” hangat Hasna tersenyum kepada papa mertuanya.

“Tentulah Papa sudah pulang. Bela-belain minta dijemput papi Helios pakai helikopter, biar bisa nemenin cucu kesayangan ke sekul untuk pertama kalinya!” ucap pak Ojan yang langsung bengong. Sesekali, pak Ojan juga akan sampai memiringkan kepala hanya untuk menatap Syukur.

“Na, ... Na, Hasna? Kok, wujud cucu Papa, jadi beda? Ini, mata Papa yang juling, atau menang minta dipensiunin?” ucap pak Ojan sambil mengucek pelan matanya silih berganti menggunakan jemari tangan kanan.

Opa Ojan buru-buru menaruh bawaannya ke meja lebar di sebelah Hasna. Apalagi alih-alih menjawab, Hasna malah menahan tawa. Karena terlalu penasaran kepada Syukur, ia sampai menyamakan warna kulit tangan kirinya dengan tangan kanan Syukur.

“Eh, iya ... ini sejak kapan, warna kulit cucu kesayangan Opa, jadi sama kayak Opa? Sama-sama putih yang tertunda? Ini anak habis jemur bertahun-tahun di pantai selatan spa gimana, Na? Kok jadi gosong gini?” heran opa Ojan masih mengira Syukur sebagai cucunya.

“Oppppaaaaa!” seru Athan dari belakang dan memang datang bersama Rain.

“Eh, ... kok ... kok ada dua?” opa Ojan makin bingung.

“Kacamata Daddy di mana? Makanya dipakai, mata Daddy kan sudah gangguan,” tegur Rain.

“Memangnya kacamata Daddy di mana, sih?” balas pak Ojan kepada Rain.

“Eh ... kok malah tanya ke aku. Aku mana tahu,” balas Rain sambil menyalami tangan kanan sang daddy, setelah Athan lebih dulu melakukannya.

Ketika Hasna juga menyalami tangan kanan opa Ojan dengan takzim, opa Ojan berkata, “Coba, Na. Kacamatanya Papa di—WA. Ada di mana?”

“Loh, makin ngadi-ngadi nih Daddy. Oh iya, Dad. Inu Syukur, anaknya Echa. Mulai sekarang, dia bakalan tinggal di sini. Dia bakalan nemenin Athan,” ucap Rain.

“Hah? Syukurin anaknya Echa? Enggak boleh gitu lah, Rain. Enggak baik, masa setega itu syukurin anak orang!” ucap pak Ojan yang langsung membuat Rain memasang wajah jengkel.

“Kakeknya Athan sayang banget ke Athan. Tapi kakekku juga sayang banget ke aku. Malahan saking sayangnya, sekarang kakek lagi urus taman di depan. Kakek lagi kerja, dan aku cukup belajar yang benar. Ini sekarang aku mau sekolah bareng mas Athan!” batin Syukur.

Dengan santun, Syukur pamit ke keluarga Rain untuk pamitan kepada sang kakek sebelum dirinya pergi ke sekolah.

“Tahu jalan ke taman lewat mana, enggak?” tanya Rain ragu. Karena terakhir kali, Syukur tersesat dan mungkin karena belum terbiasa di rumah Rain yang memang berukuran besar.

“Ayo, Om antar,” sergah Rain sengaja melangkah lebih dulu dan memang langsung sibuk dengan ponselnya.

“Pelan-pelan, ya!” ucap Rain melepas kepergian Syukur yang langsung lari ke taman.

“Anaknya Echa mirip tarzan. Mungkin karena dia terbiasa dilepas di alam bebas ya. Tuh, ke bunglon saja langsung ditangkap. Kalau mas Athan, pasti sibuk istighfar karena ketakutan. Oalah iya ... si Syukur mirip Bian!” batin Rain diam-diam mengawasi interaksi manis Syukur dengan sang kakek.

“Jangan main bunglon. Kan mau sekolah. Sudah ganteng gini. Ini nanti bajunya jangan dilepas, ya. Enggak boleh, nanti dimarahi bu guru. Harus rapi, nurut, belajarnya yang pinter. Bareng mas Athan, kan?” tegur pak Handoyo yang sengaja menuntun cucunya untuk lebih menjaga sikap.

“Nanti pakai sepatu juga, kan?” tanya pak Handoyo yang membenarkan pakaian Syukur yang memang sudah rapi.

“Aku enggak mau pakai sepatu lah, Kek. Aku mau nyeker saja,” ucap Syukur.

“Eh, jangan begitu... kamu wajib pakai sepatu. Kan mau sekolah biar pinter. Ayo, siap-siap berangkat,” ucap pak Handoyo yang sengaja melepas sarung tangannya sebelum mengemban Syukur.

Di Jakarta, Syukur dan pak Handoyo sungguh mendapatkan kehidupan layak. Dari fasilitas, makanan, mereka menerima yang sama dengan apa yang Rain sekeluarga konsumsi sekaligus dapatkan.

Pak Handoyo mengantar Syukur hingga bocah itu masuk rumah Rain. Pak Handoyo menunggu di taman depan rumah sambil membersihkan rumput liiar. Hari ini Syukur sungguh akan sekolah. Tas gendong kecil berwarna kuning selaras dengan seragam yang Syukur pakai, menghiasi punggung Syukur. Bocah itu keluar dari rumah Rain dengan senyum cerah. Meski tampak bingung dan masih canggung, kehadiran opa Ojan papanya Rain dan memang sangat lucu, membuat Syukur dan Athan kerap cekikikan.

***

“Syukur ...?” Suara seorang kakek-kakek, terdengar ketika Syukur tengah belajar mewarnai gambar, di sekolah.

Syukur refleks menjawab, “Iya ...?” Ia juga sampai menoleh ke sekitar. Namun, di sana tidak ada kakek-kakek. Di sana hanya berisi sepuluh anak kecil dengannya, selain dua guru wanita muda yang ia maupun semuanya panggil “Miss”.

“Syukur ....” Suara tersebut kembali terdengar bertepatan dengan Syukur yang akan kembali melanjutkan mewarnai gambar buah apelnya.

Kali ini Syukur tidak menjawab, tapi Syukur mengawasi sekitar dengan saksama. “Jika suara wanita yang memanggilku dan selalu melindungiku merupakan suara mamaku—Echa. Suara kakek-kakek tadi, siapa? Tapi itu bukan suara kakekku atau pun suara kakek Ojan,” pikir Syukur yang kemudian mencoba fokus. Bahkan meski suara kakek-kakek yang memanggilnya kembali terdengar, Syukur memilih cuek.

1
Mursidahamien
apa jangan jangan ?
Mursidahamien
baru mampir
Agung miska Nartim
semangat thor
Agung miska Nartim
Luar biasa
DIANA Mariana
lnjutan x yg mn sih🤔aq udh baca loh dr awal hingga akhir...
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Di novel beda. Di profilku deh sudah up tiap hari
total 1 replies
DIANA Mariana
aq salah satu penyuka cerita horor👍🥰
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: ❤️❤️❤️❤️❤️

salam kenal ya Kak
total 1 replies
Ida Qurratul 'Ain
Luar biasa
Ida Qurratul 'Ain
kayanya yg jadi semak semak berjalan itu pak yusna deh
FiaNasa
ditunggu Thor up nya
IG : Rosit92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Audah up tiap hari kok Kak
total 1 replies
Al Fatih
nambah pengetahuan baru lagi nih,, aq juga baru tau,, makasih bun
Al Fatih
pertempuran sesama anak keturunan asnawi
Al Fatih
semoga syukur masih bisa d selamatkan yaa
Al Fatih
apa syukur Indihome juga ya
Al Fatih
seru,, menegangkan
Al Fatih
kasian pak Handoyo dan syukur...
Al Fatih
iya betul Bun,, kata mamaq,, perempuan yg haid itu bau nya wangi bagi penciumannya makhluk halus,, maka harus lebih hati-hati
Irkham Maulana: iya bund...aku udah ngalamin berkali2 hal kaya gitu bahkan tak terhitung...
total 1 replies
Al Fatih
menegangkan....,, dan semakin bikin penasaran
Al Fatih
koq Ibra ngomong begitu....,, apakah ini memang d sengaja....,, berarti Ibra kenal dong sama si semak2 berjalan.... ,, hehehe biasanya semak2 bergoyang yaaa,, kali ini semak2 berjalan....
Al Fatih
masak iya itu kakek Handoyo?
Al Fatih
makasih Bun sdh d ingetin utk cara baca novel d NT skrg ini....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!